Mereka telah sampai di rumah Widya. Agha kemudian mengetuk pintu rumah anak tunggalnya.
"Widya buka pintunya nak!" ucap Agha
Widya membuka pintu rumahnya. "Ada apa Ayah dan Ibu ke sini?"
"Nak, ibu mohon kamu donorkan darah kamu untuk Reksa. Reksa dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri"
"Mendonorkan darahku untuk Reksa? Cih! Tak sudi aku Bu!"
"Widya, Ibu mohon ini demi keselamatan anakmu!"
"Dia bukan anakku Bu! Ibu suruh saja Chandra untuk mendonorkan darahnya untuk Reksa"
"Golongan Chandra tak cocok Widya!" kali ini Agha yang bersuara.
"Kalau tak ada pendonor darah, sudah biarkan anak itu mati" ucap Widya tanpa hati nurani.
"Keterlaluan kamu Widya!" Agha mulai naik pitam.
Widya benar-benar tak takut dengan ayahnya yang sudah naik pitam. Ia malah menutup pintu dengan kasar. Leanna hanya bisa menarik nafas panjang melihat kelakuan anak tunggalnya yang benar-benar tak punya hati nurani.
"Ya Allah kumohon berikan keajaibanmu untuk cucu kami. Jangan ambil Reksa Yaa Rabbi" Doa
Agha."Insyaallah, pertolongan Allah itu nyata Leanna. Kamu tenang saja. Kita harus ikhtiar lebih baik lagi demi Reksa"
-Pelukan untuk Reksa-
Reksa masih belum sadarkan diri di atas ranjang pesakitan. Syukurlah keadaannya sudah membaik dan sudah melewati masa kritisnya. Syukurlah kemarin ada 2 orang yang baik hati bersedia untuk mendonorkan darahnya untuk Reksa.
"Reksa bangun sayang. Kakek dan Nenek ada di sini sayang" ucap Leanna sembari mengusap lembut surai hitam Reksa.
"Nak, jika kamu sudah lelah jangan melakukan hal itu lagi. Nenek tahu tak mudah untukmu melawan semua ini" Leanna meneteskan air matanya.
"Leanna, mental Reksa sedang tidak baik-baik saja. Aku takut Reksa menjadi kecanduan untuk menyakiti dirinya sendiri. Aku melihat luka yang ada di lengan Reksa memang hanya luka lecet. Tetapi itu adalah awal munculnya hasrat untuk mengakhiri hidupnya seperti kemarin. Aku akan membawanya ke psikiater atau psikolog"
"Jangan!" Tolak Leanna dengan tegas.
"Kenapa?"
"Cucuku tidak gila Mas!"
"Aku tak menganggap cucuku gila Leanna! Aku kasihan padanya. Aku ingin membawanya ke sana untuk mengobati psikisnya selagi itu belum parah. Ke psikiater bukan untuk orang yang memiliki gangguan jiwa seperti gila Leanna. Reksa sudah di tahap depresi dan muncul hasrat dalam dirinya untuk melakukan bunuh diri. Aku takut kalau kita lalai dan Reksa benar-benar tak kuat melawan depresi dan beban berat yang dipikulnya, Reksa bisa benar-benar mengakhiri hidupnya"
"Aku mohon kamu mengerti apa maksudku. Ini demi kesembuhan Reksa cucu kita" Leanna mengangguk paham.
-Pelukan untuk Reksa-
Seorang pria dengan perawakan tinggi menyusuri lorong apartemen. Setelah ia menemukan apartemen yang ia cari, ia menekan bel apartemen tersebut.
"Widya buka pintunya!" Itu adalah suara Chandra.
Cklek. "Ada apa kamu ke sini Chandra?"
"Aku ingin memberikan ini padamu Widya" Chandra menyodorkan amplop yang berisi surat dan Widya mengambil amplop tersebut.
"Cepatlah tandatangani surat ini agar kita cepat berpisah"
"Baik. Dengan senang hati aku akan menandatangani surat cerai ini Chandra. Seharusnya sedari dulu kamu menceraikanku" Widya dengan cepat menandatangani surat cerai tersebut dengan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan untuk Reksa (Tamat) ✔
Teen FictionPelukan bagi Reksa adalah hal yang sulit untuk diwujudkan. Orang tuanya tak menyayanginya bahkan orang tuanya tak berharap ia terlahir ke dunia. Reksa selalu diperlakukan buruk dan disiksa dengan kejam oleh kedua orang tuanya. "Papa, Mama, peluk Re...