"Maafin aku, Kak. Aku sempet gak percaya kalau kak Hyunjae hamil anakku," Juyeon mengulas senyum hangat.
Hyunjae hanya menghela napas. Ia, Juyeon, dan Younghoon baru saja pulang dari rumah sakit yang didatangi Hyunjae untuk angkat rahim. Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau Hyunjae memang hamil dan Juyeon adalah ayah si bayi.
"Kak?" panggil Juyeon sehingga Hyunjae menoleh menatapnya.
Jakun Juyeon bergerak naik turun. Ia tampak gugup. "Apa kak Hyunjae gak suka hamil anakku? Muka kak Hyunjae lesu dan berkali-kali kak Hyunjae hela napas." ucap Juyeon.
Hyunjae menggeleng pelan. "Aku biasa aja hamil anakmu. Tapi aku bakal gugurin anak ini, sekaligus ngangkat rahimku biar aku kayak cowok normal."
Kedua mata Juyeon membelalak. "Kak Hyunjae tetep mau gugurin anak kita?!"
Kening Hyunjae berkerut. "Harusnya kamu seneng. Kok kaget?"
Juyeon menghela napas. "Kak," ia meletakkan kedua tangannya masing-masing di bahu Hyunjae, menggeggamnya. Wajahnya ia dekatkan dengan wajah Hyunjae. "Aku mau tanggung jawab. Jangan digugurin, yah?" lanjut Juyeon serius.
Hyunjae terkejut. Seketika ia menangis kencang. Juyeonpun kebingungan. Ia menarik Hyunjae perlahan ke dalam dekapannya. Juyeon tak mengerti kenapa Hyunjae menangis. Apa ia mengatakan sesuatu yang salah?
"Kak?" panggil Juyeon pelan.
"M-makasih ... aku kira kamu bakal nolak aku sama bayi ini ..." ucap Hyunjae dengan gemetaran.
Juyeon tersenyum lega. Ia mengeratkan pelukannya. Mencium aroma tubuh Hyunjae yang selalu ia rindukan tiap malam.
"Ayo menikah, Kak Hyunjae."
Tubuh Hyunjae membeku begitu mendengar ucapan Juyeon. Isakan tangisnya pun berhenti. Mereka mengurai pelukan, menatap wajah satu sama lain yang memerah.
"N-nikah?" ulang Hyunjae.
Juyeon mengangguk sambil tersenyum hingga matanya menyipit membentuk senyuman. "Iya, Kak. Kak Hyunjae mau kan nikah sama aku? Ayo sama-sama rawat anak kita. Kita bangun rumah tangga."
Hyunjae speechless. Ia terdiam sambil tetap menatap kedua mata Juyeon. Jelas terlihat kalau adik tingkatnya itu serius. Namun, Hyunjae mendadak bimbang.
"Keluargamu gimana?" tanya Hyunjae.
Hyunjae menyadari kalau hidupnya dan hidup Juyeon sangat berbeda. Ia hidup sendirian, tak berkeluarga, ekonomi rendah. Sementara Juyeon memiliki keluarga, keluarga yang kelas ekonominya tinggi.
"Orangtuaku pasti setuju kok." ujar Juyeon, berusaha meyakinkan Hyunjae.
Hyunjae masih bimbang. Ia meremas jemarinya gugup. Memikirkan masa depan seringkali membuatnya takut. Terlebih, ini menyangkut kehidupan percintaannya. Menikah bukanlah perihal sepele.
"Kak?" panggil Juyeon. Lelaki itu juga takut, takut ditolak oleh Hyunjae.
Hyunjae sedikit terkesiap. Ia menatap mata Juyeon sedalam mungkin. Merasa yakin dengan ketulusan Juyeon, Hyunjae pun mengangguk. Juyeon mendesah lega dengan senyum di bibirnya.
Hyunjae ikut tersenyum melihat wajah Juyeon yang tampak bahagia. Ia sedikit terkejut ketika Juyeon tiba-tiba memagut bibirnya. Namun, keterkejutan itu tak bertahan lama-Hyunjae hanyut dalam ciuman lembut dari Juyeon.
"Makasih banyak, Kak." ucap Juyeon begitu ciuman mereka selesai.
Hyunjae mengangguk dengan pipi semerah tomat.
●●●
"NIKAH?!" Younghoon berseru tak percaya.
Hyunjae mengangguk seraya tersenyum simpul. "Iya. Dia ngajak aku nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY || Jumil
Фанфик📌BXB Hyunjae bingung. Dirinya yang merasa laki-laki asli tiba-tiba hamil. Parahnya adalah dia tak berani memberitahukan ayah sang bayi soal kehamilannya. Ia terlalu takut ditolak lalu diusir pergi seperti di novel-novel angst. Apalagi ayah dari bay...