Sekolah

2.3K 123 2
                                    

Koridor sekolah yang ramai tiba-tiba hening tak kala bunyi deritan kursi roda dengan bocah tampan dibelakangnya melewati beberapa siswa yang berlalu lelang.

Lia menoleh kesekitar saat tatapan para siswa tertuju pada kakinya. Tanpa sadar ia mencengkram roknya sendiri.

Axton yang tau gadisnya risih, ia menyorot tajam orang disekitarnya. "Berani lihat gadisku, gue terbangin mata kalian dari tempatnya.

Seketika semua siswa menunduk takut. Lia hanya diam sampai dikelas matanya bertubrukan dengan sosok yang sangat ia rindukan Adam. Sosok teman pertamanya setelah Axton dan Hani. "Kak adam, ucapnya lirih

Axton yang memang pendengerannya dilatih dan tajam, ia menundukkan kepalanya sejajar ditelinga gadisnya "jangan paksa aku mengurungmu dirumah baby dan kamu tidak akan pernah sekolah lagi". Ia menggendong lia dan didudukkannya dikursi samping.

Kelas dimulai dengan Axton yang terus memperhatikan gadisnya. Pak Alex sang guru killer langsung melempar penghapus tepat ke kepala Axton. "Sudah merasa pintar ya, ucap Pak Alex.

Dia yang lengah mukanya merah padam seketika darahnya mendidih. "Beraninya kau. Axton menekan kalimatnya ia benar-benar marah. Sebelumnya tak ada yang seberani ini padanya".

"Sampah bilangan 5×5+5 itu yang kau ajarkan padaku". Cuihh....

yang benar saja sekalipun lelaki itu bolos bertahun-tahun pun ia tidak akan tertinggal. Bocah genius tidak tersemat begitu saja dibelakang namanya jika soal di depannya saja ia tak mampu.

Elusan di punggungnya menyadarkannya. Seketika wajahnya berubah menghangat tak kala melihat gadisnya yang sekarang ketakutan. "Kali ini kau selamat pak tua. Batin bocah itu".

Di kantin

Dua bocah dengan seorang laki-laki berparas tampan sedang memangku sosok gadis yang sedang cemberut. "Turunkan aku kak, aku malu kesal lia".

"Ngapain malu baby. Balas Axton dengan tangan memainkan rambut gadis di pangkuannya, sedang tangan kiri meremas paha di bawahnya"

Sstttt... ringis lia. Saat dirasa bagian dalam pahanya diremas cukup kuat.
"Kak Axton tolong berhenti.

Laki-laki itu hanya menghiraukan dan membawa gadis dipangkuannya ke ruang pribadinya saat dirasa area terlarangnya bereaksi. Sungguh ia tak menyangka mengingat ia masih kecil. Apa ia kelebihan hormon fikirnya.

Saat sampai di ruangan pribadinya. Axton membaringkan gadisnya ke ranjang.

Deg deg deg... bunyi detak jantung yang berdengung di antara keduanya. "Baby apa kau ingat saat pertama kali kita bertemu ? Ucap Axton memecah keheningan diantara keduanya.

Jari jempol dan telunjuk ia sematkan di dagu seakan berfikir. Dilanjutkan dengan menggeleng. "Lia tidak ingat kak balasnya.

Axton mencubit gemas hidung gadisnya. "isshhh.. bukankah dulu kamu pernah bilang akan selalu menjadi milikku".

Tanpa sadar lia mengganggukkan kepalanya.

"Good. Ucap Axton mencium kening gadisnya. Ingat kamu hanya milikku dan akan menjadi milikku".

"Aku tak akan melepaskanmu baby, bahkan saat kamu meminta pergi, batin laki-laki itu".

"Kau tau seberapa frustasinya aku menunggumu dewasa. Kau tau seberapa gilanya aku ingin menandakanmu lanjutnya".

Sedang di ruangan lain hani berusaha mendekati Adam. Sosok laki-laki yang tak kalah tampan dari majikannya. Jika Axton berperawakan tegas maka Adam bak sosok malaikat wajahnya terkesan imut di usianya.

"Menjauh dariku bitch. Marah Adam.
Saat dirasa perempuan di depannya semakin bertingkah di luar batas usianya.

"Aha.. kau sudah membuka topeng bak malaikatmu ternyata balasnya". Apa menariknya lacur itu sampai kalian begitu tergila-gila".

"Hentikan omong kosongmu, kau tak ada bandingannya dengannya.

"Aku cukup cantik, tak bisakah kamu melirikku. Aku bisa melakukan apapun ucap hani meyakinkan".

"Apapun ?? Adam mencoba memastikan.

"Yeah. Apapun".

Diam-diam Adam bersmirk. "Dasar cewek bodoh batinnya".

Pov Amelia
Sudah berbulan-bulan aku mengenalnya, dari sana aku tau laki-laki itu tak suka dibantah. Aku ingin kabur tapi tak bisa. Puncaknya saat ini aku lumpuh karna sosok yang ku sebut iblis. Iblis kecil yang selalu menyiksaku.

Iya membawaku keruang pribadinya. Awalnya ia mencoba mengingatkanku akan pertemuan pertama kita. Aku yang pada dasarnya pelupa hanya menggelengkan kepala.

Tak lama bibir lembut itu menyapu bibirku secara perlahan. Membuatku merasa panas. Hangat dan lembut saat bibirnya menyentuh bibirku. Badanku membeku "ihh kakak jangan cium-cium aku terus ?

"Kenapa ? Tanyanya tanpa menghentikan ciumannya yang menjalar di leherku".

"Ihh.. lia geli. Aku mencoba melepaskan diri dari kukungannya. Tapi tubuh sekecil aku mana mampu melebihi kekuatannya.

"Sebentar.. Sebentar saja katanya". ia terus memelukku. Percuma saja aku melawannya.

Salamm Justicia💕.........

Posesif Malphas [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang