Serangan

1.9K 81 6
                                    

Di manshion keluarga Napier seorang pria dewasa berbincang serius dengan remaja di depannya "bagaimana ? Apa kau sudah mengetahui kelemahannya, tanya ferdi".

"Sudah ayah, balas Adam dengan senyum simpulnya".

Ferdi mengangguk-anggukkan kepalanya "Aku tau kau bisa diandalkan".

Laki-laki itu tersenyum bangga. Adam melihat ayahnya di meja kerjanya ia menegaskan "Kita hanya memanfaatkan bukan membunuh, aku tak ingin ayah menyakitinya ujarnya".

Ferdi mengerutkan keningnya detik berikutnya meja yang ia tempati di gebrak dengan keras hingga kertas-kertas berserakan "Siapa yang mengajarimu untuk memerintahku hah ?

"Ow atau jangan-jangan kau sudah mulai menyukai lacur keluarga itu.  Aku tak sudi mempunyai seorang putera yang mencintai bekas saingan musuh keluarga kita, Camkan itu Adam".

Adam menengadah dengan mata berani. Dadanya kembang kempis. Nafasnya sudah mulai tak beraturan akan penghinaan ayahnya kepada gadis yang disukainya "Cukup ayah ! Selama ini Adam sudah menuruti semua keinginan ayah. Adam akan lakukan sesuai rencana kita tapi jika ayah berani menyakitinya. Jangan salahkan tangan adam jika tangan ini yang menjadi penyebab hidup ayah berakhir".

Ferdi melihat kilat membunuh dari iris mata puteranya, ia tau puteranya tak pernah main-main "lakukan tugasmu tapi jika dirimu gagal kaupun tak akan bisa menghalangiku, jika aku turun tangan langsung".

******

Dijalan di dalam mobil mewah. Remaja laki-laki itu menduselkan wajahnya di perut sang wanita. Dia menyingkap seragam bagian atas wanitanya.

Setengah jam berlalu namun pria itu tak menghentikan aksi menciumnya hingga......

"Hentikan Axton ! Apa kau tak bosan menciumku terus menerus ucap Lia jengah".

"Aku tak pernah bosan selama itu tentang kamu baby", balas Axton tanpa menghentikan aktivitasnya. Iya mendongakkan wajahnya pada wanita diatasnya "malam nanti aku ingin makananku beb lanjutnya".

Badan lia menegang. Dia tau makanan yang dimaksud mempunyai arti lain. Tanpa disadari laki-laki dibawahnya air matanya menetes. Dia seperti tidak mempunyai harga diri jika berhadapan dengan laki-laki di depannya.

Kegiatan itu berhenti saat mobil dibelakangnya menghantam body belakang miliknya "Tuan kita di ikuti ucap supir panik".

"Sial, umpat Axton. "Siapa yang berani menghantarkan nyawanya di siang bolong padaku ucapnya marah" matanya menelisik kebelakang terlihat tiga mobil hitam tengah mengejarnya "arahkan ke tempat sepi, perintah Axton pada supirnya itu".

"Baik tuan muda", balas supir gugup. Bukan dia tidak percaya akan kemampuan tuan mudanya hanya saja dilihat dari sisi manapun yang ada di mobil itu terlihat banyak.

Benar saja ketika mobil itu berhenti sekumpulan pria berbadan besar tengah menatap remeh padanya. "Apa tuan kita tidak salah menyuruh kita semua menghabisi satu orang sampah, ujar salah satu dari preman itu".
Diikuti tawa dari masing-masing mereka.

"Bacottt", tanpa babibu Axton memukul rahang salah satu dari mereka. Serangan itu secepat kilat tanpa disadari oleh mereka, mereka yang kaget menyerang secara bersamaan. Tanpa ampun Axton membunuh dan menerjang orang-orang itu. Pukulan dan tendangan menyasar tepat, sama sekali tidak ada kesempatan bagi lawan untuk membalas. Saat salah satu dari mereka berniat kabur, Axton menerjang memberi tendangan keras pada punggung lawan lalu menginjak kakinya "mau kabur heh ?? Ucapnya dengan tak melepaskan tekanan di kakinya.

Kaki preman itu sudah retak. Pria angkuh itu tidak memperdulikan erangan kesakitan dari musuhnya. Preman itu mencoba berlari sebisanya namun apa daya dia tak menyangka orang yang diremehkannya mampu membunuh lusinan teman-temannya dalam hitungan detik. "Tolong lepaskan aku tuan, ucap preman itu".

"Siapa yang menyuruhmu ?, tanya Axton".

"Aku tidak tau tuan, sungguh akhhhh..... teriaknya kencang saat pria diatasnya menginjak semakin keras.

"Aku tak mengenalnya sungguh, aku tak berbohong ampuni aku tuan, yang ku tau dia hanya menyuruh kami untuk membunuh tuan karna yang saya dengar tuan membunuh saudara kemmm....

Kretak... bunyi tulang yang dipatahkan, yups Axton mematahkan kepala pria itu hingga tak bernyawa.

"Musuh lagi lirihnya" lalu ia tersenyum "ah kapan ia tak pernah punya musuh tanya nya pada diri sendiri".

Lalu ia menghampiri mobilnya yang keberadaannya tak terlalu jauh dari tempat perkelahian, dengan ceceran darah yang ada dibaju serta wajahnya ia menghampiri gadisnya "Baby kamu tidak apa-apa, tanya nya".

Lia memeluk laki-laki itu. Dia tidak tau kenapa hatinya khawatir dengan pria di depannya. Sungguh lia membenci saat pria itu sudah berurusan dengan darah "wajahmu katanya...".

"Ohh... ini ! Darah mereka". Ujar Axton kelewat santai.

Lia memukul dada bidang di depannya "hiks kamu jelek ucapnya lalu ia menenggelamkan wajahnya di dada pria itu.

Axton tersenyum "menggemaskan batinnya". ia merasa hangat saat gadisnya menghawatirkannya.

Salammmm...........

Posesif Malphas [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang