12. Menemukan Kebahagiaan (II)

984 143 2
                                    


***


"Inkyung Sunbae, ada pesan dari Sejoon Sunbae, dia menantimu di atap." Seorang gadis menghampiri Inkyung yang masih duduk di tepi lapangan basket seorang diri.

Hari sudah menjelang sore, ada mendung gelap menggantung di atas sana. Inkyung mengangguk. Ia mengambil ponselnya dan mengirimi Joon pesan, menanyakan apakah benar ia ingin bertemu. Tak setelah pesan terkirim,  ponselnya berbunyi, balasan dari orang yang dikirimi pesan baru saja diterima.

Sejon_aaaa

Ne, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, temui aku di atap.

Inkyung mengerutkan keningnya, kenapa Sejoon jadi rahasia-rahasiaan seperti ini?

Maka segera diarahkan kaki rampingnya menuju ke tempat yang dimaksud, atap gedung kampus empat lantai adalah tempat yang biasa mereka kunjungi, hanya sekedar berkumpul untuk melepas penat atau sekedar mengobrol. Inkyung membuka pelan pintu menuju rooftop, berjalan menuju ke atap luas itu. Matanya tak menemukan siapa pun di sana, ia berjalan lebih jauh, matanya menemukan punggung seseorang yg sangat dikenalinya berdiri di sisi pagar pembatas, menghadap bagian belakang gedung perkuliahan.

Langkah Inkyung terhenti. Nyaris ia akan berbalik lagi jika suara berat Younwon tidak menahannya.

"Sekali kau melangkah menghindariku lagi, Kyung ah. Aku bersumpah akan mengikat tangan dan kakimu." Pemuda satunya berjengit.

"Kenapa kau menghindariku?" Youngwon bertanya pelan.

Inkyung nampak salah tingkah, ia kadang meremas kedua pasang jemari tangannya, menggigiti bibirnya, menghela napasnya.

"Ada yg ingin kau sampaikan padaku?" Youngwon semakin mendekat.

"Ada yang ingin kau ungkapkan? ungkapkan saja, atau kau ingin marah padaku? marah saja!" Youngwon menunduk mencari wajah yang tersembunyi itu.

"Kau ingin memukulku? pukul saja!"

Inkyung menatap lekat wajah tampan sahabat lamanya ini. Kedua tangannya mengepal.

"Kau ingin memukulku?" Wajah itu menatap dengan seulas senyum sinis, mencoba memancing emosi si kucing temperamen ini.

"Kenapa, Inkyung ah, kau takut padaku?" Youngwon menaikan sebelah alisnya.

Udara semakin dingin, hari semakin menggelap, sebentar lagi hujan pasti akan turun. Wajah Lee Inkyung mengeras, kedua tangannya mengepal kuat, napasnya memburu dengan jantung berdegup kencang.

"Karena aku meniduri kekasihmu?" Youngwon menatap dengan seulas senyum miring.

Inkyung adalah seorang pemegang teguh sebuah rahasia. Ia tak akan mengatakan apa yang ada dihatinya jika Youngwon tidak memancingnya...

"Atau karena aku mencuri kesempatanmu menembak Jean setahun lalu?"

Clap!

Sebuah kilat menyambar di angkasa, menyisakan dengung di telinga Inkyung dan panas di sisi wajahnya.

"Kau merasa aku selalu merebut apa yang kau sukai bahkan menyentuh milikmu?"

"Keberuntunganmu ada padaku, Kyung ah!"

"Akui saja, kau selalu berada di bawahku."

Bughhh!

Inkyung meninju telak wajah Youngwon dalam sekali lompatan mengingat tubuh Youngwon berada tiga belas sentimeter di atas dirinya. Tubuh tinggi itu jatuh terkapar di lantai beton atap gedung.

Bughhh!

Bughhh!

Bughhh!

Inkyung bergerak cepat menduduki perut namja tampan itu dan memukul wajahnya bertubi-tubi. Tak ada perlawanan, Youngwon hanya diam. Di pukulan kesekian, pergerakan Inkyung terhenti, tangannya mengambang di udara saat menyadari setelah puluhan kali pukulannya dan wajah Youngwon sudah penuh luka, sang sahabat tidak membalas sama sekali.

Inkyung tahu akan sangat mudah bagi Youngwon untuk mematahkan tangannya, angat gampang bagi Youngwon untuk balas menghabisinya. Inkyung menatap dengan napas memburu wajah penuh lebam di bawahnya ini.

"Youngwon brengsek! kenapa kau tidak membalasku, hah?" Inkyung bertanya dengan suara kesal.

Youngwon meraih kedua tangan yang baru saja meninju wajahnya secara bertubi-tubi itu, menggenggamnya dan membiarkan Inkyung tetap bertahan menduduki perutnya.

"Bahkan jika kau ingin membunuhku sekalipun aku tidak akan melawan, Kyung ah." Youngwon berkata dengan nada lembut.

"Apa maksudmu?" Inkyung berusaha melepaskan kedua tangannya dari genggaman Youngwon tapi namja itu tidak melepaskan.

Youngwon justru berusaha untuk duduk, menyandarkan tubuh tingginya pada tembok. Inkyung berusaha menjauhkan tubuhnya tapi lengan Youngwon justru melingkari pinggang rampingnya dengan erat.

Ini posisi paling awkward yang pernah ia rasakan pada sahabatnya sendiri. Seumur hidupnya Inkyung tak pernah berpikir jika ia akan duduk di pangkuan seseorang. Ia seorang laki-laki, meskipun wajahnya manis tapi ia adalah seorang lelaki normal sebelum ia jatuh cinta pada Jean Park dan memikirkan ia menjadi seorang seme bagi namja manis itu.

Dan duduk di pangkuan seseorang?

Diperlakukan seperti seorang uke?

Tidak pernah sekalipun terlintas di dalam pikiran Inkyung apalagi orang ini adalah Kim Youngwon, sahabat baiknya sendiri.



***

Holy Jean (Sunshine After You)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang