"iya gue ganteng?"
"iya,"
malu sekali, mark menyesal menggoda kim seperti itu, ia kira kim pasti menyangkal seperti perempuan lainnya. telinganya sudah pasti memerah sekarang.
kim yang melihatnya langsung meledek, "SALTING YA LOOOOO?!" ucapnya sambil tertawa keras.
"KAGAAAAA!" mark mempercepat jalannya mendahului kim. ia bahkan sampai berlari karena kim mengejarnya dengan suara tawa dari belakang.
sampai akhirnya mereka tiba di depan pintu ruangan pak Joon. kim langsung merubah wajahnya menjadi serius, bisa kena hantam dia kalau tiba-tiba tertawa di depan pak Joon yang terkenal killer itu.
mark mengetuk pintu tiga kali, sebagai tanda izin. ketukan itu langsung dibalas oleh orang di dalam ruangan.
mark membuka pintu, tapi kim yang masuk duluan. jadinya seperti mark membukakan pintu untuk kim. ah sudahlah, mark tidak mempermasalahkan itu.
pak joon terlihat sedang sibuk menandatangani surat-surat. dengan kopi yang baru setengah diminum di meja, dan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"permisi pak, kami kimberly dan mark. saya dengar dari selena, bapak memanggil kami. ada apa ya pak?" ucap kim buka suara, mencoba sesopan mungkin.
pak joon melirik ke arah kim dan mark bergantian, "iya, saya mau kalian bawa semua dokumen-dokumen ini ke fotokopi depan. berwarna dan pake kertas legal." ucapnya.
mark dan kim sweatdrop. dosen killer memanggil mereka hanya untuk minta tolong photocopy dokumen?
pak joon menatap nyalang kim dan mark, "apa? tidak puas dengan tugas kalian?"
kim dan mark saling melirik. niat hati sih ingin protes, tapi keberaniannya dari mana?
"tadi saya milih lewat absen. pulpen saya jatuh ke nama kalian berdua, itu takdir." jelas pak joon enteng seakan memahami dua mahasiswa di depannya tidak senang dengan tugas yang ia berikan.
adalah kebiasaan pak joon untuk menjatuhkan pulpennya asal diatas daftar absen jika ingin menyuruh-nyuruh muridnya. katanya sih, biar Tuhan yang menentukan.
kim dan mark akhirnya mengambil tumpukan dokumen yang ingin difotokopi itu. mark membaginya menjadi dua, satu tumpukan yang lebih sedikit ia serahkan pada kim.
baru saja kim membuka mulutnya ingin protes, tapi mark lebih dulu menyela, "gue lebih strong." mark memperlihatkan otot lengannya, membuat kim memasang wajah aneh. kim pasrah, enak juga menjadi perempuan.
pemuda pemudi itu mengitarakan permisi pada pak joon, lalu keluar ruangan.
"gak nyangka gue, masa kita disuruh cepat-cepat kesini cuma karena fotokopi ini? mana banyak." keluh kim.
mark hanya melirik kim sekilas, "ini bisa dijadiin nilai plus tau, lo mah kaga tau!"
"iya dehh si paling tau," canda kim. perjalanan mereka penuh tawa mark. kim baru sadar, jika mark terlalu lama tertawa, kakinya bisa melemas. lucu sekali tadi kaki mark seperti meleyot ke bawah, untung ia masih punya keseimbangan, jadi kertas-kertas pak joon tidak jatuh.
butuh 10 menit sampai akhirnya mereka menyelesaikan tugas dari pak joon. mark dan kim bersiap untuk pulang, karena kebetulan meeka tidak punya kelas lagi hari ini.
"pulang sendiri?" tanya mark saat mereka berada di pintu keluar fakultas. tangan mark memutar-mutar kunci mobil.
kim menggeleng, "kaga, gue pulang sama hazel," katanya. "udah telpon? tu anak kalo kaga diingetin pasti lupa waktu."
"ini gue mau telponn," kim menempelkan benda pipih canggih di telinganya saat menekan tombol dial pada kontak hazel. tak berselang lama, hazel langsung mengangkat telepon dari seberang.
"halo? zel, aku di parkiran, kamu dimana?" kim mendengar jawaban dari seberang, lalu berucap lagi, "jangan lama! iya, hati-hati."
"where's he?" tanya mark cepat. padahal kim bahkan belum mematikan teleponnya. "di luar parkiran. lo kalo mau pulang duluan gapapa. hazel gak lama kok,"
"enggak ah. parkiran lagi sepi, mending berdua daripada sendiri disini."
"aw aw so sweet banget bujang,"
tin!
obrolan itu terhenti saat sebuah motor menekan klaksonbdari pintu masuk, merebut atensi dua mahasiwa itu.
kim tentu tau, itu motor adiknya. motor besar itu berhenti tepat di depan kim dan mark. si pengemudi membuka helmnya, menampakkan wajah hazel.
"cepet banget, ngebut ya?" curiga kim. si pelaku hanya menyengir, "aku kira kakak sendirian di parkiran, jadi cepet-cepet. rupanya sama mark." ucapnya menatap mark tersenyum. mark balas tersenyum.
hazel menyodorkan helm putih pada kim yang disambut baik. "akrab banget kamu sampe kaya temen sebaya," gurau kim sambil memakai helm itu. mark hanya tertawa.
"IHHH GAK SALAH AKU PILIH HELM!! UNYU BANGET FOTO DULU SANA!!" gemas hazel melihat kakaknya yang sudah memakai helm yang ia sodorkan.
helm putih ini pemberian dari hazel saat helm kakaknya rusak. ia memilihnya sendiri. saat pulang ke rumah, ia menyuruh kakak semata wayangnya itu memakainya.
hazel langsung heboh. pasalnya, kim memiliki wajah yang kecil, helm ini sangat pas untuk orang unyu-unyu seperti kim. peran kakak dan adik mereka tertukar sepertinya.
"zel, kita mau pulang bukan photoshoot!" kesal kim. iya, dia suka dengan helmnya, tapi tidak dengan reaksi hazel saat ia memakainya. ia malu.
"bentar doangg," hazel mengambil ponselnya dari saku celananya. "pose!" katanya riang. kim menghela napas, lalu berpose peace tanpa tersenyum ke kamera ponsel hazel.
melihat hazel yang antusias seperti ini, mark bisa menebak hazel memang hobi memotret kakak perempuannya, "oalahh, lock screen lo itu si kim? gue kira cewe lo,"
selesai acara foto, hazel mengembalikan ponselnya ke dalam saku, "ga minat gue punya cewe, mau jadi bujang kaya raya," ujarnya semangat.
"zelll! ayo pulanggg!" desak kim yang sudah menaiki jok motor di belakang hazel. "lah udah naik, ga kerasa," gumam hazel heran.
"gue duluan ya bro!" ujar hazel, ia kembali memakai helmnya. "duluan yaww!" hazel melajukan motornya, bersamaan dengan kim yang melambai pada mark.
mark balas lambai, matanya mengekori kedua bersaudara itu.
"ayok cusss beli ketoprak!"
"cusss!"
seruan mereka berdua menggema di parkiran. mark hanya tertawa untuk kesekian kalinya. kalau di samping mereka berdua, spertinya mark akan pingsan karena kelelahan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
happiness
Teen Fictiongatau ini apa, gabut banget soalnya mark zachary adalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menaruh hati pada kimberly. bedanya, ia tidak berani untuk mendekat, bahkan sekedar mengirimi pesan saja dia tidak berani. tapi ternyata dunia memberinya...