#07. room P-9393

21 9 1
                                    

KAMAR mandi Seoul General itu beraroma Pine-Sol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KAMAR mandi Seoul General itu beraroma Pine-Sol. Sosok itu sendirian. Ia berdiri di dalam ruangan terakhir di ujung kiri. Ia telah membuka topi dan jaket FedEx yang dikenakannya. Ransel yang tadinya terpasang dipunggungnya, saat ini ada di lantai. Dia telah mengenakan seragam putih perawat di dalam pakaiannya. Ia melepas sepatu bot dan menggantinya dengan converse. Setelah memakai sarung tangan, ia memasukkan sepatu bot dan jaketnya ke dalam ransel dan membuka pintu. Meninggalkan ransel itu dan keluar. Ia memeriksa dirinya di cermin. Bagus. Sekarang dia memakai masker. Lalu keluar dari kamar mandi dan melangkah ke koridor yang terang di lantai tiga. Ia melewati koridor dan berhenti di dekat jendela besar dan luas dengan pemandangan malam di luar. Ia menatap bulan lalu tersenyum.

Ia meneruskan langkahnya menuju suatu tempat. Kini dia berhenti ketika melihat pintu kamar dengan nomor P-9393. Tidak ada siapa pun di koridor. Dia membuka pintu, dia sudah menggunakan sarung tangan jadi tidak akan meninggalkan sidik jari sedikit pun. Ia membenarkan letak masker yang ia gunakan. Dia melihat seseorang berbaring di ranjang. Dia mendekat dengan hati-hati. Perlahan namun tanpa sedikit pun keraguan di langkahnya. Kini ia bisa melihat wajah seseorang yang berbaring di ranjang itu, putih pucat seperti tipikal orang sakit kebanyakan. Dia terlihat tenang dalam tidurnya. Kemudian sosok itu mengeluarkan sesuatu dari saku baju perawatnya, mengeluarkan sebuah benda tajam panjang. Dia mengarahkan benda tersebuh ke orang yang sedang berbaring itu, "Hai, Hoyoung ..."

Dia baru saja akan membiarkan benda tajam itu mengenai leher Hoyoung, namun sebuah tinju melayang ke perutnya. Dia mundur beberapa langkah karena itu. Dia melihat Hoyoung terbangun dan duduk di ranjangnya, "Caramu menyapa cukup unik ya, tuan pembunuh ..."

"Ah, ya. Mungkin. Untuk orang yang sakit, pukulanmu lumayan."

Hoyoung berdecih. Dia paling tidak suka diremehkan, "Kau menganggapku mudah."

Hoyoung melepas infus di tangannya dan turun dari ranjangnya. Mengambil posisi kuda-kuda bersiap melawan orang di depannya. Sosok itu tertawa melihat apa yang dilakukan Hoyoung. Ini tidak semudah yang ia kira tapi dia menikmatinya. Dia kemudian maju menyerang Hoyoung, tapi gadis itu bisa menghindarinya. Dia memukul bahu orang itu bersiap memberikan pukulan lain namun kakinya dilukain dengan benda tajam panjang yang dibawa orang itu. Hoyoung terjatuh ke lantai. Tanpa membuang waktu, orang itu menindih Hoyoung memberikan beberapa tinju ke wajah pucatnya. Tidak mau dipukul lebih banyak, Hoyoung menarik kerah yang orang itu kenakan dan menghantamkan kepala mereka berdua. Orang itu bangun. Pusing melanda keduanya. Hoyoung cepat mengendalikan dirinya dan memberikan tendangnya ke perut orang itu hingga menghantam ranjang pasien.

"Hah ... hah ... kh!" Hoyoung memegang kakinya. Luka yang ia dapatkan cukup dalam. Sial dia tidak akan menang jika sendiri, nafasnya mulai sesak.

"Kenapa Hoyoung-ssi? Kau mulai lelah? HAHAHAHAHA!"

"Diam kau brengsek!" Hoyoung berusaha mengatur nafasnya. Dia sudah tahu kejadian seperti ini pasti akan terjadi. Dia sudah memperkirakan bahwa dia akan menjadi target pembunuhan selanjutnya sejak Yeonjun memutuskan untuk turun langsung menangani kasus kota Seoul. Dia tidak takut mati tapi jujur dia lebih memilih mati karena sakit kanker yang dia miliki daripada harus mati ditangan pembunuh seperti saat ini. Ho6 memperhatikan baik-baik sosok pembunuh di depannya. Dia merasa familiar dengan sosok tersebut.

the seoul city, yeonjun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang