Malam harinya, sesuai rencana, mereka mengadakan acara BBQ di halaman belakang. Adimas bagian membakar daging daging bersama Janu. Rio ditugaskan mencuci dan menyiapkan sayuran dengan para gadis.
"Bang! Yang bener ah nyucinya, ini selada masih ada tanahnya udah ditaruh aja" omel Nara yang terdengar sampai luar.
"Ih maapp, gak keliatan gue" Rio memanyunkan bibirnya dengan kesal, padahal ia juga yang salah.
"Temen lo bikin ulah lagi, Dim" sindir Janu sambil memotong motong daging yang sudah setengah matang.
"Mana ributnya sama cewek cewek mulu" sahut Adimas.
"Bukan temen gue"
"Bukan temen gue juga" canda Adimas dan Janu setelah mendengar keributan tanpa henti dari dapur di dalam.
Selang beberapa menit, tim sayuran telah selesai dengan tugasnya dan telah duduk rapi di meja yang telah diangkut oleh Janu dan Adimas sebelum memasak tadi.
Melihat tim sayuran yang sudah melihat ke arah daging panggang dengan mata lapar nan memelas, Adimas dan Janu mempercepat kerjanya agar anak anak ayam yang memandang tajam ke arah mereka.
"Gue merasa dilihatin sama zombie deh" celetuk Adimas.
"Sama. Buruan deh makanya" ucap janu yang mulai risih dengan tatapan mereka.
Akhirnya mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dan beralih mengambil panci nasi ke meja makan. Semua makanan telah siap di meja makan dan mereka semua mulai sesi melahap makanan di depan mereka. Adimas lebih memilih memakan kue dari mamanya yang sisa kemarin. Rasanya ia sudah kenyang dengan memasak segitu banyaknya daging sapi.
Acara makan makan tersebut berakhir dengan obrolan obrolan kecil dan candaan yang sesekali keluar dari pemuda pemuda itu. melihat kondisi yang semakin larut, Adimas pergi ke dalam tanpa mengatakan apapun.
"Lah? Kak Dimas ngantuk apa gimana itu?" tanya Meeta dengan gigitan macaron yang memenuhi mulutnya.
"Biarin aja, kebiasaan kemana mana gak pamitan ya begitu" jawab Rio singkat. Lainnya hanya mengangguk anggukan kepalanya mengiyakan jawaban Rio.
Adimas kembali ke kerumunan setelah beberapa saat menghilang, namun itu saatnya mereka untuk membereskan segala peralatan yang kotor. Hingga semuanya bersih, mereka kembali ke kamar masing masing kecuali Nara yang masih betah dengan cake di depannya.
"Enak, Nar?" tanya Adimas sambil duduk di depannya.
"Banget, kak. Bilangin ke mamanya, ya, Nara suka banget sama kuenya" puji Nara sambil menyendokkan lagi kue ke dalam mulutnya.
Adimas hanya mengiyakan perkataan Nara sambil tersenyum kecil. Hal yang ia lakukan selanjutnya adalah menyerahkan kotak obat yang di dalamnya terdapat obat dengan pembagian yang sudah rata untuk sekali konsumsi setiap harinya. Ia yang mengatur itu semua saat menghilang selama beberapa saat tadi.
Adimas menyerahkan kotak obat tersebut beserta botol air di depan Nara. Nara yang melihatnya hanya menatapnya bingung serta terheran heran.
"Minum obatnya, sudah saya aturkan di tiap kotak kotak kecil di situ" jelas Adimas.
"Emang kakak tahu- wait... Ini bener semua tatanannya, kok bisa tahu?" tanya Nara dengan alis tertekuk curiga.
"Orang di tabungnya ada aturan konsumsinya, Nar. Buruan minum atau saya ceburin kamu ke kolam"
Nara dengan gelagapan langsung meneguk empat tablet obatnya dalam sekali lahap. Ia lebih baik melahap obat saat itu juga daripada ia harus merasakan dinginnya air kolam malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELIOPHILIA | Doyoung x Sejeong
Hayran KurguHeliophilia (n.) Desire to stay in the sun; love of sunlight; An addiction to the sun ••••• "Kalau mau lompat, ya lompat saja, mas" Aku terkejut bukan main karena suara yang tiba tiba muncul dari sebelah kiriku. Aku menoleh cepat dan mendapati gadi...