📍Bab 11📍

1.2K 68 3
                                    

"Beres-beresnya nanti aja, Sayang. Ayo keluar cari makan dulu." Juyeon memeluk Hyunjae dari belakang dan mengecup sekali tengkuk yang lebih tua.

"Bentar aja kok. Kamu minggir dulu."

Juyeon menghela napas dan menyingkir. Pagi ini mereka tiba di villa yang baru dua bulan lalu dibeli Juyeon. Jarak pantai dengan villa hanyalah seratus meter. Pemandangan pantai terlihat indah jika dilihat dari lantai dua.

Selesai membereskan barang-barang mereka, keduanya lalu keluar dari villa untuk mencari sarapan. Juyeon melingkarkan lengannya ke pinggang Hyunjae, memeluknya posesif.

"Ih, malu diliatin orang!" desis Hyunjae.

Juyeon terkekeh dan mencubit gemas hidung mancung Hyunjae, "Gak papa. Kan kita udah nikah. Lagian gak banyak orang kok di sini."

Hyunjae mengerucutkan bibirnya kesal dengan Juyeon yang keras kepala. Juyeon tak peduli.

"Mau makan apa? Baby mau makan apa, Nak?" Juyeon mengelus perut Hyunjae dengan tangan satunya.

"Mau makan ayam."

Juyeon menautkan alisnya, "Ayam lagi? Kamu tiap hari makan ayam terus gak bosen?"

Hyunjae menggeleng, "Gak bosen tuh. Ayam kan enak."

"Kak Hyunjae gak mau nyoba seafood? Di sekitar sini banyak restoran seafood yang enak."

"Gak," Hyunjae mengerucutkan bibirnya dan menggeleng, "Aku maunya ayam. Gak suka ikan." lanjutnya.

Juyeon tersenyum pasrah dan mengangguk, "Oke. Kita nyari ayam. Atau kamu tunggu di sini aja? Biar aku yang nyari makan." ujar Juyeon.

"Boleh deh. Aku duduk situ, ya?" Hyunjae menunjuk kursi panjang di bawah pohon besar. Letaknya di samping villa.

Juyeon mengangguk setuju, "Iya kamu duduk di situ aja. Aku gak akan lama. Tunggu, ya?"

"Iya."

Juyeon mengecup kening Hyunjae dan melangkah meninggalkannya. Hyunjae mengulas senyum dan melangkahkan kakinya ke kursi yang kelihatannya sangat nyaman itu. Ia mengambil duduk dan menatap ke depan.

Ombak menerjang batu-batu besar di pinggir pantai. Suara yang dihasilkan ombak membuat Hyunjae merasa tenang. Benar kata Juyeon, di sini tidak ada banyak orang. Hanya beberapa pasangan kadang lewat.

Hyunjae tersenyum setiap mengingat manisnya Juyeon. Hidupnya seolah berubah 180 derajat sekarang. Dulu, ia hanya mahasiswa nolep dengan otak pas-pasan dan hanya punya satu teman yaitu Younghoon. Ia tak kenal dunia luar. Hingga Juyeon datang membawa warna baru dalam hidupnya yang dulu terkesan abu-abu dan datar.

Lima belas menit kemudian, Juyeon datang dengan dua kotak ayam goreng. Hyunjae tersenyum seraya bertepuk tangan kecil, antusias untuk segera memakan ayamnya.

"Yeeyy, makasih Juyeon."

Juyeon yang hendak memberikan satu kotak ayam ke Hyunjae langsung menariknya kembali, membuat Hyunjae bingung. "Panggil aku Sayang. Baru aku kasih."

Hyunjae memutar bola matanya. Ia lalu meringsut mendekat dan mengecup pipi Juyeon. "Makasih, Sayang." bisiknya.

Juyeon terkekeh gemas dan mencubit hidung Hyunjae sebelum memberikan kotak makan ke yang lebih tua. Mereka lalu makan dengan tenang. Suara desir ombak membuat suasana makin nyaman.

"Minumnya ini, Sayang." Juyeon mengangkat dua kotak jus jeruk. Hyunjae hanya mengangguk dan tetap fokus pada ayamnya. Pipi Hyunjae sampai menggembung karena mulutnya penuh. Melihat itu, Juyeon tersenyum gemas.

"Makannya pelan aja. Bahaya kalau cepet-cepet. Entar kesedak." ujar Juyeon. Hyunjae hanya mengangguk tapi tempo makannya tidak berubah sama sekali.

Setelah tiga potong ayam milik Hyunjae habis, Hyunjae mendesah tak puas. Ia meletakkan kotak yang sudah kosong itu di samping kirinya. Hyunjae lalu menatap Juyeon di sisi kanannya. Matanya melirik ayam Juyeon yang masih ada dua potong utuh. Juyeon memang makan dengan lambat.

Air liur Hyunjae keluar melihatnya. Ia ingin sekali memakan ayam itu, tapi ia tak enak pada Juyeon.

"Sayang?" panggil Juyeon menyadari Hyunjae sedang menatap ayamnya tanpa kedip.

Hyunjae langsung tersadar, "Hah?"

Juyeon tersenyum tipis, "Kamu mau ayamku? Bilang dong. Jangan diem aja. Nih dimakan." Juyeon menaruh kotak makannya di atas pangkuan Hyunjae.

Hyunjae menggaruk pipinya canggung, "Enggak kok. Ini kan sarapan kamu. Entar kamu laper." ucapnya. Namun, dua detik kemudian ia langsung memasukkan sepotong ayam ke dalam mulutnya.

Juyeon tertawa gemas melihatnya. Ia geleng-geleng kepala. Tak marah sama sekali. Ia suka setiap melihat senyum bahagia Hyunjae yang manis. Juyeon mengusak rambut Hyunjae. "Gemes banget sih suami aku ..." kata Juyeon.

Pipi Hyunjae memanas, "Diem ah. Aku mau makan."

"Iya iya ... makannya pelan dong. Aku gak akan minta kok."

"Enak!"

"Hahahaha!"

●●●

Selesai makan, mereka minum jus sampai habis. Juyeon merentangkan tangannya—mengode Hyunjae untuk mendekat. Hyunjae pun meringsut mengurangi jarak dan bersandar pada bahu lebar sang suami.

Keduanya tertawa pelan. Bukan karena ada hal lucu, tapi karena rasa bahagia yang meluap-luap.

"Emm, Juyeon?" panggil Hyunjae.

"Ya?"

"Kenapa kamu langsung mutusin buat nikahin aku tanpa pikir panjang? Jujur aku agak takut kalau kamu cuma mainin aku..." ucap Hyunjae, mengutarakan apa yang ia pikirkan akhir-akhir ini.

Juyeon tersenyum, "Aku gak main-main kok. Emang ada nikah main-main? Aku langsung nikahin Kak Hyunjae tanpa mikir panjang karena kamu hamil anak aku. Selain itu, aku dah naksir Kak Hyunjae sejak lama. Tapi sayangnya baru beberapa bulan sebelum kita nikah, aku baru mau pdkt ke kamu. Selama ini aku cuma suka kak Hyunjae diam-diam." Juyeon menjelaskan.

"Oh ya?" Hyunjae mendongak menatap wajah Juyeon.

Juyeon mengangguk, "Iya."

Hyunjae tersenyum simpul. Ya, walaupun hubungannya dengan Juyeon berawal dengan buruk, tapi semuanya semakin lama semakin membaik kini.

"Ayo main ke sana!" Hyunjae beranjak dan menyodorkan tangannya.

Juyeon mengangguk sambil tersenyum, meraih tangan Hyunjae, menggenggamnya hangat. Mereka lalu bergandengan tangan menuju ke tepi laut.

"Aku foto kamu, Kak! Ciiisss~" Juyeon mengarahkan kamera ponselnya ke Hyunjae yang sedang bermain air di pinggir laut dengan ombak yang kecil.

Hyunjae tersenyum dan melakukan berbagai pose. Juyeon tersenyum dan mengambil banyak gambar Hyunjae. Pipinya memanas, mungkin karena terlalu bahagia. Berakhirlah mereka mengambil banyak gambar. Mulai dari gambar sendiri hingga foto berdua.

"Jangan kaku gitu, Juyeon. Nih, coba begini!" Hyunjae memberi contoh pada Juyeon. Juyeon tertawa canggung dan mengikuti instruksi dari Hyunjae.

Setelah puas berfoto, mereka lalu kembali ke villa untuk berganti pakaian mereka yang sedikit basah karena ombak yang menciprat.

"Kamu gantinya di kamar mandi!" Hyunjae menunjuk kamar mandi sebelum ia membuka baju.

Juyeon memiringkan kepala bingung, "Buat apa? Aku dah liat semua, kan?"

Pipi Hyunjae memerah. Namun, laki-laki itu menggeleng tegas. "Kamu ganti di kamar mandi!"

Juyeon menghela napas dan menurut. Ia membawa baju gantinya ke kamar mandi. Hyunjae tersenyum tipis dan mulai berganti baju. Ia sedikit heran melihat puting susunya sedikit membesar.

"Apa aku bakal menyusui?" gumamnya. Hyunjae menggembungkan pipinya, merasa aneh dengan dirinya sendiri.

●●●

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAY || JumilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang