13] New problems

1K 155 30
                                    


Biasakan vote dan komentar sebelum membaca.
Terimakasih
_____________

Oh iya, bentar lagi ada tokoh yang mati. Pokoknya, secara bergiliran nanti ada lah yang musnah.
__________________

Oke lah, happy reading ✨

•°•°•°•

Lapangan yang dipenuhi oleh siswa-siswi kini mulai terdengar suara keributan. Banyak sekali yang protes agar upacara cepat diselesaikan. Dhira sendiri tidak terlalu peduli. Walaupun sesekali dirinya menggerutu saat sinar matahari membakar kulit putihnya.

"Dev, capek!" keluh Dhira dengan wajah memelas. Gadis itu berdecak pelan, kemudian duduk dengan kaki Devon sebagai alasnya. "Ini kapan selesainya, sih? Panas banget tau nggak? Capek aku, tuh!" gerutunya dengan wajah kesal.

Devon terkekeh kecil mendengar itu. Tangan kekarnya mengacak-acak rambut Dhira lantaran merasa gemas. "Sebentar lagi juga selesai. Sabar, ya?" balasnya mencoba menenangkan Dhira yang kesal.

"PAK, UDAH DONG CERAMAHNYA! PANAS,NIH!"

Mata Devon seketika terbelalak mendengar teriakan Dhira. Seluruh siswa-siswi maupun guru yang berada di lapangan langsung menatap Dhira dengan tatapan bingung dan wajah syok. Upacara hari ini begitu spesial lantaran ada tamu penting yang datang. Namun, Dhira mengacaukan segalanya dengan bertindak tidak sopan saat upacara dilaksanakan.

"Siapa yang berteriak?" tegas Pak Harto seraya berkacak pinggang. Pria paruh baya itu menghampiri sumber suara dengan langkah tergesa-gesa.

Sementara itu, Dhira duduk bersantai dengan tangan yang sibuk mengipasi wajahnya. Seolah-olah tidak merasa takut meskipun dia tau ada bahaya yang mengancam. Di sisi lain, Chiara menertawakan Dhira lantaran gadis itu akan mendapatkan hukuman dari guru BK.

"Mampus!" Chiara tertawa sinis seraya bersedekap didepan dada.

Mendengar itu tidak membuat Dhira ikut melontarkan kalimat makian. Gadis itu justru berdiri dari duduknya. Kemudian menghampiri Chiara yang masih menertawakan dirinya. "Kenapa lo? Kerasukan setan? Atau lo kehabisan obat?" cecar Dhira dengan dagu terangkat.

"Gue ketawa karena lo mau dihukum." balas Chiara dengan tatapan penuh kemenangan. Gadis itu tersenyum miring kala melihat Pak Harto yang semakin dekat ke arahnya.

"Oh," Dhira tertawa kecil. "Gue kira lo menertawakan diri sendiri karena terlalu bodoh. Ya, sorry aja. Gue orangnya nggak peka," sarkas nya dengan nada rendah.

Balasan dari Dhira sontak membuat Chiara emosi. Gadis itu pun mengangkat tangannya untuk memukul kepala Dhira. Namun, sebelum itu terjadi, Dhira lebih dulu menendang perutnya dengan kencang sampai tubuhnya terjengkang ke belakang.

Hal itu sukses membuat siswa-siswi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. Tidak ada yang membantu Chiara berdiri. Karena orang-orang sibuk menertawakan gadis itu yang terjatuh dengan tidak elitnya. Dhira sendiri hanya diam dengan wajah datar.

Sampai akhirnya, tangan Dhira terulur ke arah Chiara. Berniat membantu gadis itu untuk berdiri meskipun sempat ditepis dengan kasar oleh sang empunya. "Mau gue bantu berdiri? Atau lo mau terus ditertawakan?" tawar Dhira seraya mengulas senyum tipis. Namun, ekspresi wajahnya terlihat seperti meremehkan.

831 Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang