Chapter 04 - A Letter

3 4 0
                                    

Happy Reading!

***

"Berpencar!"

Alresca berlari kencang menjauhi area pelabuhan setelah polisi mengetahui penyelundupan manusia milik Salvador.

Mereka hampir terkepung andai Skylar—si maha sempurna itu—tidak mengendalikan keadaan dan membantu melepaskan anggota mereka yang nyaris tertangkap pihak kepolisian serta keamanan setempat.

Alresca jelas segera didorong menjauh dari lokasi oleh Skylar demi melindunginya dari hukum dan berita yang mungkin menggoyahkan posisi Alresca beserta tim terbaik yang telah Skylar dan Alresca pilih dalam pelatihan gabungan dua tahun lalu.

"15 kilometer dari tempat kalian, berkumpul dalam formasi lengkap!" Perintah Alresca pada handsfree yang menghubungkan dirinya pada seluruh anggota yang bertugas bersamanya hari ini.

Dorr!

Alresca jatuh berlutut segera setelah kaki kirinya tertembak tepat di betisnya. Rasa sakit disertai kesemutan menjalari kaki kirinya.

Darah  yang membanjiri celana jeans hitamnya hingga bercucur di jalanan tidak Alresca hiraukan. Pria 27 tahun itu justru kembali berdiri dan berlari. Memaksakan kaki kirinya untuk tetap berlari menjauh dari tempat kejadian.

Sialan sekali dirinya kali ini. Padahal penyelundupan sebelumnya tidak pernah mengalami masalah. Aneh sekali.

"Are you okay, Sir?"

"I'm not."

Alresca meraih ujung tembok tinggi didepannya, kemudian—hap!

Alresca melompat melewati tembok tadi lalu kembali berlari semakin kencang.

"Fuck!"

Anjing pelacak kepolisian benar-benar menyebalkan!

Alresca menendang anjing tersebut, memukulnya dengan tinjuan beberapa kali pada wajah anjing tadi dan melemparnya balik pada para polisi yang berada puluhan meter di belakangnya.

"Tunggu saya, saya akan mengecoh mereka."

Alresca tidak menjawab. Kakinya benar-benar sudah mati rasa. Alresca hanya takut dirinya tertangkap dan semakin menyulitkan anggotanya—orang-orangnya—mereka semua yang berada di pihaknya.

Kematian bukan hal menakutkan baginya, dan Alresca tidak berjuang karena takut kematian. Melainkan demi harga dirinya. Sama seperti Lothario yang menjunjung tinggi harga diri, Alresca juga demikian.

Kecuali tujuan keduanya yang berbeda.

Harga diri seorang pemimpin berada di pundaknya. Jika Alresca berlutut kalah, itu sama saja dengan ia menjadi pengecut tidak berguna yang tidak pantas hidup.

Ia menanggung banyak nasib dan kehidupan. Karena itu, Alresca tidak diperbolehkan mengeluh pada rasa sakit kecil seperti ini.

Bruk!

Alresca tersungkur akibat tendangan seseorang. Matanya berkilat nyalang melihat Vincent—rival lamanya sedang menatap remeh padanya.

"Sialan kau Vincent Clarke!"

Vincent tersenyum miring. Kakinya menginjak kaki kiri Alresca yang terdapat luka tembak tanpa perasaan. "Kau menyukai rasa sakitnya, Alresca Ainsley? Oh! Atau haruskah ku panggil kau, Alresca Van Der Veen?"

Tidak ada reaksi kesakitan sedikitpun dari Alresca seperti harapan Vincent. Justru Alresca dengan angkuhnya berdiri tegak dihadapan Vincent usai menepis kaki sialan itu.

PERSONA [AINSLEY SERIES 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang