3

2.1K 201 23
                                    

"Dokter Jung, apa kabar?"

Jaehyun kini kembali ke rumah sakit yang dulunya tempat ia bekerja. Karena kesibukannya menjalankan bisnis milik keluarga Na, memutuskan dirinya untuk melepaskan profesi awalnya sebagai dokter THT, menjadi direktur. 

Kedua orang tuanya tidak masalah dengan keputusan ini, setidaknya mereka tahu bahwa penerus asli keluarga Na menghilang tanpa jejak, sehingga Jaehyun dengan 'terpaksa' menggantikan posisi pewaris asli keluarga Na. 

"Baik suster, kalau suster bagaimana?", sapa Jaehyun ramah kepada wanita tua di hadapannya. Suster yang dulunya mengenal juga siapa Jaemin dan bagaimana pasien milik Jaehyun itu sangat dekat dengan Jaehyun, hingga tidur siang di ruangan Jaehyun di rumah sakit. 

"Baik, Dokter Jung, Anda terlihat lebih kurus", Jaehyun hanya terkekeh. 

"Ternyata lebih enak menjadi dokter daripada seorang pengusaha hahaha", wanita di hadapannya juga turut tertawa mendengarnya. Memahami maksud Jaehyun mengatakan apa yang dirasakannya saat ini. 

"Apakah belum ada titik terang untuk Na Jaemin, Dokter? Saya paham perasaan Dok-"

"Panggil saja Jaehyun, saya bukan dokter lagi, suster", senyuman tampan Jaehyun tunjukkan diikuti kedua lesung pipitnya yang dalam. 

"maaf, saya terbiasa memanggil Anda dengan sebutan Dokter Jung, dan lagipula, Anda akan tetap menjadi dokter THT terbaik di kota ini", Jaehyun hanya tertawa kecil mendengar pujian singkatnya. 

"untuk pencarian Jaemin, saya belum mendapatkan info hingga saat ini dimana dirinya berada. Saya sudah siap bertemu dengan Jaemin, apapun keadaannya", Jaehyun merendahkan pandangan matanya. Membuat wanita di sebelahnya menatap sendu pada dokter tampan itu. Merasakan kesedihan yang terpancar dari wajah Jaehyun. 

Wanita tua itu mengusap pundak Jaehyun, pria itu langsung tersentak beberapa saat. 


"Aku menyerah, Jaemin"

Tangan kecil itu mengusap pundaknya yang lelah. Permasalahan kantor datang bertubi-tubi dan dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi semuanya. Pundaknya terasa sangat lelah dengan tanggungjawab yang seharusnya tidak ia pikul saat ini. 

Jaemin turut merasa bersalah atas segala kesulitan yang dihadapi Jaehyun kala itu. Karena kekurangan pada dirinya dan Jeno, Jaehyun harus menerima seluruh tanggungjawab perusahaan yang tidak harusnya ia ambil.

Pria manis itu mendekap tubuh besar pria yang kini sudah menangis di sampingnya. Meletakkan kepala sang dokter di dadanya, memberikan usapan halus di belakang kepalanya. Hingga tanpa sadar isakan tangis di pundak Jaemin perlahan mulai terdengar. 


"Jaehyun?"

Jaehyun tiba-tiba tersentak kembali dan semuanya terasa tertarik kembali ke masa sekarang. Tidak ada lagi pemandangan temerang lampu ruangan kekuningan, melainkan tembok putih dengan pijar terang yang kini ia rasakan. 

"Kau lelah?", Jaehyun tersenyum kecil, merasa bersalah karena mengabaikan wanita di sampingnya yang memandangnya dengan tatapan sendu. 

"Iya, aku sedikit... lelah", entah kenapa memori itu mulai kembali ke dalam pikirannya. 

"Maaf jika aku membuatmu kembali sedih, silahkan Jaehyun, kamu bisa melanjutkan keperluanmu", wanita itu meninggalkannya di koridor rumah sakit. Jaehyun perlahan mendudukan dirinya di kursi terdekat yang ada disana. 

Kehilangan Jaemin selama beberapa tahun, sudah membuatnya tidak bisa melupakan pria manis itu. 

Jaehyun mengakuinya, bahwa kini, ia memang harus mengambil Jaemin untuk dirinya sendiri. 

Greedy (Nomin ft 2Jae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang