O9.

9 3 2
                                    

Matahari bersinar semakin terik, Adimas dan teman temannya satu persatu keluar dari kamarnya untuk memulai aktifitas. Rencananya mereka mengadakan free time siang itu untuk eksplor Villa tersebut. Namun bukannya melihat lihat sekeliling Villa, mereka dengan kompak malah langsung berganti pakaian renang dan menuju kolam renang secara bersamaan. Ternyata secara tidak sadar mereka memiliki pemikiran yang sama.

Mereka semua mengira bahwa anggota perempuanlah yang akan paling girang saat akan berenang, namun nyatanya yang berlari kencang dari dalam Villa serta memekik kegirangan adalah Adimas. Semua orang di situ melongo melihat tingkah Adimas. Seorang Adimas yang berwibawa, keren, serta lembut sedari tadi pagi mendadak berubah menjadi bocah 5 tahun.

"Gue gak nyangka" gumam Janu yang tentunya dapat didengar oleh yang lainnya.

"Pantesan dari tadi di jalan dia gak uring uringan" kali ini Rio ikut bersuara.

"Pantesan bela belain beli sarapan"

"Mana dia sampai makan sambil nyetir"

Mereka terus bergumam sambil menyaksikan Adimas naik ke atas perosotan dan meluncur ke bawah berkali kali. Mungkin mereka menyaksikan itu sekitar 5 - 10 menit baru mereka ikut masuk ke dalam air.

Pemandangan yang sangat indah. Lima orang remaja sedang melepaskan beban pikiran mereka dari kehidupan nyata. Melepaskan penat dan beban yang ada di pundak mereka dengan bersenang senang seakan tidak ada hari esok.

Mereka berenang dan bermain air berjam jam sampai matahari sore menerangi bangunan tersebut. Rio adalah yang pertama naik ke permukaan untuk membersihkan diri dan menyiapkan makanan untuk mereka semua. Di susul lainnya yang langsung menuju kamar mandi kamar mereka masing masing.

Adimas masih terduduk di kursi santai pinggir kolam dengan handuk yang menutupi dada dan punggungnya. Nara kembali keluar Villa dengan wajah masam dan kaki yang dihentak hentakkan dengan kesal. Adimas yang menyadari kehadiran gadis tersebut lantas memanggilnya.

"Nar, katanya mau mandi?" tanya Adimas.

"Meeta ngerebut kamar mandinya, ih. Gue jadi kudu nunggu dia mandi dulu" jawab Nara sambil duduk di sebelah Adimas. Adimas menyimak jawaban Nara dengan seksama, melihat Nara yang sedikit menggigil karena kedinginan.

Adimas menoleh ke kanan kiri mencari apakah masih ada handuk yang kering di sekitarnya, namun memang tidak ada handuk yang tersisa entah kenapa. Akhirnya ia mengalah dan menyerahkan handuknya untuk Nara.

"Sedikit basah tapi daripada menggigil" ucapnya sambil meletakkan handuk miliknya di punggung Nara. Sang gadis yang awalnya ingin menolak tapi ia urungkan karena tahu betapa keras kepalanyaanusia di sebelahnya ini.

"Kakak ga dingin? Telanjang dada begitu nanti masuk angin gimana?" ucap Nara perhatian.

"Tidak, tidak dingin, toh sebentar lagi saya mandi" bohong Adimas padahal hidungnya sudah mengeluarkan ingus yang mati matian ia sembunyikan. "Saya ke dalam duluan, jangan lupa langsung mandi kalau Meeta sudah selesai"

Adimas meninggalkan Nara yang masih terduduk di bangku tadi. Antara menyembunyikan ingusnya yang memberontak ingin meluncur dan dia sedikit merasa aneh jika berduaan dengan Nara dengan waktu yang cukup lama.

Adimas segera mandi dan memakai baju hangat karena udara semakin dingin saat langit menjadi gelap. Di ruang makan telah terpampang dua orang lelaki dan satu gadis yang sibuk berotak atik dengan alat dan bahan masakan di depan mereka.

"Dimas duduk aja ya, Dim. Kita kita aja yang masak lo tinggal makan nanti" cegah Janu saat melihat Adimas.mendekat hendak membantu. 

"Iya iyaa, cerewet bener"

HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang