07

2.1K 144 4
                                    

Warning⚠️
Tolong hargai saya sebagai penulis, Jangan siders. Dengan vote dan komen kalian aja saya merasa sangat bahagia.

HAPPY READING⚠️

Seorang gadis berkutat dengan peralatan dapur, sedangkan para maid yang melihat pekerjaannya diambil oleh Nyonya muda terlihat sangat gelisah.

Karena Tuan mereka tidak ingin Nyonya terluka karena peralatan dapur, apapun tugas seorang maid yaitu mengurus seluruh mansion termasuk dapur.

Salah seorang maid mendekati Xena yang sedang berkutat dengan bahan masakan yang sedang ia masak.

"N-nyonya, biarkan kami yang menyiapkan makan malam. Nyonya lebih baik duduk dan tunggu makan malam siap," ucap Sinta—Maid itu terbata-bata.

Xena melirik tajam kearah Sinta, lalu ia krmbali fokus pada masakannya. "Saya bisa mengurus ini sendirian," ketus Xena dengan nada bicara sedikit lembut.

Sinta menunduk ketakutan karena tatapan sekilas itu, bahkan tubuhnya bergetar ketakutan.

"Apakah gue semenakutkan itu ya?" batin Xena.

Tanpa berbalik badan pun Xena dapat merasakan ketegangan dibelakangnya.

"Saya ingin memasak untuk suami saya, sekarang dan seterusnya untuk dapur serahkan pada saya, kalian tidak usah ikut campur."

"T-tapi Nyonya, Tuan..."

"Ada apa ini?!" Suara bariton itu mengagetkan para maidnya. Tatapan pria itu hanya fokus pada satu orang yang kini malah dengan santai memasak.

Lalu pandangan itu teralihkan pada seluruh maid yang kini bergetar ketakutan karena aura yang dikeluarkan Kafeel.

"Apakah kalian tidak ingin bekerja lagi disini!!!" pungkas Kafeel menatap mereka tajam.

"Sudah saya bilang, Jangan biarkan istri saya memasuki dapur dan memegang peralatan dapur!! Apakah kalian tuli!!" tukas Kafeel marah.

Pekerjaan yang sedari tadi terganggu akhirnya masakan itu selesai juga, ia mematikan kompor lalu membuang napasnya lega. Tapi tidak dengan dibelakangnya yang merasakan ketegangan dan amarah dari suaminya.

"Haish.. sungguh merepotkan! Apakah gue harus mengurus bocah dot satu ini? Apa-apaan tadi, dia nggak memperbolehkan gue yang notabennya adalah istri, dilarang masuk ke dapur dan memegang peralatan dapur?! Sungguh terlalu~"

"Aduh... aduh lepasin telinga gue..." ringis Kafeel saat sebuah tangan menarik telinganya kencang.

Xena berdecih, ia tak menghiraukan ringisan suaminya. Tangannya yang menganggur mencubit pinggang suaminya keras.

"Anjir sakit woi... Ini perut ya bukan permen main cubit-cubit aja," kesal Kafeel mengelus perutnya, sepertinya akan membiru.

"Heh, apa tadi yang lo bilang? Tidak boleh masuk dapur dan memegang peralatan dapur? Terus gue kerjaannya apa, heh?! Gue ini istri elo ya, harusnya yang ngurus rumah dan apapun yang berhubungan dengan rumah itu dipegang oleh istri bukan suami, apaan itu peraturan macam gitu," sungut Xena kesal. Ia melepaskan tangannya dari telinga suaminya.

KAFEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang