O3.

19 8 5
                                    

🕊️

Nara telah sampai pada aula tempat ia berlatih Teater Musikal. Kali ini timnya akan mewakilkan diri dalam event Internasional, dimana akan banyak orang penting yang berasal dari luar negri menonton dirinya serta rekan timnya.

"Nara! Widih tumben cepet, udah makan siang, kan?" tanya salah rekannya yang bernama Theo.

"Tadi dosen gue pas ngajar udah kayak Tayo, ngebut banget" ucap Nara sambil meletakkan tasnya di lantai bersama milik teman temannya. "Udah makan gue, beli mie ayam bu Siti di kantin" lanjutnya.

"Nyali lo gede juga masih berani makan mie ayam padahal part lo nadanya setinggi gunung Everest"

"Hehe, sekali sekali crack gak apa apa kali"

"Bapakmu gak apa apa" ucap Theo sambil mengambil ancang ancang untuk memukul Nara.

"Bapak yang mana? Yang kandung atau tiri?"

"Buset, PLN kaga kerja apa gimana sih, gelap nih gelap" Theo beralih pergi setelah mendapat dark jokes dari Nara. Nara membalasnya dengan kekehan kecil.

Nara mengganti pakaiannya dengan kaos serta celana training yang biasa ia gunakan untuk berlatih. Ia mulai pemanasan dengan tubuhnya dan suaranya, hari ini ia dan timnya harus sudah menyelesaikan adegan hingga akhir karena waktu pementasan yang tinggal beberapa minggu lagi.

"Nara! Suara aman gak kemarin?" tanya pelatihnya mengingat kemarin Nara menggunakan suaranya dengan keras.

"Aman bang, udah di kasih ramuan kaya biasa"

"Bagus dah, jangan ciki dulu ya sampai manggung"

"Iyee bang, buset dah"

Nara berlatih seperti biasanya, menyanyikan nada nada tinggi dengan mudahnya seperti sedang bernafas, melakukan akrobat sulit yang tidak semua orang bisa lakukan.

Beberapa jam berlalu sampai senja mulai menunjukkan sinar hangatnya. Tim Nara telah mencapai akhir dari latihan, hanya perlu mengulang beberapa adegan agar terlihat progress latihan mereka selama beberapa bulan ini.

"Satu puteran lagi ya?? Yang tenggorokannya kering minum dulu cepet, 5 menit udah balik posisi" teriak pelatih mereka.

Latihan kembali diadakan, mereka memulai pertunjukkan mereka dari awal hingga akhir. Tepuk tangan bangga dari pelatih mereka terdengar nyaring di ruangan besar itu, dilanjut para pemain lainnya yang ikut bersorak mengapresiasi pencapaian mereka hari ini.

Evaluasi diadakan ditengah ruangan dengan duduk melingkar. Sebagian besar evaluasi diisi dengan introspeksi diri mereka, sedangkan sang pelatih hanya mampu mengucapkan rasa bangga terhadap tim tersebut.

Nara akhirnya menyelesaikan jadwal latihannya itu dengan baju dan tubuh penuh keringat. Ia langsung berjalan keluar aula dengan menenteng tas menuju motornya. Saat ini ia akan langsung menuju cafe dekat kampusnya untuk melakukan rapat kecil dengan club fakultasnya yaitu "Little Counselor".

Club itu sudah berdiri sekitar 3 sampai 4 tahunan dan sekarang Nara adalah ketua club tersebut. Little Counselor ini adalah club milik Mahasiswa Fakultas Psikologi kampus Nara yang bisa diikuti oleh kalangan umum, pengurus intinya adalah anak anak fakultas tersebut dan yaa.. bisa dibilang ini adalah club turun temurun.

Nara menyetir motornya dengan santai sambil menikmati terpaan angin yang sejuk menyentuh tubuhnya yang penuh keringat. Letak cafenya tidak jauh dari kampusnya, hanya butuh beberapa menit untuk sampai di sana, maka dari itu teman teman Nara sangat sering nongkrong di cafe milik Papanya itu.

"Nah, akhirnya bu ketua udah sampai" celetuk salah satu temannya. Lima orang telah berkumpul di satu meja menunggu ketua mereka yang baru saja datang.

"Buset abis mandi apa gimana dah, Nar?" Meeta yang sudah datang juga ikut mengomentari dirinya.

HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang