#05. bright spot found

28 9 2
                                    

PUKUL 04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PUKUL 04.12 AM. Kabut tipis menyelimuti kota Seoul. Suasana bertambah menyeramkan dengan tertutupnya cahaya bulan. Hanya ada cahaya dari lampu-lampu jalan yang menerangi. Kota Seoul tidak lagi hidup setelah lewat jam sepuluh malam sejak satu tahun yang lalu. Kasus pembunuhan mencengkram kota ini dalam ketakutan.

Kasus pembunuhan memang sering terjadi tidak hanya di kota Seoul namun kasus pembunuhan di kota yang dijuluki kota kebahagiaan –kini julukan itu kandas bersama dengan kasus pembunuhan yang terus terjadi- berbeda.

Tidak ada pola jelas dari siapa target si pelaku. Laki-laki dan wanita. Anak-anak, remaja hingga orang tua menjadi korban. Tidak peduli kaya atau miskin. Menunjukkan bahwa pelaku mampu mencabut nyawa siapa pun yang ia temui. Walikota geram. Dia telah memerintahkan seluruh pihak untuk mencari sang pelaku. Kepolisian dan militer bergerak. Departemen Hak Asasi terus menekan. Namun, nihil. Pelaku belum tertangkap. Walikota akhirnya memutuskan menghubungi detektif terkenal Daniel Choi secara diam-diam dan berjanji akan memberikan bayaran berapa pun untuk menemukan pelakunya.

Hanya kepolisian yang mengetahui Daniel terlibat. Berkat Daniel, beberapa kali titik terang berhasil ditemukan. Mereka menemukan beberapa bukti yang terabaikan selama ini. Laboratorium Serologi adalah sebuah ruangan persegi yang memanjang dan dialiri udara, dengan potongan bagian hitam yang sering dijadikan bangku. Jendelanya tinggi memperlihatkan bukit hijau.
Yeonjun, sedang menunggu di dekat pintu dengan sebuah buku di tangannya. Dia tampak hanyut ke dalam buku yang dia baca. Walau begitu, ia segera mengangkat kepalanya begitu mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya. Dia langsung menutup bukunya.

“Kuharap kau sudah menemukan apa yang ku minta, Gyu.” katanya ketika melihat sosok pemuda beramut hitam datang sambil menguap.

“Hm. Kau harus membelikanku makanan enak karena permintaanmu itu. Aku harus berhubungan dengan si cerewet Taeri itu.” Choi Beomgyu–ketua laboratorium serologi di kota Seoul- berjalan ke bangku di sudut belakang saat Yeonjun memperhatikan sekeliling, tempat di mana meja kerjanya berada.

“Ya, ya. Nanti …”

“Bagaimana kabar temanmu? Siapa namanya? Kang Hoyoung?” basa basi Beomgyu sambil mencari sesuatu.

“Seperti biasa. Selalu mengusirku. Jadi bagaimana?”

Beomgyu menyodorkan dua buah amplop bertanda kepada Yeonjun lalu mendudukkan dirinya di kursi, “Aku mengecek kembali beberapa korban seperti permintaanmu, sayangnya aku hanya bisa mengecek lima korban. Hasil pengecekan empat dari lima sesuai perkiraanmu. Satu lagi hasil pengecekan luka milik korban terakhir, kau tak perlu membukanya karena sayang sekali aku tidak menemukan apa pun. Lalu …”

Beomgyu memutar kursinya dan mencari sesuatu di komputernya. Yeonjun mendekat dan melihat ke layar. Foto bayangan jejak sepatu hitam ada di monitor, “Jejak sepatu yang pada kasus ketujuh belas, mereka bilang itu jenis sepatu Brandley kan? Aku meneliti ulang dan itu jenis Ryzer Footwear.”

“Huh?”

“Ah, Ryzer Gear.”

“Bukan maksudku bagaimana mereka bisa salah identifikasi?” Yeonjun menunjukkan wajah tidak senang menemukan fakta ini.

“Wajar saja karena bagian yang diperiksa benar-benar hanya ujung sepatu bukan sepatu secara keseluruhan. Aku bisa mengenal ini Ryzer Footwear karena Kakakku memakainya jadi aku hafal bagaimana jejak sepatunya ketika kotor memenuhi rumah. Lagi pula, mereka pasti stress dan lelah dengan kasus ini.”

Yeonjun tersenyum, “Hoooo … kau luar biasa seperti biasa. Memang tidak salah aku minta tolong padamu.”

“Sudah menemukan titik terang?”

“Mungkin. Tapi itu hanya akan menambah daftar tersangka, aku masih belum bisa mempersempit kemungkinan yang ada. Seandainya saja ada satu celah. Satu celah kecil yang ditinggalkan pelaku atau mungkin keberuntungan korbannya selamat lalu menyampaikan pesan. Oh, ya, bagaimana dengan hal yang satunya aku minta kau periksa?”

Beomgyu berdecak sejenak lalu menatap Yeonjun dengan sorot mata yang mengantuk, “Hm, sesuai dugaan. Ada yang salah. Kau tahu bukan untuk manusia dewasa sehat mereka memiliki kandungan darah empat hingga lima liter dalam tubuh mereka. Jika kau kekurangan darah maka berat badanmu akan menghilang delapan hingga sepuluh persen dari yang seharusnya. Aku memeriksa ulang seperti permintaanmu berdasarkan data terakhir mereka. Berat badan mereka terlalu janggal, terlalu rendah. Seolah darah mereka benar-benar habis dari tubuh untuk luka yang mereka dapatkan. Apalagi waktu penemuan jasad mereka tidaklah begitu jauh dari waktu kejadian terjadinya pembunuhan.” Beomgyu menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan untuk menanyakan hal penting, “Kau tahu setiap kemungkinan pasti ada. Apa kau memancing dia dengan mengungkap identitasmu?”

“Itu sudah kulakukan.” jawab Yeonjun. Beomgyu terdiam, dia sejujurnya sudah cukup terkejut ketika mengetahui fakta Yeonjun memutuskan terlibat langsung seperti ini karena itu benar-benar melanggar prinsipnya yang dulu. Kali ini dia bahkan rela mengungkap identitasnya sebagai pancingan kepada orang yang Beomgyu yakin adalah kemungkinan sebagai pelakunya. Saat ini Yeonjun benar-benar serius.

“Baiklah, aku percaya padamu. Oh, buku apa yang sedang kau baca?” tanya Beomgyu sambil melirik buku yang Yeonjun taruh di mejanya. Beomgyu langsung mengerutkan keningnya dalam-dalam begitu membaca judul dari buku tersebut.

“Hei! Sejak kapan kau membaca buku fiksi seperti ini Yeonjun?”

“Uh? Memang kenapa?” Yeonjun mengangkat sebelah alisnya.

“Seingatku kau orang yang menjungjung tinggi sains dan hal-hal ilmiah. Bagaimana bisa kau membaca fiksi tiba-tiba apalagi cerita tentang mitologi seperti ini? Kepalamu terbentur atau kau stress dengan kasus ini?” Beomgyu masih memasang wajah tidak mengertinya kepada Yeonjun.

Yeonjun baru saja akan membalas perkataan Beomgyu namun tiba-tiba saja ponsel Yeonjun berbunyi, itu adalah panggilan dari Taehyun. Yeonjun menghela nafasnya sebelum menjawabnya, “Ada apa?” dan jawaban dari Taehyun di ujung panggilan itu membuat dunia Yeonjun tiba-tiba seperti dijungkir balikan begitu saja.

 Yeonjun menghela nafasnya sebelum menjawabnya, “Ada apa?” dan jawaban dari Taehyun di ujung panggilan itu membuat dunia Yeonjun tiba-tiba seperti dijungkir balikan begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
the seoul city, yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang