21] Manipulatif

566 91 24
                                    


"Hidup itu rumit. Kalau manusia tidak bisa mengerti arti kehidupan. Maka, kehidupan akan membuatnya kebingungan."
_________________________

Happy reading ✨

•°•°•°•

Harum dari masakan Dhira membuat semua orang langsung melangkah ke ruang makan. Disana sudah ada Dhira yang sibuk menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Gadis itu tersenyum tipis seraya membungkukkan badannya. Bertujuan memberi hormat atau bisa dibilang sapaan dengan elegan.

"Waw! Lo masak nasi goreng spesial, nih? Buat siapa, hm?" tanya Devon menggoda sembari duduk di kursinya. Laki-laki itu memasukkan satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya. Mencoba mencicipi masakan Dhira. "Enak, Ra."

Mendengar itu, sontak membuat Dhira tersenyum lebar. Dia langsung duduk di sebelah Devon tanpa memperdulikan Gulzar dan Aarav yang menatapnya sinis.

"Kalian nggak makan?" tanya Devon keheranan saat melihat Gulzar dan Aarav hanya diam saja seperti patung.

"Nanti." balas Gulzar singkat.

Devon mengerutkan keningnya. "Kenapa? Makan aja, lah. Masakan buatan Dhira enak kok. Kalian pasti suka, deh."

Aarav menggeleng pelan. Namun, ekor matanya mengarah pada Gulzar yang duduk tepat disampingnya. "Lo makan dulu aja." tolaknya secara halus.

"Yaudah."

Pada akhirnya, Devon pasrah. Dirinya makan dengan tenang tanpa memikirkan yang lain. Sementara itu, Dhira langsung bergegas ke dapur untuk membereskan kekacauan setelah selesai memasak. Lagipula, hari ini akan ada upacara bendera. Jadi, harus datang tepat waktu ke sekolah.

"Gue selesai." ucap Devon seraya bersendawa. Laki-laki itu menepuk-nepuk perutnya. Kemudian berjalan menuju kamarnya untuk mengambil tas dan ponsel.

Setelah kepergian Devon. Gulzar dan Aarav tersenyum penuh arti. Kedua laki-laki itu seolah-olah sedang merencanakan sesuatu. Gulzar terkekeh kecil, kemudian merogoh kantong plastik yang ada di saku celananya. Dan menaburkan isi kantong plastik itu ke dalam mangkuk yang berisi nasi goreng.

"Jangan sampai ketahuan." peringat Aarav yang sibuk memperhatikan sekitar.

Gulzar hanya memperlihatkan jempolnya untuk menanggapi ucapan Aarav. Dia mengaduk-aduk nasi goreng dengan hati-hati dan menutupi sesuatu yang telah dimasukkan ke dalam makanan itu agar tidak ketahuan.

"Waktunya makan." ujar Aarav seraya tersenyum miring. Laki-laki itu melirik ke arah Gulzar dengan tatapan tidak biasa.

"Makan aja, ya 'kan? Nggak beracun juga," sahut Gulzar dengan tatapan licik. Dirinya memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

Keduanya terus makan, sampai akhirnya Devon datang dengan langkah tergesa-gesa. Napas laki-laki itu terlihat memburu. Keringat pun membasahi pelipisnya. Dadanya naik turun tidak beraturan.

Di sisi lain, Aarav menepuk pelan lengan Gulzar. Mengisyaratkan kalau Devon sudah berada di belakangnya. Gulzar yang mengerti langsung memulai rencananya.

"Em, kok dada gue sesek, ya?" tanya Gulzar sembari memukul dadanya beberapa kali. Dia juga terbatuk-batuk yang membuat Devon dan Aarav panik.

831 Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang