10

1.3K 87 3
                                    

Kafeel menatap tak suka pada remaja seumuran dengannya, apalagi tatapan datar dan dinginnya membuat Kafeel tak bisa berbuat apa-apa.

"Masih untung gue tolongin, kalo kaga elu udah metong," sinis Kafeel dengan wajah yang ia palingkan.

"Gue nggak nyuruh lo buat nolongin," ucapnya datar.

Kafeel yang mendengarnya merasa darahnya naik, emang bener sih dia gak minta Kafeel buat nolongin. Tapi kan, demi istrinya ia membantu anak tak tau terima kasih ini untuk menolongnya dari mobil meledak.

Diruangan rawat itu hanya ada mereka berdua, Xena pergi ke kantin membeli makan.

"Siapa nama lo?" tanya Kafeel dengan ketus.

"Zayan."

"Singkat banget sih lo, sok cool banget jancok," decih Kafeel.

"Hm."

Kafeel menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dirinya kehilangan kata untuk beberapa pertanyaan.

Cklek

Masuklah Xena kedalam ruang rawat membawa beberapa kantong kresek.

"Sayang~" rengek Kafeel bergelendot dilengan Xena. Zayan melihat perilaku Kafeel membuat bulu kuduknya berdiri dengan geli.

"Berisik," ketus Zayan.

"Terserah gue dong. Apa lu, iri? Bilang bosqu," ejek Kafeel memeletkan lidahnya.

Zayan mendecih tak suka, jika bukan karena kekasihnya pergi ia tidak akan semenyedihkan seperti ini.

"Kenapa lu?" tanya Kafeel.

"Kepo kayak dora."

Kafeel mencebikkan bibirnya, ia lalu duduk disamping Xena. "Sayang lihat dia, dia nakal~" rengek Kafeel. Bibirnya ia majukan sedikit.

"Bebek."

Kafeel melototkan matanya mendengar perkataan yang keluar dari mulut Zayan.

"Lo yang bebek," kesal Kafeel ia semakin menyelendot dilengan istrinya.

"Sayang~ marahin dia! Beraninya dia ngatain aku bebek!!"

"Diam!! Pusing gue dengernya," kesal Xena.

Kafeel terdiam dengan bibir yang semakin dimajukan, kedua tangan saling bertautan.

Kafeel bangkit berdiri, berjalan menuju brankar, ia mengambil ponsel yang diatas nakas. Lalu memukul Zayan tepat diadiknya.

"Anjing!" Zayan tersentak memegang adiknya yang kena pelampiasan Kafeel.

"Gara-gara lo, Xena marah sama gue. Mampus, makanya jangan buat gue kesel." Kafeel berucap dengan raut wajah puas, ia kembali duduk disofa dengan wajah tak bersalah.

"Kafeel apa-apaan sih, kenapa malah mukul dia. Lo mau itunya gue tendang?" Mata Xena melirik ke celana Kafeel.

Refleks Kafeel menutup adiknya dengan kedua tangannya, "Jangan dong sayang. Nanti kamu makannya apa?"

"Makan nasilah, emangnya makan apa?" sahut Zayan dengan polosnya.

"Anj-" ucapnya terpotong saat tangan Xena menutup mulutnya rapat.

"Ngikut mulu lo kayak anak ayam," decak Kafeel.

Zayan memutar bola matanya malas, menurutnya tak ada salah dari perkataannya. Apakah ada perkataannya yang membuat dia kesal? Coba jelaskan kesalahannya ada dimana?

"Ayank suapin~" rengek Kafeel.

Zayan berdecih mendengar rengekan geli dari laki-laki itu. Ah, rasanya geli sekali ketika telinganya mendengar rengekan menjijikan keluar dari mulut laki-laki tersebut.

KAFEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang