"KIMBERLY!!"
kim bangun dari lamunannya akibat seruan melengking dari pita suara jihan. wajah kim persis seperti orang linglung, "ya?" jawabnya polos. jihan menghela napasnya, "lo kenapa? sakit?" tanyanya sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi kim yang terbuka, tidak tertutup poni.
"gak panas," monolog jihan, matanya menatap jihan bingung. pasalnya sedari tadi gadis berambut panjang itu hanya diam menatap jendela sambil menopang dagu, seperti remaja puber yang baru putus cinta saja.
kim hanya tersenyum kaku, ia bahkan lupa dirinya sedang berada di kafe untuk mentraktir juna dan mark. pikirannya sedang kacau, memikirkan ayahnya yang beberapa jam lalu bersikap aneh. apa mungkin ayahnya sakit keras?
"kalo gak enak badan lo pulang aja kim. gue sama mark oke-oke aja kok. udah ditraktir juga kan?" timpal juna sambil ikut melirik cemas perempuan di depannya itu.
kim langsung panik, "eh enggak! maaf, maaf, gue melamun aja tadi, kepikiran sesuatu." ucapnya. "pikirin apa sih serius banget?" tanya jihan, masih menatap sahabatnya dengan cemas.
"itu.. err kayanya jemuran belum gue angkat deh," pintar juga kim mencari-cari alasan, di luar juga mendung, membuat langit jadi gelap, padahal masih jam dua siang.
"di rumah ga ada orang kim? telpon aja minta tolong angkat," saran mark. lagi-lagi kim teringat pada ayahnya. kenapa sih? lagian kan hari ini sebenarnya tidak ada jemuran, hanya alasannya saja.
kim menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "gak ada, mark. gapapa sih soalnya baru gue jemur, masih basah banget," ucapnya lancar. sejak kapan kim jadi pembohong handal seperti ini?
juna terkekeh, "yaudah jangan kepikiran terus. melamun gitu nanti bisa kerasukan," katanya yang entah serius entah bercandaan. kim tidak bisa membaca raut wajah pria itu.
"mana bisa kerasukan, setannya kan dia sendiri," celetuk jihan. kim meliriknya kesal, "elooo diem aja deh," ucapnya sambil menunjuk ke depan wajah jihan.
jihan menepis telunjuk kim, "gak sopan lo tunjuk-tunjuk yang lebih tua!" serunya. "tua tiga bulan doang anjer. gak ada senioritas disini!" balas kim tak kalah sengit. mark dan juna hanya tertawa geli melihat mereka.
"berantem terus nanti gue kawinin," celetuk mark tiba-tiba. tiga mahasiswa itu langsung melirik pada mark bersamaan dengan mata yang membulat. "mark, lo..." juna menutup mulutnya tak percaya, begitu juga kim dan jihan. sangat dramatis.
mark jadi ikutan kesal, masa dia dituduh suka sama yang berbatang? "KAGAK! canda doang anjir,"
tapi siapa yang percaya? "mau gue kenalin ke temen cewek gue gak mark? siapa tau luluh," ucap jihan dengan nada serius.
"gua rasengan juga lo,"
homo apanya? gebetan gue lagi ketawa kok di depan gue, CEWEK.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
seperti rencana, kim dan jihan pulang sekitar jam empat sore (lebih sedikit). kediaman kim terlihat sangat kosong jika tak ada mobil jemian. ah, kim jadi kepikiran lagi.
kenapa ayah beliin donat sih? kaya mau nostalgia aja, atau emang lagi mau nostalgia? ayah mau minta maaf? eh, harusnya kan sama mama, bukan ak—
"KIMBERLY!" dua tangan besar menahan bahu kim agar tidak bergerak lagi. kim tersentak, seruan itu membuyarkan lamunannya. itu suara jemian. kim berbalik, menangkap jemian dengan raut wajah cemas dengan matanya. kim agak bingung, ia berbalik melihat atah jalannya tadi.
astaga, kim terkejut. ia mendapati guci kaca panjang diatas penopang yang hampir saja ia tabrak. guci itu sangat besar, dan sangat rapuh. hiasan rumah mahal yang memanjakan mata.
jemian menghela napas, "kamu ini, ayah panggil kamu gak nyaut. coba kalo enggak ayah tahan, udah ketimpa kamu sama guci." tuturnya khawatir.
"ah.. iya, makasih ayah." ucap kim sambil menunduk, entah kenapa rasanya ia tak berani memandang wajah ayahnya.
"kamu kenapa? mikirin apa?" tanya jemian dengan suara yang dilembutkan.
mikirin ayah.
"nggak ada kok. pusing dikit karena tugas kuliah." wah, hari ini kim sudah banyak berbohong. jemian terdiam sesaat mendengar balasan anak gadisnya itu, "jangan paksain diri," katanya sambil berjalan melewati kim yang masih menunduk.
kim berbalik menatap punggung lebar ayahnya. punggung yang memberikan rasa aman dan ketenangan, juga bahu yang lebar, tempat favorit kim untuk bersandar.
dulu.
"iya.. ayah," gumam perempuan itu, lu beranjak ke kamarnya.
jemian adalah ayah yang baik. disamping kejadian yang membuat renggang keluarganya, ia adalah sosok yang mampu membina dan mendidik sepasang anaknya dengan baik. ia memberikan kasih sayang yang berlimpah, terutama pada kimberly eleanor.
anak pertama perempuannya yang disayanginya dianggap aib oleh keluarga jemian. kakeknya bahkan tidak mau menurunkan marga ellezio pada kimberly.
menjadi anak pertama, cucu pertama bahkan menjadi perempuan adalah hal yang dianggap beban oleh kim. karena ia perempuan pertama, ia harus menerima cemoohan dan menanggung rasa kecewa dari banyak orang.
sampai tiga tahun kemudian, kia melahirkan seorang bayi lelaki sehat. keluarga jemian menyambutnya dengan gembira, melupakan eksistensi kim yang masih batita.
tapi itu semua tentu tak menjadikan kim membenci adiknya. menurut kim, jemian dan kia sudah cukup memberikan kasih sayang untuknya, ia tak butuh cinta dari orang lain lagi. terlebih, ia juga menyukai adiknya. adik yang imut dan berambisi.
keluarga kecil bahagia itu perlahan-lahan retak.
jemian tak bisa bohong bahwa ia masih menyayangi kedua anaknya. kia adalah masalahnya, bermula dari miskomunikasi, jemian jadi memutuskan untuk mencari 'rumah' yang lain.
setelah ketahuan berselingkuh, jemian memasang jarak pada anak-anaknya. ia merasa jadi orangtua yang buruk. namun tak bisa dipungkiri, jemian rindu pada kim dan hazel.
iya, jemian rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
happiness
Teen Fictiongatau ini apa, gabut banget soalnya mark zachary adalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menaruh hati pada kimberly. bedanya, ia tidak berani untuk mendekat, bahkan sekedar mengirimi pesan saja dia tidak berani. tapi ternyata dunia memberinya...