Suara beside monitor menyambut kedatangan Widya ke ruang ICU tempat Reksa dirawat. Hatinya terasa sangat rapuh dan kakinya terasa sulit untuk melangkah ke arah anaknya yang berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pesakitan. Banyak peralatan medis yang menempel di tubuh Reksa sehingga tubuh Reksa saat ini nampak seperti robot.
"Reksa—" panggilnya dengan lirih. Widya benar-benar tak mampu mengucapkan kata-kata. Ia menangis sembari memegangi tangan Reksa yang tertancap jarum infus dan terjepit oxymetri.
"Maafkan Mama hikss—. Mama sudah jahat pada Reksa. Mama benar-benar ibu yang sangat buruk. Maafkan Mama jangan hukum Mama seperti ini. Mama sudah mengakui kesalahan Mama dan sekarang Mama sadar. Sekarang kamu bangun nak. Mama janji akan memeluk Reksa dengan penuh kasih sayang dan akan menuruti semua permintaan Reksa. Reksa mau apapun itu Mama akan turuti" ucapnya disela tangisnya.
Widya semakin menangis saat mengingat perkataan dokter yang memvonis anaknya mengalami koma akibat pukulan keras di batang otak. Akibatnya Reksa mengalami cedera batang otak dan kecil kemungkinan Reksa terbangun dari komanya.
-Pelukan untuk Reksa-
Chandra mendatangi rumah anaknya setelah sekian lama. Ia memanggil-manggil nama anaknya tetapi tak ada sautan. Chandra kemudian menelepon orang tuanya untuk menanyakan keberadaan Reksa. Tetapi orang tuanya malah memberikannya alamat rumah sakit dan kamar tempat Reksa dirawat. Mendengar itu, dahinya mengernyit heran dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit tersebut.
Setibanya di rumah sakit Chandra pergi ke ruangan tempat Reksa dirawat. Dari ujung lorong ia melihat mantan istrinya tengah duduk menangis di depan ruang ICU.
"Widya, apa yang terjadi pada Reksa anakku?" tanya Chandra dengan lirih.
Chandra mengarahkan pandangannya pada seorang anak yang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan tengah ditolong oleh para petugas medis.
"Reksa—" Air mata Widya meluncur begitu saja. Melihat mantan istrinya menangis perasaannya menjadi kalut dan rasa takut memenuhi diri Chandra.
"Reksa mengalami mati batang otak. Reksa saat ini mengalami koma. Tadi kondisinya menurun. Semua ini karena Reksa menyelamatkanku dari pukulan tongkat baseball yang dilontarkan oleh Ardhi, mantan suamiku" jawab Widya. Kemudian Widya menjelaskan kejadian sedetail mungkin.
"Ardhi sialan!" Chandra sangat geram mendengar cerita Widya.
"Di mana dia sekarang?"
"Dia sudah sudah dipenjara"
"Kupastikan dia akan membusuk di dalam penjara. Jika terjadi sesuatu pada Reksa tak ada keringanan hukuman untuknya!" tegas Chandra
"Kenapa kamu bisa berada di sini Mas?"
"Aku ingin meminta maaf pada Reksa. Ketika aku ke rumah tak ada Reksa di sana. Aku tanya pada Mama di mana Reksa?, Mama malah memberiku alamat rumah sakit ini. Hatiku sangat kalut ketika Mama memberikanku alamat rumah sakit"
-Pelukan untuk Reksa-
Tak terasa sudah tiga bulan lamanya Reksa mengalami koma. Widya dan Chandra mereka tak pernah absent untuk menunggu Reksa. Widya dan Chandra, mereka telah berpisah dari pasangan masing-masing. Sejak bercerai dari pasangan mereka masing-masing, mereka sering bersama mengurusi Reksa di rumah sakit.
"Widya, kamu mau 'kan kalau kita rujuk?" Semburat merah memenuhi pipi Widya. Dengan malu-malu, Widya mengangguk pelan. Chandra sangat senang akhirnya bisa rujuk dengan Widya.
"Aku mau Mas. Kita memulai rumah tangga kita dari 0 dan membuka lembaran baru. Kejadian kemarin benar-benar pembelajaran bagi kita" Chandra mengangguk dan kemudian tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Reksa (Tamat) ✔
Ficção AdolescentePelukan bagi Reksa adalah hal yang sulit untuk diwujudkan. Orang tuanya tak menyayanginya bahkan orang tuanya tak berharap ia terlahir ke dunia. Reksa selalu diperlakukan buruk dan disiksa dengan kejam oleh kedua orang tuanya. "Papa, Mama, peluk Re...