My love Zayden ( Part 28 )

1K 39 0
                                    

🤍☄️ Berada Di Satu Mimpi Semu ☄️🤍

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

Berulang kali Zayden mencoba untuk menghubungi Amira nyatanya nomor telepon tersebut belum juga bisa tersambung, mencoba mencerna maksud yang terselubung dari tidak aktifnya nomor kontak Amira
"adakah kamu mulai memberikan jarak dan menutup semua akses komunikasi di antara kita Amira..???" lirih Zayden menerka neka.

Tetapi Zayden berupaya menepikan kecurigaan ini, sebab tidak seperti biasanya Amira menutup komunikasi di antara mereka, "kamu tidak pernah seperti ini, apakah kalian berdua baik baik saja disana...!!!" gumam Zayden.

"Masih ada tiga hari tersisa sebelum keberangkatan ke Canada saya mencoba mencari dimana keberadaan kamu dan Jio sekarang..!!!" berbagai pertanyaan mulai berkecamuk meracuni jiwa. Zayden mulai menyalahkan diri sendiri sedari dulu sekedar berucap kata kata untuk menyisihkan waktu bersama putra semata wayangnya tetapi tidak pernah bertindak merealisasikan janjinya.

Kini disaat semua semakin terlambat dengan sisa waktu yang sangat sempit seperti tiada ampun melepaskan kesempatan yang sia sia, kesal menyalahkan diri dan begitu bodoh tidak pernah ada keinginan untuk mengetahui dimana Jio bersekolah dan dimanakah Amira bekerja.

Bergulir nya waktu berganti hari mencari keberadaan Amira dan Jio berbuah nihil, berlapang dada ketika terpaksa pergi tanpa kesan yang diberikan dan tiada pesan yang harus di sampaikan.

"Good luck bro.... enjoy your flight" sapa Rian memberikan salam perpisahan

"hei... tunaikan janji kamu, kita ngopi bareng di sana" celoteh candaan Zayden menagih janji mengurai jedah kesedihan menjadi ceria.

Rian tertawa singgih "ya saya berencana kesana setelah musim salju berakhir, hets...apa kamu sudah siapkan baju hangat menyambut musim dingin sebentar lagi disana..???" tanya Rian

"ahh...belum, rileks saja itu bukan hal yang susah di cari" balas Zayden.

"Alright....selamat berjuang Zay, lakukan yang terbaik" pesan Rian berharap penuh dengan kegigihan Zayden membawa kejayaan memuncak dalam gurita bisnis yang mereka kelola dalam beberapa tahun terakhir ini.

Dari ketinggian langit meredam kan seluruh kerinduan yang mendalam tidak terbalaskan, seperti asap mengepul dan terurai di hembusan angin,

jika satu masa aku kembali disini untuk siapa diriku pulang, tiada jua seseorang yang merindukan hadirnya diriku kembali di depan pintu.

Prahara lampau biarkan terbungkus menjadi kenangan, hidup masih terus berlanjut dengan kisah yang menjadi misteri.
Disudut kota Toronto seperti terasing berupa untuk beradaptasi dengan sesuatu hal baru, tiba di negara yang di tuju di titik ini mulai menikmati proses membuka lembaran baru.

"Hello Mr Zayden..." sambutan hangat dari seorang supir company di mana Zayden bekerja yang menjemput di bandara internasional Toronto,

"hi...yes its me, nice to meet you, thank you for taking the time to pic me up sir" balas Zayden.

Gedung gedung unik pencakar langit tidak lagi menjadi sebuah kekaguman ketertarikan mata, kesibukan di kota Toronto dengan kegiatan manusia yang seolah berlari mengejar waktu sebelum matahari terbenam kian membawa Zayden terlena terbawa perasaan sepi menyendiri bagaikan menghukum diri dari dosa yang berlaku.

Dear...Kanada, disini aku siap menapaki perang kehidupan baru bergelut adaptasi dengan rumit nya gelombang tekanan pekerjaan di sertakan musim yang berganti, kan ku sambut Sedaya upaya, jadikan keruwetan ini menjadi indah berseri seperti kota ini.

❇️❇️❇️

~
~
~

Dengan hati nelangsa Fitri menyambangi kamar Amira yang masih belum bangun dari tidur panjangnya, tangan Fitri yang bergelayut manja seolah ingin ber cerita seperti biasanya "hai... Amira, aku disini menunggu kamu berceloteh kembali, tapi...aku butuh tempat untuk move dan bangkit dari kepedihan ini, aku pamit sejenak untuk pergi ketempat yang jauh, berjanjilah untuk sembuh dan sampai hari nya kita akan bertemu kembali"

Selangkah demi selangkah Fitri meninggalkan ranjang tidur Amira "good bye sayang... aku segera pulang semoga di masa yang akan datang di saat kita berjumpa kembali kita sudah dapat mengecap sisi kebahagiaan itu" gumam Fitri di kala menghentikan sejenak derap langkah kaki nya di depan pintu.

Perih ku bukan untuk mencari iba, biarkan aku tampung membawa segala kepedihan ini seorang diri, kan ku buktikan kepada dunia betapa kuatnya aku, bilamana aku berkelana sampai di persimpangan jalan kan ku tempuh mengikuti kata hati karena ku yakin disana aku menemukan cinta sejati, sepenggal doa Fitri penuh keyakinan membuka lembaran baru untuk tidak terpaku pada kenangan pahit.

"Selamat menikmati perjalanan baru kamu, Ingat jangan putuskan komunikasi kamu dengan Amira dia pasti nya akan mencari kamu jika dia terbangun nanti" pesan Gary,

sejenak Fitri memberikan senyuman sendu "yup...dia pasti mencari aku, ada waktu yang tepat aku pastikan menghubungi nya, saya titip kan sahabat ku kepada kamu tolong rawat dia dengan baik, boleh...!!!"

Gary menepuk pundak Fitri untuk meredakan kecemasan Fitri "tenang Fit.., saya pasti terus berada di sisinya" ujar Gary

"aku percaya kamu, baiklah terimakasih Gary, kalau begitu saya pamit pergi" sambung Fitri tersenyum puas dan membentangkan tangan memberi pelukan perpisahan, dan Fitri melanjutkan perjalanan mengejar waktu untuk segera sampai di bandara, degup jantung terus berpacu di kala pesawat terbang semakin tinggi hingga mencium awan putih membentang laksana panorama lukisan ilahi.

Gary melebarkan senyuman di kala Amira sudah terbangun dari koma "hai..." sambut singkat Gary

"bagaimana kabar Fitri dan Jio..."ucap Amira dengan suara yang masih terbata bantah,

"usah cemaskan Fitri dan Jio mereka sehat sehat saja" jawab Gary ringkas

"tidak....aku melihat dia berdarah" lirih Amira.

Gary berupaya menenangkan kelimpungan Amira "sttt...tenang Amira, Fitri selamat sekarang sudah pulih" ucap Gary sembari melekat kan jari telunjuknya di bibir Amira agar tidak berlarut dalam kemelut kegelisahan.

"Maaf kan aku yang begitu lambat pada malam itu, aku gagal melerai pertikaian itu" gumam Gary menyesali diri

dengan sungging senyuman datar sejurus pandangan Amira menatap kosong di satu arah "sudah berapa lama saya tertidur...!!!" tanya Amira.

"Satu minggu, oh ya mau dengar kabar baik..??" lanjut Gary

ya..., ucap Amira menganggukkan kepala.

"Kita sudah bisa bernafas lega, Sonia sudah berhasil di amankan semoga saja kasus ini segera terkuak dengan segala kebenarannya" jelas Gary

simpul senyum ekspresi kelegaan tersirat dalam raut wajah Amira yang masih terlihat pucat pasi, seumpama beban lelah terangkat seketika meringankan mata melanjutkan kembali melintasi mimpi indah.

Gary menyadari kondisi Amira masih membutuhkan waktu untuk berangsur pulih "istirahat lah Amira...besok kita lanjutkan kembali, dan terimakasih kamu berhasil melewati masa kritis kamu" ucap Gary berbisik pelan dan merapikan selimut Amira yang hampir tersisih.

Gary meredam satu sesuatu perasaan yang tidak dapat di mengerti jika berhadapan dengan Amira, adakah ini perasaan cinta atau sekedar kekaguman sebagaimana layaknya seorang teman.

Didekat mu aku bisa merasakan percikan semangat, bersama kamu diriku selalu ingin berbual panjang lebar tetapi kamu selalu mengakhiri dengan senyum seolah ingin pergi menjauh

Amira....begitu susah di tebak isi hati kamu, Gary mulai meracau seperti bocah kecil.

❇️❇️❇️



🤍🤍 Terimakasih masih setia menunggu part selanjutnya ☺️☺️ 🤍🤍🤍


































My Love Zayden Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang