7. Mengakhiri semua ini?

1.3K 127 6
                                    

Hari Sabtu pagi, Reksa membantu Syamil dan istrinya merapikan barang-barang karena sore nanti Syamil dan Cecilia akan pergi ke bandara dan melakukan penerbangan ke Singapura. Mereka melakukan penerbangan ke Singapura untuk melakukan program bayi tabung di sana.

Syamil dan Cecilia mereka sudah menikah selama 10 tahun lamanya, tapi Allah belum memberikan mereka momongan hingga saat ini. Mereka sudah beberapa kali melakukan program kehamilan tetapi selalu tidak membuahkan hasil. Mereka berharap ini ikhtiar mereka yang terakhir dan semoga berhasil.

"Reksa, kamu yakin tak ingin ikut kami? Nanti kamu sendiri di sini nak" tawar Cecilia pada Reksa untuk kesekian kalinya.

"Reksa sudah terbiasa sendiri. Tante dan Om jangan khawatir, Reksa bisa jaga diri"

"Reksa Om titip pesan untukmu, jangan melakukan hal-hal yang bisa melukai dan menyakiti dirimu sendiri. Jangan ulangi kejadian kemarin!"

"Iya Om, Reksa janji 100%" balasnya dengan penuh senyuman.

"Bagus!" Syamil mengacak-acak surai hitam Reksa.

"Semoga pulang dari sana bertiga" mereka mengerti apa maksud Reksa.

"Aamiin" jawab Syamil dan Cecilia.

Jam menunjukan pukul 15.00 WIB. Mereka bersiap-siap untuk pergi ke bandara internasional Soekarno-Hatta.

"Ingat pesan Om dan Tante, Reksa!"

"Siap Om!"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Di perjalanan selama menuju bandara Cecilia terus meneteskan air matanya.

"Kamu kenapa Cecil?" tanya Syamil

"Aku sangat mengkhawatirkan Reksa"

"Insyallah Reksa baik-baik saja"

"Mas, kenapa Allah cepat sekali memberikan mereka momongan? Sedangkan mereka sama sekali tidak menyayangi anak mereka"

"Sedangkan kita yang berharap momongan sampai di tahun ke-10 pernikahan kita, kita belum diberikan momongan oleh-Nya"

"Kita jauh lebih baik dalam mengasuh dan menyayangi anak dibandingkan dengan mereka"

"Jangan merasa kalau diri kita jauh lebih baik dari mereka. Kalau kita begitu, artinya kita sudah sombong dan Allah tidak menyukai hal itu"

"Kita hanya hamba-Nya yang berjalan sesuai dengan skenario-Nya. Kita tidak tahu rencana terbaik yang Allah kasih kepada kita"

-Pelukan untuk Reksa-

Entah sudah berapa bulan lamanya Reksa tinggal sendiri di rumahnya. Layaknya seorang anak yatim-piatu. Kakek dan neneknya baik dari Widya maupun dari Chandra sudah mengetahui kalau anak mereka menelantarkan anaknya.

Mereka geram? Sudah pasti mereka sangat geram dengan kelakuan anak-anak mereka. Karena landasan ego dan tak saling mencintai membuat Reksa menjadi korban mereka.

Pihak orang tua Chandra dan Widya sebenarnya sudah lelah dengan watak anak-anak mereka.

Ingin menyetujui anak-anak mereka bercerai, tapi kasihan Reksa karena anak-anak mereka baik Chandra maupun Widya tak mau mengurusi Reksa. Ingin mempertahankan pernikahan mereka, tetapi seperti ini jadinya. Sama saja tak ada bedanya dan tetaplah Reksa menjadi korbannya. Serasa memakan buah simalakama.

Reksa sedang menyiapkan pesta ulang tahunnya dengan sangat sederhana. Hanya ada kue tart kecil dengan satu lilin yang menyala.

"Hari ini Reksa ulang tahun yang ke 14. Reksa berharap Papa dan Mama akur, saling mencintai dan saling menyayangi. Aamiin"

"Apa Reksa telepon Papa dan Mama agar pulang dan merayakan ulang tahun Reksa? Tapi takut jawabannya sama. Tapi apa salahnya dicoba" gumamnya

Pertama ia menelepon Chandra. Reksa sampai tiga kali menelepon Chandra tetapi tak diangkat.

Kemudian ia menelepon Widya,

Drttt...

"Halo?!"

"Ma, Reksa hari ini ulang tahun. Ma, Reksa mau Mama pulang. Mama tak usah membeli hadiah cukup pelukan saja hadiahnya" ucap Reksa dengan antusias dan penuh senyuman.

"Sangat percaya diri sekali kamu mengatakan itu. Saya takkan pulang. Tak guna  merayakan ulang tahunmu. Dengar! Sampai kapan pun saya takkan memelukmu. Karena bagi saya kamu anjing yang penuh dengan najis! Tak sudi saya memelukmu!" lalu Widya memutuskan sambungan telepon sepihak.

Harapan Reksa hancur lebur dan runtuh begitu saja. Hatinya terasa sangat sakit. Paru-parunya terasa enggan untuk bernafas saking sakitnya perkataan ibunya padanya.

Cairan bening meluncur dari sudut maniknya. Rasa sakit dan sesak menyatu di dalam raganya.

"Apa sebaiknya Reksa mengakhiri semua ini? Agar batin Reksa tak sakit lagi dan Reksa juga sudah lelah" ucapnya ditengah tangisnya.


-TBC-

Chapter ini hanya sedikit. Semoga kalian menyukai chapter ini. Jangan lupa untuk vote!

 Jangan lupa untuk vote!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17622

Pelukan untuk Reksa (Tamat) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang