Sepasang suami-istri paruh baya tengah menunggu dokter di depan ruang tindakan. Raut wajah mereka sangat cemas dan khawatir.
"Reksa, semoga kamu baik-baik saja nak" monolog Agha, ayah Widya. Ia tengah risau memikirkan kondisi cucu tunggalnya.
"Mas, apakah Reksa akan tertolong? Aku takut Mas cucu semata wayang kita pergi mendahului kita"
"Jangan berpikir macam-macam Leana!. Cucu kita baik-baik saja!" bantah Agha.
"Ya Allah" Agha mengusap kasar wajahnya dan menghembuskan nafas dengan kasar.
"Ini semua karena Widya dan Chandra!"
"Ini salah kita Mas, memaksa Widya menikah dengan Chandra"
"Lebih baik mereka bercerai saja. Kasihan Reksa jika terus seperti ini" saran Leanna
Sebelum mereka pergi ke rumah sakit, mereka berniat untuk merayakan hari ulang tahun cucu tunggal mereka. Mereka sudah menduga kalau anak dan menantu takkan merayakan ulang tahun Reksa.
Sesampainya di rumah Widya, mereka langsung masuk ke dalam rumah dan mencari Reksa. Mereka berkeliling menyusuri rumah dan mencari Reksa ke ruangan yang ada di rumah tetapi tak ada Reksa di mana pun.
Di ruang tengah, mereka menemukan kue tart dengan lilin yang sudah meleleh dan mati di atasnya. Kue tart itu sedikit rusak karena terkena lelehan lilin.
Mereka menduga Reksa merayakan hari ulang tahunnya sendiri lagi dan berakhir kecewa. Mereka tak menyerah dan terus mencari Reksa. Kemudian mereka ke kamar Reksa dan pintunya terkunci.
Agha terpaksa merusak pintu kamar Reksa dengan cara mendobrak pintu tersebut. Kondisi kamar gelap gulita dan Leanna menyalakan lampu kamar. Mereka sangat terkejut melihat Reksa tergeletak tak sadarkan diri dan wajahnya sangat pucat.
Mereka sangat panik dan mereka lebih terkejut dengan luka sayatan yang menganga dengan darah yang mengalir banyak di sela luka tersebut.
-Pelukan untuk Reksa-
Pintu ruang tindakan terbuka. Seorang pria dewasa bersneli putih keluar dari ruangan tersebut.
"Alhamdulillah pasien terselamatkan" mendengar ucapan sang dokter, Leanna dan Agha bernafas lega. Syukurlah cucu tunggal mereka selamat dari maut.
"Tapi, kondisi pasien sangat kritis. Dan pasien harus menerima tranfusi darah sebanyak 4 kantong. Di rumah sakit hanya ada 1 kantong. Sisanya, Bapak dan Ibu harus mencari pendonor darah untuk keselamatan pasien. Jika Bapak dan Ibu memiliki golongan darah yang sama bisa ikut saya ke ruang tranfusi darah"
Baru saja mereka bernafas lega sekarang mereka kembali diserang oleh rasa takut dan khawatir. Sambungan penjelasan dokter membuat nafas mereka terasa sesak kembali.
"Ambil darah saya Dok! Golongan saya dan Reksa sama" Agha menawarkan diri menjadi pendonor darah.
"Kalau begitu ikut saya ke ruang tranfusi" Agha mengikuti dokter menuju ruang tranfusi darah.
Beberapa menit kemudian Agha kembali dengan keadaan yang lesu.
"Kenapa Mas?"
"Mas tak bisa mendonorkan darah Mas. Karena tekanan darah Mas tinggi"
"Kita harus segera pergi ke PMI untuk membeli darah beberapa kantong untuk Reksa" Leanna mengangguk dan mereka pergi ke PMI demi menyelamatkan cucu tunggal mereka.
Sesampainya di PMI mereka hanya mendapatkan 2 kantong darah. Kurang 2 kantong darah lagi. Mereka kembali ke rumah sakit dan membawa 2 kantong darah untuk menyelamatkan Reksa.
Mereka tak menyerah. Mereka kembali mencari pendonor darah untuk Reksa. Sampai meminta bantuan pada orang-orang yang lewat demi keselamatan Reksa. Mereka tak malu meminta tolong pada orang yang tak mereka kenal mereka memberhentikan orang yang lewat menanyakan golongan darah orang tersebut. Ada yang sama, tetapi enggan untuk menolong karena takut penipuan. Mereka menjelaskan sedetail mungkin dan akan memberikan imbalan. Tetapi tak ada yang mau menolong mereka.
Mereka tak lelah dan terus mencari pendonor darah untuk Reksa. Mereka benar-benar memperjuangkan kehidupan cucu mereka.
"Ya Allah Mas bagaimana ini?"
"Widya golongan darahnya sama dengan Reksa, Leanna"
Akankah Widya akan memberikan darahnya untuk menyelamatkan Reksa anak tunggalnya. Atau malah sebaliknya?TBC-
17622
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Reksa (Tamat) ✔
Novela JuvenilPelukan bagi Reksa adalah hal yang sulit untuk diwujudkan. Orang tuanya tak menyayanginya bahkan orang tuanya tak berharap ia terlahir ke dunia. Reksa selalu diperlakukan buruk dan disiksa dengan kejam oleh kedua orang tuanya. "Papa, Mama, peluk Re...