13. KESAL

16K 745 16
                                    

Karna tidak tahan akan pertempuran batin dirinya sendiri Alex kemudian memutuskan untuk pergi bekerja dengan secepatnya.

Saat beranjak dari duduknya dilihatnya Mona yang sedang menyuapi Alex  dengan cermat. Tatapan mereka bertemu, Mona kemudian tersenyum yang membuat Alex kembali kesal dan membuang wajahnya lalu berlalu pergi.

"Ada apa dengannya?" Heran Mona lalu kembali fokus menyuapi Sean yang makan dengan lahap.

"Makan yang banyak ya bocah, ntar kalau dah gede awas aja lupa sama gue!" Ucap Mona dengan logat Indonesia nya.

"Bibit unggul, jangan jadi kek pamanmu ya." Ucap-nya lagi lalu mengelap makanan yang tumpah di baju Sean.

Disisi lain, mobil Alex sudah pergi meninggalkan perkarangan mension.  Mungkin dengan fokus bekerja dapat mengenyahkan pikirannnya  tentang Mona untuk sementara waktu.

Sepuluh menit kemudian mobil Alex sudah sampai didepan perusahaannya. Alexander Company. Tertulis dengan besar didepan sana. Siapa yang tak mengenal perusahaan yang sangat berpengaruh besar dibidang pariwisata itu.

"Selamat pagi, Tuan Alexander." Sapa para pegawai kepada Alex yang dibalas dengan senyum tipis.

Tampan, kaya, dan memiliki masa depan yang cerah. Siapa yang tidak mau dengannya? Bahkan banyak para gadis disana yang ingin menjadi istri dari seorang Bilionaire muda itu.

"Apakah keadaan perusahaan baik-baik saja, Ed?" Tanya Alex setelah duduk dikursi kebesarannya.

"Keadaan perusahaan selalu aman dan terkendali tuan Alex.", Jawab Ed lalu duduk di sofa yang ada diruang kerja Alex.

"Baguslah kalau begitu. Kau memang dapat diandalkan." Pujinya lalu mulai membuka berkas-berkas yang sedikit menumpuk di meja kantornya.

___

Siang harinya keadaan mension sudah kembali bersih dan rapi seperti sedia kala. Semua yang berada di mension juga sudah kembali pada pekerjaan mereka masing-masing terkecuali seorang pria yang seperti tidak punya pekerjaan lain itu.

"Aku sangat bosan." Hans menarik napas lelah dengan dirinya yang tertidur di atas sofa.

"Apakah kau tidak memiliki pekerjaan yang harus kau lakukan?" Tanya Mona sambil memperhatikan Sean yang sedang bermain.

Sebenarnya dirinya juga bosan dengan hanya duduk sambil mengawasi bocah kecil itu bermain. Tapi apa boleh buat, dirinya tidak bisa bergerak bebas di lingkungan seperti ini. Dirinya memiliki sebuah kontrak pekerjaan yang harus dijalaninya.

"Aku bertanya-tanya, apakah kau tidak merindukan kampung halamanmu?" Tanya Hans tiba-tiba mengalihkan pikiran Mona.

"Kampung halaman?" Jika dipikir-pikir Mona juga merindukan kampung halamannya, Indonesia. Tentang bagaimana kabar ayahnya dan teman-temannya yang berada disana. Pasti mereka sekarang sudah mencari-cari dirinya.

"Rindu? Itu sudah pasti." Jawab Mona sambil menerawang jauh.

"Kau tau bagaimana aku bisa kenal Alex?"  Mona hanya menggeleng mendengar pertanyaan Hans, dia tertawa lalu mulai menceritakan sebuah kisah hidupnya.

Hingga beberapa menit kemudian, cerita singkat dan menarik itu selesai. Dan Mona dapat menarik kesimpulan jika Hans dulunya adalah seorang yang putus asa dalam hidupnya hingga Alex datang dan membuat dirinya kembali hidup.

"Cerita yang menarik, Hans." Salut Mona yang dibalas dengan anggukan oleh Hans. Mereka kemudian terdiam untuk beberapa saat hingga tak terasa sudah hampir sejam.

Sore harinya, Mona yang sudah memandikan Sean tengah jalan-jalan sore disekitaran taman depan Mansion ini. Walaupun tidak terlalu luas tapi masih bisa untuk memanjakan matanya sekaligus menghirup udara segar.

Tak lama kemudian mobil Alex memasuki perkarangan mension. Alex keluar dari mobilnya  seraya meregangkan dasinya yang terasa menjepit leher.

Saat ingin memasuki mensionnya tak sengaja pandangannya dengan Mona bertemu. Dilihatnya Mona seperti tersenyum ramah kearahnya.

Karna masih menyimpan perasaan semalam dirinya kemudian mengabaikan dan memilih untuk memasuki mension dengan cepat.

Saat menaiki tangga dirinya berpapasan dengan Hans yang terlihat sudah berpakaian rapi.

"Kenapa dengan wajahmu itu, Alex? Kau seperti pria yang diputus cinta." Ledek Hans lalu tertawa tatkala melihat reaksi kesal Alex.

"Diam!" Bentak Alex tanpa memandang wajah mengesalkan Hans lalu berlalu menuju kamarnya. Didalam kamar Alex merebahkan sejenak tubuhnya yang kekar.

"Apakah benar wajahku seperti itu?" Monolognya lalu bangkit bercermin disalah satu kaca full body yang ada di kamarnya yang luas itu.

"Sialan kau, Hans." Umpatnya setelah menyadari jika wajahnya tidak terlihat seperti apa yang Hans katakan barusan. Dirinya kemudian mengambil handuk lalu mulai memasuki kamar mandi.

Malam harinya, semuanya berkumpul di balkon lantai 2 sambil memperhatikan Sean yang masih saja aktif bermain.

"Ceritakanlah Alex, siapa wanita yang sudah membuat wajahmu terlihat seperti itu?" Ucap Hans yang sedari tadi menggoda Alex namun tidak ditanggapi.

"Diamlah sebelum aku mengusirmu dari rumahku!" Kesal Alex akhirnya buka suara. Mona yang sedari tadi duduk diam sambil memperhatikan Sean kini beralih menatap Percakapan dua pria yang ada didepannya.

"Katakanlah dulu siapa wanita itu maka aku akan diam." Hans kembali buka suara.

"Tidak ada satu wanita pun dan sekarang diamlah!" Jawab Alex malas.

"Apakah ucapanmu dapat ku percaya?"

"Hans." Lelah Alex memijit pelipisnya. Beberapa saat dengan keterdiaman, Hans kembali buka suara.

"Mona, apakah kau menyukai pria seperti dia?" Pertanyaan Hans itu membuat Mona menatapnya dengan mata membulat. Tak beda dari Alex yang juga kini mulai tertarik dan pura-pura kembali memijit pelipisnya.

"Emm, apakah pertanyaan itu harus kujawab?" Ragu Mona untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

"Kau tak perlu meladeni ucapannya, Mona." Sela Alex namun dalam hatinya dirinya sangat menginginkan jawaban 'kalau aku juga menyukaimu Alex'

"Katakan saja jika kau juga menunggu jawaban darinya." Ucapan Hans langsung membuat telinga Alex memerah malu namun dirinya berusaha untuk tetap tenang.

"Apa maksudmu?" Elak Alex dengan tenang seolah dirinya serius dengan ucapannya.

"Jadi Mona apakah kau menyukai pria sepertinya?" Tanya Hans lagi menghiraukan ucapan Alex barusan.

"Siapa yang tidak menyukai pria seperti Alex? Tentu saja aku menyukainya." Jawaban itu membuat diri Alex seperti sangat bersemangat dan bahagia dapat terlihat di wajahnya.

"Kau yakin menyukai pria seperti dia?" Tanya Hans kembali memastikan. Alex menatap Hans dengan senyum miring pertanda dirinya memang disukai Mona.

"Ya, menyukai dalam bentuk Pekerjaan. Maksud ku, aku menyukainya karna dia majikanku." Jelas Mona yang membuat Hans tergelak dengan keras. Sedangkan Alex sudah terhempas jatuh kedalam inti bumi yang paling dalam.

Moodnya sudah hancur sehancurnya.

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang