1O.

16 3 9
                                    

Di tengah malam pukul 2 pagi, Meeta sudah ribut dan membangunkan seisi rumah. Ia tengah kebingunan mencari teman sekamarnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Nara.

"Naarr! Naraa! Lo di mana anjir??!!" teriaknya panik sambil mengelilingi ruangan ruangan.

Para lelaki yang mendengar teriakan tersebut lantas terbangun dan keluar dari kamar masing masing. Terlihat sekali muka bantal mereka yang sangat kusut.

"Kenapa Naranya, Met?" tanya Rio dengan gerakan mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Tadi dia ketiduran tapi katanya udah minum obat jadi ya gue biarin. Pas gue kebangun dia udah gak ada di kamar plus obatnya ternyata belum diminum seharian" jelas Meeta panjang lebar.

"Obat? Obat apa-"

"Anti-depresan" jawab Rio cepat.

Adimas yang langsung paham lantas berlari menuju kamar Nara dan Meeta untuk mengambil kotak obat obatan Nara. Sedangkan lainnya langsung berpencar mencari gadis tersebut.

Semua berteriak teriak panik memanggil manggil nama Nara. Tanpa alas kaki, mereka berlarian menyusuri bangun tersebut.

"ASTAGA NARA!" teriak Janu terkejut melihat gadis yang dicarinya tengah berdiri di ujung rooftop. Semua orang panik menyuruh Nara untuk mundur agar tidak jatuh dari bangunan tinggi itu.

Adimas yang mendengar itu dari dalam lantas dengan cepat mengambil botol air dan mencari tangga menuju atas. Setelah ia temukan, ia naik dengan cepat dan akhirnya ia melihat sosok gadis yang tengah berdiri dan hendak menjatuhkan dirinya sendiri. Nara menutupi kedua telinganya seperti sedang menghalau semua suara yang masuk.

"Nara! Semua suara yang kamu dengar itu gak nyata!" ucap Adimas sambil perlahan mendekat.

"Stop kak-"

"Nar, kamu sedang dibuat mainan oleh mereka, jangan turuti kata kata mereka Nar!" Adimas tetap dengan langkahnya yang semakin dekat dengannya.

"Kita turun, ya? Saya temani"

Tentunya semua orang yang di bawah, termasuk satpam yang sedang berjaga sama sama tegang. Mereka berkeringat dingin melihat adegan di depan mereka.

"Mereka bilang kalau gue lompat, gue gak perlu minum obat lagi" ucapnya lirih.

"Siapa bilang?"

"Saya bisa bantu kamu, Nara. Saya janji bakal temani kamu sampai sembuh" Adimas mengulurkan tangannya perlahan saat Nara mulai menolehkan kepalanya pada Adimas.

"Percaya saya, Nar"

Tangan Nara yang awalnya menutupi telinganya lantas turun perlahan. Mengambil kesempatan, Adimas melangkah dengan lebar dan menarik baju Nara. Dengan sigap Adimas menangkap tubuhnya dan mendudukannya sejenak. Ia mengambil tangan Nara dan meletakkan obat obatannya dengan terburu buru karena ia tahu setelah ini Nara akan melemas dan tidak sadarkan diri.

"Pegang janji saya, saya akan bantu kamu, Nara" ucapnya saat Nara telah menelan obat obatannya, dan seperti yang ia duga bahwa gadis itu kehilangan kesadarannya tak lama setelah menelan obatnya.

Adimas menggendong Nara di punggungnya dan berjalan turun. Di bawah, semua orang tengah menunggu mereka dan tentunya mengkhawatirkan mereka.

"Gak apa apa, udah gue jejelin obat" perkataan Adimas membuat semua orang kembali tenang.

"Biasanya dia gak inget begitu bangun, jadi gak usah pada cerita ya, biarin aja" ucap Rio setelah Nara dikembalikan ke tempat tidurnya.

Keesokan paginya, Nara adalah orang pertama yang bangun dan menyiapkan semua orang roti panggang serta selai yang mereka bawa di atas meja makan. Keempat temannya masih bersiap di kamar mereka, rencananya hari ini mereka akan pergi ke kebun jeruk yang lagi lagi milik papa Meeta.

HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang