29. Fuck You, Theodore!

4.1K 106 1
                                    

Rasanya Mona ingin memutar waktu saja saat ini. Dia menyesal akan ucapannya beberapa hari yang lalu yang diucapkan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Lihatlah sekarang, karna ucapannya itu dirinya harus menyetujui untuk tinggal di rumah atau bisa disebut Mension karna sangking besarnya.

Alex, pria itu hanya bermain-main dengan uangnya. Untuk apa membeli rumah sebesar ini kalau hanya untuk ditinggali oleh dirinya sendiri.

Rumah besar dan sepi ini masih saja dijaga oleh pria-pria berbadan besar sama halnya dengan Mension milik Alex di Italia sana.

Hari ini adalah hari Minggu dan Mona tidak mempunyai kerjaan sama sekali. Lain halnya dengan Alex, pria tampan itu masih saja sibuk dengan pekerjaannya siang maupun malam.

Saat ditanya, Alex hanya menjawab jika dirinya memiliki pekerjaan yang harus dibereskan dan berjanji akan segera pulang dan menemui Mona.

Namun nyatanya, sudah lebih dari dua hari pria itu tidak pulang-pulang dan berakhir dirinya ditinggal sendiri di Mension seluas ini. Jika seperti ini lebih baik Mona memilih untuk tinggal di apartemen miliknya.

Terkadang Mona berpikir, jangan-jangan Alex hanya bermain-main dengannya dan akan tetap melaksanakan hukumannya seperti yang tertera di secarik kertas itu?

Seperti saat ini, efek tidak ada kerjaan membuat pikirannya sudah membayangkan hal-hal aneh yang akan menimpa keadaanya kelak.

Mona menggeleng-gelengkan kepalanya berharap pikiran buruk yang terbayang pergi menjauh darinya.

"Positif thinking Mona, lu pasti akan baik-baik aja!" Ujarnya menenangkan diri sendiri.

Mona yang sedari tadi duduk diam di dalam kamar sambil menatap pantulan dirinya di cermin akhirnya beranjak dan memilih berjalan-jalan mengelilingi Mension untuk kesekian kalinya selama dirinya tinggal disini.

Mona melewati koridor lantai dua dan menuruni tangga menuju taman belakang yang sedari awal menjadi tempat favoritnya.

Sesampainya di taman belakang yang dihiasi berbagai jenis tanaman bunga dengan kolam ikan yang ada di tengahnya menambah kesan alam yang indah.

Mona mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan menikmati kegiatan tenangnya sebelum suara dentuman keras mengusik ketenangannya.

Karena penasaran akhirnya Mona melangkahkan kaki menuju suara dentuman keras tadi yang berasal dari halaman depan Mension.

Baru saja Mona melangkahkan kakinya Mona dibuat terkejut dengan bunyi suara tembakan.  Layaknya mimpi Mona dibuat terdiam kala melihat orang-orang berlari menuju ke arahnya.

"Sembunyi nona!" Teriak salah satu pria yang Mona tau adalah salah satu orangnya Alex.

Pria berbadan besar itu mengiring Mona menuju ke sebuah pintu belakang taman namun baru saja membuka pintu beberapa orang asing langsung saja mengarahkan senjata mereka hingga suara tembakan kembali terdengar.

DOR!
DOR!

....

"Apakah ini yang terakhir?" Tanya Alex setelah sekian lama berkutat dengan kertas-kertas yang ada di meja kerjanya

"Iya tuan, anda hanya perlu menyelesaikan ini." Jawab Ed yang senantiasa membantu tuannya.

Alex menghembuskan nafas lelah. Ternyata walaupun beberapa hari Alex berada di negara ini tapi ternyata tak menjauhinya dari pekerjaan

Hanya beberapa kertas lagi yang harus dia tandatangani sebelum suara dering ponsel menghentikan kegiatannya.

Menyampingkan handphone ditelinga, Alex menjawab teleponnya dengan tangan yang terus berkutat di atas kertas.

"Halo?" Ucap Alex kala Sang penelepon tak kunjung mengeluarkan suara.

"Hai Alex, bagaimana kabarmu?" Ucap suara di seberang sana yang membuat Alex lantas menghentikan kegiatannya dengan pandangan lurus ke depan seolah-olah sang penelepon berada di hadapannya saat ini.

"Apa maumu?" Tanya Alex tidak bertele-tele.

"Haha, kau memang seorang yang tak suka bermain-main ya." Ujar si penelpon sambil tertawa.

"Katakan!" Tegas Alex, karna entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak.

"Kau tahu betul apa yang kuinginkan."

Tut.

Telepon dimatikan yang membuat Alex menggeram marah. Sebuah pesan masuk dari nomor yang meneleponnya tadi. Pesan yang berisikan foto seorang gadis yang tengah diikat di dalam mobil dengan keadaan pingsan.

"Mona?"

Marah. Alex sangat marah sekarang. Berani-beraninya Pak tua itu bermain-main lagi dengannya. Lihat saja, Alex akan benar-benar menghancurkan Pak tua itu.

Alex bangkit dari duduknya dan menelpon seseorang.

"Hei, bro! Bagaimana keadaan disana?" Jawab Seorang tersebut tak lain tak bukan adalah Hans.

"Segera lacak keberadaan Pak tua itu, dan pastikan mereka tidak macam-macam dengan gadisku!" Ujarnya lalu mematikan telpon.

Alex keluar dari kantornya dengan wajah dingin. Ed yang memperhatikan itu hanya diam dan mengikuti tuannya menuju mobil.

Banyak pasang mata menatap keberadaan Alex dengan sesak nafas. Raut yang diperlihatkan Alex saat ini sangat membuat siapa saja takut dan merasa terintimidasi.

"Mansion, sekarang!" Ujar Alex saat telah sampai di dalam mobil. Ed mengangguk lalu dengan cepat melajukan mobil menuju Mension Alex yang cukup jauh dari perusahaan.

Dalam perjalanannya, Alex tak henti-hentinya memikirkan keberadaan Mona. Apakah gadisnya akan baik-baik saja? Memikirkannya saja membuat darah dalam tubuh Alex mendidih.

Dirinya menjadi sangat marah karna tidak bisa menjaga Mona dengan baik. Seharunya Alex lebih meningkatkan pengawasan di mensionnya.

Dirinya terlalu ceroboh karna mengira tidak akan ada musuh yang akan mengikutinya sampai kesini.

"Fuck you, Theodore!" Teriak Alex tiba-tiba sampai membuat Ed yang tengah mengendarai mobil terkejut dibuatnya. Sungguh, Alex mode marah sangat menyeramkan. Bahkan lebih menyeramkan dari film horor Indonesia yang Ed pernah tonton.

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang