14. Sinar Matahari Di Musim Dingin

912 129 0
                                    

Ini adalah bagian chapter yang saya cut, hanya dimaksudkan sebagai spoiler saja. Bagi kalian yang berminat membaca fullnya, kalian bisa order PDFnya ♥️👌


***

Choi Jeno melihat catatan alamat di tangannya, "apakah ini benar alamatnya, Paman?" ia bertanya pada sopir taksi yang membawanya dari bandara.

"Tentu, Tuan. Ini adalah alamat yang Anda tuju." Jawab sopir taksi tersebut.

Jeno mendapati halaman sebuah rumah megah. Ketika Jeno dan Jean berteman, keluarga Park masih menetap di Seoul. Jeno tidak tahu jika keluarga Park telah pindah ke Busan. Dari Shinhye ia memang sempat diberi tahu jika ayah Jean pindah ke Busan ketika Jean baru memasuki jenjang SHS, usaha Mr Park berkembang pesat sehingga beliau mampu membangun sebuah perusahaan kecil dengan omset besar. Kakak laki-lakinya, Jesse juga merupakan seorang pengusaha muda yang cukup sukses di Busan.
Rumah megah yang saat ini ada di depan Jeno nyaris menyamai rumah orang tuanya bahkan rumah kakeknya di Daegu. Jeno berdiri di depan gerbang, ketika ia akan menekan bel, pintu gerbang telah dibuka.

"Tuan muda Choi?" Seorang pria paruh baya berpakaian khas security menyambutnya.

Jeno yang hanya menggendong tas ransel dan tas selempangnya mengangguk.

"Nona muda Kang sudah memberi tahu jika Anda akan datang hari ini, silakan masuk." Pria itu menyebut nama Aimee.

Ya, Jeno tidak memberi tahu Jean jika ia akan menyusul pemuda itu, ia hanya memberi tahu kedua gadis sahabat Jean saja. Saat ini Jeno sedang mengikuti langkah pria ini menuju rumah megah di depan sana.

                                   ****


"Kau sudah setampan dan setinggi ini, Jeno ya!" Seorang wanita cantik berkulit seputih susu yang duduk di sebelah Jeno berkata dengan nada hampir tak percaya.

Jeno hanya tersenyum menanggapi ucapan wanita yang dikenalinya ketika ia memasuki bangku JHS ini.

"Setahun yang lalu Jesse mengunjungi Jean, waktu itu dia bercerita kalau kau dan Jean ternyata satu kampus." Nyonya Park berkata lagi.

"Benarkah, Bibi? apa Jesse Hyung mengenaliku?" Jeno bertanya.

"Jean yang memberi tahunya."

Jeno mengangguk, ia memang melihat raut keterkejutan di awal pertemuannya kembali dengan anak itu. Jean nampak langsung mengenalinya meski penampilan Jeno jauh berubah.

"Senang jika akhirnya kau dan Jean kembali akur, Jean sangat merasa kehilanganmu, ia sampai memutuskan untuk kembali ke Seoul setamat SHS agar ia bisa kembali bertemu denganmu, ia yakin jika suatu ketika kau pasti akan kembali ke Korea." Nyonya Park memberi tahu hal yang mampu membuat Jeno merasa sangat menyesal.

"Aku menyesali kesalahpahaman di antara kami, aku menyesal telah meragukan Jean, Bibi." Jeno berkata dengan nada penuh penyesalan.

Nyonya Park tersenyum lembut, mengusap pundak tegap namja tampan ini, "Bibi sangat senang jika sekarang kalian kembali berteman, Jean teramat sangat merindukanmu," ucapnya dengan nada penuh kelegaan.

"Aku janji akan menebus semua waktu yang terbuang percuma antara aku dan Jean, Bi. Aku akan menjaganya mulai sekarang." Jeno berkata dengan nada serius.

"Bibi senang mendengarnya, Jeno ya. Bibi senang melihat Jean bahagia." Ucap wanita berdarah Thailand tersebut.
"Kau menginap di hotel? tinggallah di rumah ini, Jean akan segera pulang, ia sedang mengunjungi rumah teman SMAnya."

****


Jean baru saja pulang dari rumah Norae, salah satu teman SMAnya yang tidak ikut melanjutkan kuliah ke Seoul. Matahari masih bersinar meski sinarnya sudah memerah, ini sudah hampir senja.

Drrrttt!

Drrrttt!

Ponsel Jean bergetar, ia segera meraih benda yang baru saja ditaruhnya di atas meja tersebut. Nama Jeno terpampang di layar, dengan perasaan senang Jean segera menjawab panggilan itu.

"Yeoboseyo, Jeno ya!" ia berseru dengan terlalu bersemangat.

"Jean ah, apa kau baik-baik saja?"

Jean tersenyum seorang diri. Jeno selalu mengkhawatirkan dirinya, "aku baik-baik saja, apakah kau merindukanku, Jeno?" tanyanya menggoda namja yang sekarang dekat dengannya ini.

"Tentu aku sangat merindukanmu sampai aku tak mampu berpisah terlalu lama darimu, kau tahu? tanpamu kota Seoul terasa sunyi!" 

Jean mencibir tapi wajahnya merona merah. Ia merasa wajahnya memanas.

"Bicaramu seperti seorang kekasih!" Jean mengejeknya.

"Tentu, aku adalah calon kekasihmu!"

"Tcih! kapan kau akan menjadikanku kekasihmu, memangnya?" Jean menjadi pemberani karena saat ini antara dirinya dan Jeno terhalang jarak yang cukup jauh.

"Aku bisa menjadikanmu kekasihku sekarang!"

"Ishh! tidak romantis sekali! Anak JHS saja tidak akan menyatakan cintanya melewati telepon!" Jean berkata sembari terkekeh. Niatnya hanya bercanda pada Jeno.

"Kalau begitu turunlah, temui aku di tepi danau, tepat di depan kamarmu!"

Huh?




Holy Jean (Sunshine After You)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang