malam ini, kim dan hazel sedang menonton pertandingan basket melalui infocus hazel. padahal kia hendak membelikan hazel televisi, tapi hazel menolaknya dan meminta infocus sebagai gantinya, katanya sih, supaya seperti menonton bioskop.
kedua saudara itu memperhatikan pertandingan yang tengah panas-panasnya. sebenarnya hanya satu di antara mereka yang fokus ke pertandingan. yang perempuan tengah memikirkan hal lain.
kim mengumpulkan keberanian untuk menyatakan isi pikirannya pada hazel yang sedang bersemangat menonton.
"zel,"
"hm?" balas hazel tanpa menoleh, matanya tak bergerak dari dinding yang menampilkan orang-orang yang sedang bertanding. para pemain itu bertanding dengan sengit, berlarian merebut bola yang dengan lihai, dibawa oleh tim lawan menuju salah satu ring.
"aku... mau cari selingkuhan ayah,"
"THREE POINTS!!"
pernyataan kim barusan bersamaan dengan sorakan penonton yang antusias dengan hasil akhir pertandingan. kim menoleh ke samping, sudah ia duga, hazel menatapnya seakan bola matanya hampir copot.
"...kenapa? bukannya kakak bilang itu cuma bakal bikin sedih?" tanya hazel serius. padahal tadi ia bersemangat menonton basket, tapi ia seakan tidak peduli dengan tim kesayangannya yang baru mendapatkan piala baru.
kim tersenyum kecut, benar, dulu ia sangat takut untuk terluka. kim kecil takut untuk sakit hati. ia tidak mau mengakui secara langsung kalau ayahnya itu melakukan hal yang sangat tidak baik, mengingat kebaikan jemian yang selama ini dia berikan.
tapi ia sekarang sadar, kesalahan-kesalahan itu ada untuk menjadi pelajaran dan pengalaman. tidak apa-apa bersedih sebentar, yang penting setelahnya harus kembali berjuang untuk hidup. hidup itu berjalan.
"itukan, dua tahun lalu. sekarang aku gak takut sedih lagi." balasnya sambil tersenyum tipis.
hazel masih menatap kim dengan raut wajah yang bercampur, "kenapa baru sekarang?" tanyanya ulang.
kim memainkan jari-jarinya, "keberanianku baru kekumpul sekarang. lama banget ya? tapi sekarang mentalku udah kuat!" kim masih tersenyum sambil menampakkan deret giginya. ia mengatakannya dengan nada penuh semangat.
hazel tidak goyah, gurat khawatir itu masih terpancar di wajahnya, "...ayah ada ngomong apa sama kakak? kakak berantem sama ayah?"
kim jadi ikut bingung, adiknya ini, kenapa sangat berburuk sangka pada ayahnya sendiri? "enggak? malah tadi ayah baik loh, ngasih kakak donat!"
kayak dulu,
hazel memasang wajah yang seakan tertulis tanda tanya besar di dahinya, ia tak mengerti. kim hanya terkekeh melihat ekspresi adiknya, "justru karena ayah udah baik. aku... mau coba perbaiki keluarga kita dikit-dikit, hehe."
hazel menghela napas, "kakak tau kan, selingkuh gak ada obatnya, sekali berbuat, bakal ketagihan."
"aku tau, tapi aku gatau kenapa aku tetap mau nyoba." katanya menunduk. "ayah... udah sayang banget sama aku."
"harusnya kamu itu laki-laki! duh, muak banget liat rambutnya yang panjang, aku potong aja ya,"
"duh, padahal yang pertama, kenapa perempuan sih?"
"ayah gak sudi kamu pakai marga keluarga kita ke anak gagal ini!"
"untung ada hazel, kita jadi gak usah terlalu khawatir kan!"
"tetep aja lah! yang pertama malah perempuan,"
kepala kim mulai pusing karena diisi oleh memori-memori yang tidak diinginkannya. ingatannya jelas terputar seperti CD di dalam kepalanya.
sakit tahu, saat kita disalahkan karena sesuatu yang tidak bisa kita ubah atau perbaiki. serba salah, kim tidak tahu harus bagaimana.
"aku ke kamar ya," pamit kim. wanita itu beranjak dari duduknya, lalu keluar dari pintu, meninggalkan hazek yang sedari tadi menatap punggung kecil itu.
"iya,"
(・_・;)
paginya, kim bersiap untuk berangkat kuliah. perempuan itu memakai dalaman putih yang dibalut kardigan berwarna sage green, dipadukan dengan celana yang senada. tak lupa totebag putih kesayangannya.
jujur, ia berniat menitip absen pada selena, tapi tak jadi mengingat hari ini ia memiliki janji dengan jihan di kafetaria kampus. jadi sekalian saja dia kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
happiness
Teen Fictiongatau ini apa, gabut banget soalnya mark zachary adalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menaruh hati pada kimberly. bedanya, ia tidak berani untuk mendekat, bahkan sekedar mengirimi pesan saja dia tidak berani. tapi ternyata dunia memberinya...