#08. identity of the murderer

23 9 4
                                    

#One month after the Seoul General murder case

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#One month after the Seoul General murder case

SETELAH kasus pembunuhan di Seoul General. Pembunuhan masih terus terjadi sebulan setelahnya dengan jumlah korban lebih banyak dalam satu hari. Tidak lagi ada satu korban dalam satu hari tetapi tiga sampai lima korban dalam satu hari. Ketakutan benar-benar mencengkram kota itu karenanya. Selama satu bulan itu pula Yeonjun bersama kepolisian Seoul mengumpulkan semua bukti yang bisa mereka temukan. Seoul juga melakukan persiapan untuk menangkap pelaku pembunuhan berantai setelah melakukan penelitian dan hal-hal lainnya. Mereka semua tidak membuang waktu dan mempersiapkan dengan matang semuanya walau telah mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Hingga hari ini tiba, hari di mana ketakutan di kota Seoul akan hilang. Hari di mana Yeonjun bersiap kehilangan nyawa demi mengakhiri semua ketakutan yang mencengkram kota kelahiran Seoul.

Yeonjun memperhatikan bagian depan rumah yang telah mereka intai sejak satu bulan yang lalu melalui teropong. Di jalan menuju ke sini, ia telah membayangkan akan menemukan sebuah rumah yang tidak terurus, bangunan suram dengan teras yang agak terendam atau sejenisnya. Rumah di depannya tampak seperti rumah-rumah warga Seoul pada umumnya. Rumah ini, rumah antik bergaya kolonial dengan lampu jalan menerangi jalan setapak mungil dari bata dan tanaman yang mengelilingnya rapi terawat. Yeonjun mengenakan alat pengamat yang sama dengan yang digunakan oleh Agen Rahasia –sebuah alat dengar dan mic yang direkatkan pada ikat pinggangnya. Menggerakkan unit SWAT akan memakan waktu lama dan banyak pertimbangan yang Yeonjun pikirkan sejak sebulan yang lalu. Mereka harus menangkap pelaku sekarang. Seseorang ada di rumah. Seberkas cahaya lampu menerangi lantai bawah. Yeonjun yakin sekali bahwa ada gerakan di rumah itu. Park Jihoon, seorang polisi yang mengenakan jas perusahaan telepon, membunyikan bel pintu. Terdengar telepon berdering, itu telepon milik Taehyun. Yeonjun beralih mengambil ponsel Taehyun dan menyuruh Taehyun untuk tetap fokus ke depan mengamati Jihoon.

"Tahyun-ssi! Terjadi kasus pembunuhan di distrik tiga belas!" teriak Ryujin dari seberang sana.

"Apa?! Kau yakin itu?!"

“Iya, korban baru saja dibunuh sekitar satu jam yang lalu!” Yeonjun kembali mengamati rumah itu. Dia tidak mungkin salah. Sejak tiga jam yang lalu dia dan tim mengamati rumah itu. Bagaimana bisa tiba-tiba terjadi pembunuhan di distrik tiga belas satu jam yang lalu?

Jihoon menekan bel pintu lagi. Pintu depan rumah terbuka. Suara Jihoon terdengar di alat dengarnya, “Selamat malam, Pak. Saya dari …”

Sebuah tembakan menumbangkannya di tangga depan. Yeonjun menjatuhkan telepon dan melihat Taehyun mengangkat pistol dan menembak dua kali ke pintu masuk. Yeonjun melihat kembali melalui teropong, dia menangkap bayangan seseorang melarikan diri. Yeonjun dan timnya segera keluar dari tempat persembunyian dan menuju Jihoon yang tertembak.

Mata Jihoon bergerak liar dan berkaca-kaca, mengeluarkan suara basah seperti berkumur-kumur sambil memegang dadanya. Tidak ada darah. Yuna berusaha menenangkan Jihoon yang nampak shock sambil merangkul dan mengatakan ‘kau baik-baik saja’ berkali-kali ke telinganya. Lewat alat dengarnya, Yeonjun mendengar suara desingan tembakan dan teriakan. Setelah melihat Jihoon yang ditenangkan Yuna, Yeonjun segera berlari ke arah di mana dia melihat seseorang melarikan diri sebelumnya. Orang itu tadi berlari ke hutan yang ada tidak jauh dari rumah itu. Suara desingan tembakan itu pasti dari Taehyun juga beberapa petugas yang bersamanya.

Yeonjun berlari ke dalam hutan. Mengejar suara ranting patah di depannya, berlari sekuat tenaga dan sekencang yang pernah ia lakukan dalam mimpi buruknya, ranting dan dedaunan menyapu wajah, lengan dan tangannya. Sebuah tembakan mengenai pohon di dekatnya. Kakinya membeku. Suara langkah lain bergegas di hutan, membuat fokus Taehyung sedikit buyar. Taehyung mulai membiasakan diri dengan kegelapan hutan. Taehyung masih terdiam, bersiap dengan senjata yang ia bawa. Dia harus memilih. Kiri, kanan, atau belakang, ambil keputusan!

Yeonjun memutar tubuhnya ke belakang dan bertemu muka langsung dengan sosok yang tadi melarikan diri. Dalam sekon selanjutnya, Yeonjun mengangkat pistolnya dan sosok itu mengayunkan ujung senjata ke samping kepala Yeonjun. Dia menghindar namun sebuah ayunan pukulan lain menghantam pipi kirinya. Seberkas rasa sakit membuatnya jatuh dan menghantam tanah. Sosok itu bersiap menginjak Yeonjun, namun Yeonjun segera berdiri dan menodong pistolnya ke tenggorokan sosok itu.

"Aku mengira kau tidak bisa berkelahi."

"Maaf telah menghancurkan ekspektasimu."

Sosok itu terkekeh dan mengeluarkan senyuman lembut menenangkan. Sebuah senyum yang Yeonjun kenal karena selalu dia lihat setiap paginya, "Bagaimana, ya, sebenarnya ekspektasiku tidak sehancur itu. Justru sebaliknya, mungkin ekspektasimu padaku yang hancur hahahaha!"

Hutan gelap mengelilingi mereka. Hening menyelimuti keduanya sejenak. Sosok itu lalu menatap datar Yeonjun. Wajah lembutnya telah berganti dengan wajah yang mengerikan, "Bagaimana bisa?"

"Kau hampir tidak meninggalkan jejak, kau berhasil mengecoh kami berkali-kali. Sejak kasus pembunuhan pertama, aku merasa aneh mengapa kau harus menyayat leher seseorang hingga kedalaman lebih dari satu sentimeter dan juga mengapa darah yang keluar tidak sebanyak untuk luka sedalam itu. Aku juga curiga dengan berat tubuh korban yang terlalu ringan sehingga aku meminta seseorang untuk mencari tahu mengapa itu terjadi. Kau tahu? Kau membuat kesalahan ketika membunuh Dal-i. Luka sayatan di leher Dal-i tidak menutupi luka gigitan yang kau berikan padanya. Itu membuatku sadar bahwa luka sayatan yang selama ini kau berikan sesungguhnya hanya luka yang digunakan untuk menutupi bekas gigitan.”

Sosok itu menyeringai, "Hanya itu?"

"Aku menemukan terdapat kandungan teh dalam darah empat korban. Aku menelusuri hal itu karena sebelumnya aku menemukan kartu namamu. Lagi pula ..." Yeonjun menahan dirinya untuk tidak terlalu emosional ketika membeberkan fakta lainnya, "Hoyoung memberikan petunjuk sebelum nyawanya benar-benar melayang. Dia menuliskan kata flo dengan darahnya, sebuah kata yang membuatku tahu bahwa kau pelaku dari semua ini. Jadi katakan padaku, mengapa kau melakukan semua ini, Hyuka? Lalu di Distrik tiga belas?! Bagaimana kau melakukannya?!”

Hyuka masih menyeringai mendengar semua penjelasan Yeonjun. Dia memegang pistol yang di arahkan ke tenggorokannya dengan tangan kiri, "Sialan, si Hoyoung itu rupanya tidak langsung mati. Baiklah aku akan menjawab pertanyaanmu. Kejadian di Distrik tiga belas hari ini, itu mudah saja bagiku untuk berpindah tempat dan membunuh dalam sekejap. Hah, bagaimana, ya keadaan gadis yang kubunuh tadi, ya. Hahahahaha! ..... menurutmu karena apa aku melakukannya? Tentu saja vampire sepertiku ini perlu hidup. Sebenarnya aku bisa saja meminum darah hewan atau mencuri kantong darah yang ada di rumah sakit. Tapi …”

Yeonjun segera melepaskan pistolnya lalu menunduk dan mundur ketika Hyuka tiba-tiba saja mengayungkan kapak kecil dengan tangan kanannya. Bagaimana bisa Hyuka membawa kapak itu? Yeonjun berdecak ketika mengetahui Hyuka sudah mengambil alih pistolnya, "Tapi aku suka sensasi melihat korban-korbanku memohon untuk hidup. Aku suka ketika mereka berlari ketakutan menyelamatkan diri mengira mereka masih hidup setelah digigit vampire sepertiku. Namun kenyataannya mereka mati karena aku membunuh mereka dengan cara HAHAHAHAHA!"

“Kau tahu, aku pun membunuh Kang Hoyoung karena aku ingin melihat wajah ketakutannya serta wajah putus asamu.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
the seoul city, yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang