2. Takut

1.4K 144 4
                                    

Vote sebelum membaca!

🌱

Ting!

Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB. Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Widya. Pemilik ponsel itu masih mengabaikan pesan singkat yang masuk ke ponsel pintarnya.

"Siapa yang mengirimkanku pesan singkat pukul segini? Tak tahu apa aku sedang bekerja pukul segini" ucapnya dengan jari kedua tangan menari-nari di atas papan ketik komputer miliknya.

Kemudian ia melihat sekilas nama orang yang mengirimkannya pesan singkat.

"Bu Hafsah? Hmm——— Bukankah beliau wali kelas Reksa?" Lalu Widya mengambil ponsel pintar miliknya dan membuka aplikasi pesan singkat di ponselnya.

"Ternyata benar, beliau wali kelas Reksa" Widya kemudian membaca isi pesan singkat dari wali kelas Reksa.

"Bu Hafsah menyuruhku untuk datang ke sekolah. Ada apa ini? Apa jangan-jangan anak itu berbuat onar?"

"Dasar anak Chandra! Bikin malu saja bisanya. Seandainya Ayah dan Ibu tak menjodohkanku pada Chandra. Aku mungkin sudah bahagia bersama mantan kekasihku"

"Lihat saja nanti hukumanku menantimu Reksa! Aku akan menghukummu hingga kamu jera Reksa" ucap Widya dengan sangat geram.

-Pelukan untuk Reksa-

Waktu senja telah tiba. Seorang anak remaja berusia 13 tahun tengah menunggu angkutan umum di halte bus dekat sekolahannya.

"Angkotnya kenapa lama sekali?"

"Reksa takut pulang telat" risaunya dan hampir menangis.

Reksa sangat takut jika telat sampai rumah. Kedua orang tuanya memberi ultimatum kepada Reksa, pulang sekolah maksimal sebelum adzan maghrib berkumandang ia harus sudah sampai rumah.

"Ya Allah Reksa pasrah. Jika ini hari terakhir Reksa. Maafkan semua dosa-dosa Reksa Ya Rabbi" Doanya dengan pasrah. Jika adzan maghrib berkumandang ia belum sampai rumah sudah pasti hukuman berat akan diterima olehnya.

Reksa telah tiba di halte bus dekat komplek perumahannya setelah adzan maghrib selesai dikumandangkan. Ia duduk di bangku halte. Dalam hatinya rasa takut semakin kuat. Jiwanya sedang berkecamuk melawan hati dan pikirannya. Ia takut jika sampai rumah orang tuanya pasti akan menghukumnya baik ayah maupun ibunya.

"Bagaimana ini? Reksa sangat takut"

"Luka kemarin saja belum sembuh dan hari ini luka di tubuh Reksa akan bertambah"

"Tetapi setiap hari juga luka Reksa bertambah baik fisik maupun batin"

Terbesit di pikirannya untuk pergi ke rumah kakeknya dari ayahnya tetapi itu nihil. Orang tuanya pasti akan tetap menghukumnya dengan alasan, Reksa pergi ke rumah kakeknya karena menghindar dari hukuman mereka.

"Ya Allah, Reksa takut" dan cairan bening dari netranya meluncur di pipinya.

Reksa hanya bisa pasrah dan kemudian melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah.

"Reksa!" Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang Reksa menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah.

"Kakek?" samar-samar dari kejauhan Reksa melihat kakeknya kemudian menghampiri sosok pria yang sudah berusia senja tersebut.

Pelukan untuk Reksa (Tamat) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang