📍Bab 9📍

637 68 0
                                    

Vote juseyooo~

Hyunjae duduk santai di sofa, menonton film di televisi. Hari ini ia tak memiliki kegiatan apapun setelah ia membersihkan seluruh bagian apartemen Juyeon dari jam tujuh hingga jam delapan pagi. Hyunjae berhenti dulu dari kuliahnya sejak dua bulan yang lalu atas perintah Juyeon. Hyunjae menurut karena ia menyadari perutnya juga makin membesar. Ia tak mungkin terus datang ke kelas matkul dengan perut besar.

Lama-lama Hyunjae jengah. Film yang ia tonton tak berhasil membuat bosannya hilang. Cemilannya juga sudah habis. Ia pun berinisiatif untuk jalan-jalan di sekitar apartemen. Tak lupa ia memakai jaket super oversize agar perutnya tak terlihat besar.

Udara segar dan sinar matahari yang hangat langsung menyapa Hyunjae. Gedung apartemen milik Juyeon ini letaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya. Ruko di depan sana yang membatasi antara jalan raya dengan gedung apartemen.

Hyunjae tersenyum manis tiap para tetangga yang juga penghuni apartemen menyapanya. Beberapa dari mereka bertanya siapa dia dan kenapa tinggal bersama Juyeon. Hyunjae hanya menjawab kalau ia dan Juyeon berteman dekat. Beruntung, semua orang percaya.

Hyunjae ingat bahwa Juyeon bilang di belakang gedung apartemen ada taman bermain. Hyunjae pun memutuskan untuk kesana.

Benar kata Juyeon—di belakang gedung ada taman bermain anak-anak. Hyunjae mengambil duduk di bawah pohon. Ada karpet terbentang di sana entah milik siapa. Bibirnya tersenyum dengan mata menyipit memandangi anak-anak dan orang tua mereka bermain bersama.

Semua anak-anak kecil itu bermain bersama ayah dan ibu mereka. Melihat itu, hati Hyunjae mencelos. Ia lantas mengusap perutnya dan menghela napas.

Gimana kalau anakku besok malu karena orang tuanya sama-sama laki-laki?

Hyunjae menunduk lama. Hingga tepukan di bahunya membuat lelaki itu tersentak dan mendongak cepat. Namun, Hyunjae tersenyum lega karena ternyata yang menepuk bahunya tadi adalah seorang anak laki-laki mungil berpipi gembul yang membuatnya gemas.

"Hai, kak!" sapa si mungil.

"Hai juga! Ini karpet kamu?" tanya Hyunjae lembut.

Si mungil mengangguk, "Iya. Tapi kakak boleh duduk di sini kok."

Hyunjae tersenyum simpul, "Ah, makasih, ya? Sini duduk di samping kakak." Hyunjae menepuk ruang di sampingnya.

Anak laki-laki itu menurut—duduk di samping Hyunjae. Hyunjae mengacak gemas rambut keriting si mungil. "Mama papa kamu dimana?" tanya Hyunjae.

"Papa lagi beli es krim. Daddy lagi kerja di kantor."

Hyunjae terkesiap. "Hah? Papa dan Daddy? Kamu punya dua ayah?"

Si mungil mengangguk, "Iya."

"Oh ... terus kamu pengen punya mama, gak?"

Si mungil menggeleng, "Gak mau. Kan aku dah punya dua papa yang sayang sama aku. Gak perlu mama."

Hyunjae merasakan hatinya sejuk mendengar penuturan anak kecil di sampingnya itu. Ia mengusap pelan kepala si mungil. "Kamu anak baik."

"Hehe, kakak juga baik!"

Keduanya tertawa bersama.

●●●

Hyunjae sedang belajar memasak di dapur dengan bantuan video tutorial di yt. Ia memperhatikan dengan seksama cara koki memasak omlet di video itu. Hyunjae meniru cara dari video itu.

"Ah!" Hyunjae menggembungkan pipinya dengan kedua alis bertautan. Omlet yang ia buat malah hancur.

"Ck, susah banget sih!" gerutunya kesal.

STAY || JumilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang