14. NEW WOMEN

14.9K 656 7
                                    

Sudah tak terhitung beberapa bulan Mona bekerja di mension ini, tentunya dia juga menikmati tempat bekerjanya walaupun agak sedikit kerepotan di awal.

Tentunya ketika bekerja di tempat yang asing dan baru pasti ada seseorang yang tidak menyukai bukan?

Seorang pelayan di dapur yang bertugas memasakan makanan bagi orang-orang mension sering kali menjulidti Mona dibelakang dapur.

"Gadis Asia itu kerjaannya hanya malas-malasan dan tidak becus merawat tuan Sean!" Ujar wanita pelayan itu yang bernama Amanda.

"Stt, kau tidak boleh berkata seperti itu Amanda. Kau tidak tau saja jika tuan Alex terlihat menyayanginya bukan?" Ujar salah seorang temannya yang bernama Fani.

"Menyayanginya? Apa kau bodoh. Untuk apa tuan Alex melakukan itu bahkan aku lebih berhak diposisi itu dibanding dirinya."

"Jangan bermimpi Amanda, kau hanyalah pelayan koki disini dan tuan Alex juga tidak akan  pernah melangkahkan kakinya ditempat kotor seperti ini." Ujar Fani sambil menggelengkan kepalanya mendengar ucapan temannya itu.

"Kenapa kau terlihat membelanya? Bagaimana pun juga aku tidak menyukai perempuan Asia jelek itu." Dengus Amanda lalu pergi dengan menghentak hentakan kakinya kesal.

Dari lantai dua, Mona dan Sean tengah menonton televisi bersama. Keduanya tampak fokus pada tayangan televisi yang menampilkan drama kolosal itu.

Walaupun Sean yang masih berumur satu tahun itu belum mengerti apa-apa yang ditayangkan di televisi tapi anak kecil itu terlihat seperti menyukainya.

"AAK!" Pekik Mona terkejut tatkala melihat adegan seseorang yang menebas kepala orang yang ada didepannya hingga putus. Menetralkan jantung yang terkejut takut, dirinya kemudian beralih menatap Sean yang matanya sedari tadi tak teralihkan dari televisi.

"Astaga, SEAN!" Ujar Mona lalu mengganti saluran televisi menampilkan tayangan anak-anak. Sean yang mendapati tayangannya sudah tergantikan langsung menatap Mona lalu menangis dengan histeris.

"Eh gak boleh, anj! Ntar lu jadi psikopat pas gede, kan gak lucu kalau gue yang disalahin Mak lu!" Dengan logat Indonesia-nya Mona berucap kepada Sean sambil menenangkan bocah itu.

"HUAAA"

Bukannya menjadi diam Sean malah kembali menangis dengan sangat kencang hingga suara tangisnya terdengar bergema keseluruh mension ini.

Karna panik Sean tak mau diam, Mona kembali memutarkan saluran televisi yang masih menantang kan adegan tebas menebas itu.

"Awas aja ntar kalau lu gede jadi psikopat, jangan salahin gue." Pasrah Mona yang melihat Sean yang mulai kembali terfokus pada tayangan televisinya.

"Dengar kan? Dia gak becus jagain seorang anak kecil." Nyinyir Amanda lagi dari dapur. Tangisan Sean barusan sangat terdengar jelas dari dapur membuat mereka yang tengah bekerja terdiam sebentar mendengar tangisan itu.

"Udahlah, mungkin saja Tuan Sean ingin tidur. Kan anak kecil sering nangis kalau mau tidur?"  Jawab Fani. Amanda memutar matanya kesal lalu kembali bekerja.

"Hachi!" Mona bersin tiga kali.

____________________

Jarum jam menunjukan pukul 10 malam. Disebuah ruangan terdapat seorang pria dengan bahu lebar tengah meregangkan otot-ototnya yang kaku akibat kelamaan duduk di kursi kebesarannya itu.

Kursi itu berderit dan berputar mengarahkannya kearah jendela kaca yang menampilkan suasana kota Milan pada malam hari.

Pria itu Alex, menarik nafas panjang dirinya bangkit dari duduknya dan berjalan lebih dekat dengan jendela kaca itu.

Memperhatikan suasana kota dari atas gedung bertingkat miliknya membuat dirinya terasa lebih rileks. Dia kemudian menutup berkas-berkas diatas meja lalu mengambil barang yang perlu dibawa pergi.

Saat berada dilantai bawah masih terlihat ramai para pekerja yang masih terlihat sibuk bekerja walaupun raut lelah terlihat diwajah mereka.

"Maaf tuan Alex, tadi ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan anda, Tuan. Namun karna tuan tidak dapat diganggu wanita itu pergi begitu saja." Ucap salah seorang pria yang memakai baju satpam itu.

"Baiklah." Tanpa banyak bertanya siapa wanita itu Alex kemudian melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan melaju dengan cepat.

Dirinya tak peduli siapa wanita itu karna dipikirannya saat ini hanya ada satu gadis yang selalu mengusiknya. Dan kalian tau siapa gadis itu.

Sesampainya di mension Alex langsung saja memasuki kamarnya walaupun dirinya ingin sekali bertemu atau sekedar mengunjungi gadis itu.

Dan kini dirinya telah  selesai mandi dan berpaikaian. Ketika akan membuka gagang pintu untuk keluar kamar, dering telpon menahannya untuk menoleh sebentar kearah telpon yang tergeletak di atas ranjangnya.

Mengabaikan dering ponselnya, Alex pun lebih memilih turun kebawah untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.

Saat hendak menuruni tangga, pas sekali dengan kehadiran Mona yang juga ingin menuruni tangga dengan Sean yang terlihat menangis digendongannya. Mereka saling bersitatap dengan Mona tersenyum canggung.

"Selamat malam, Alex." Sapa Mona seraya menampilkan senyum manisnya walaupun terlihat canggung. Alex hanya membalas dengan deheman lalu berlalu pergi.

Alex sudah duduk dimeja makan yang langsung saja para pelayan menyajikan berbagai jenis hidangan tepat didepannya.

Mona kemudian datang lalu mendudukkan Sean disalah satu kursi bayi yang memang sudah tersedia disana. Dan seperti biasa, dirinya pun berlalu untuk membuatkan bocah kecil itu susu.

"Makanlah!" Ucap Alex disela-sela makannya tatkala Mona sudah kembali dari membuat susu.

"Ah tidak, aku sudah kenyang." Jawab Mona lalu kembali menggendong Sean kedekapannya seraya memegang botol susu.

Saat akan menaiki tangga, tiba-tiba suara teriakan seseorang menghentikan langkah Mona untuk melihat siapa pemilik suara itu.

"HELLOO!"

Sepatu merah berhak tinggi itu melangkah dengan cepat memasuki mension. Wanita dengan rambut coklat sepinggang dengan tas merah yang tergantung disisi lengannya berjalan dengan senyum lebar.

Wanita itu melihat sekilas ke arah Mona namun, kemudian matanya langsung tertuju kearah Alex yang berada di meja makan. Tanpa peringatan wanita itupun dengan cepat merangkul bahu lebar Alex yang sedang memakan makanannya.

"Oh, Alex! Aku merindukanmu." Ucap Wanita itu dibarengi dengan kecupannya di pipi Alex. Mona yang melihat lantas memalingkan wajahnya.

'siapa wanita itu?' batin Mona lalu kembali melihat tingkah wanita itu lagi. Walaupun Alex tetap berada diposisinya, tak ayal jika Mona sedikit melihat raut keterkejutan dari wajah Alex.

Karna sadar dirinya terlampau terang-terangan melihat, dia pun lantas memutuskan untuk kembali menuju kamar walaupun dirinya juga sangat ingin tahu siapa wanita itu.

'Kenapa kau kembali, Agnes?'

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang