11. TRIK YANG BAGUS

18.8K 833 11
                                    

"Mona" lirih Alex hampir tidak terdengar. Matanya memanas dan entah kenapa hatinya terasa nyeri tatkala menatap gadis yang ia cintai  sudah tergeletak bergelinangan darah.

Beberapa saat kemudian mata yang mulanya tertutup lantas terbuka. Alex langsung menepuk pipi Mona berharap gadis di pangkuannya ini terbangun.

"Alex?" ucap-nya lalu duduk dengan raut takut di wajahnya.

"Kau tidak apa-apa?" Syukur Alex karna melihat Mona terlihat baik-baik.

"Kenapa kau sangat lama pulang?" tangis Mona menepuk dada Alex pelan. Mona menangis histeris, air matanya turun sangat deras dengan wajah memerah.

"Mereka membunuh semuanya" ucap Mona lagi dengan sesegupan.

"Aku takut" ucapnya lagi lalu pingsan. Alex dengan sigap langsung menggendong mona dan membawanya menuju sofa yang berada di ruang tamu.

"Cepat panggil dokter dan bersihkan semua ini!" ucap Alex kepada beberapa orang-orang-nya yang masih sehat sambil membersihkan darah yang berada di pergelangan tangan Mona.

Hingga beberapa saat kemudian dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Mona.

"Tenanglah, dia hanya kaget hingga membuatnya pingsan." ucap dokter itu lalu memperhatikan mayat yang berada disekitarnya.

" Sepertinya sudah terjadi bantai masal di mension ini" ucap dokter itu lalu duduk di seberang Alex yang masih berada di sisi Mona.

"Hans, periksalah cctv mension ini!" suruh Alex yang langsung dilaksanakan oleh Hans.

"Apakah kau tidak akan mengobati peluru yang bersarang di lenganmu itu?" tanya Dokter pria itu namun Alex hanya diam dengan tatapan masih kepada Mona.

Mona kembali terbangun lalu tatapannya langsung tertuju kearah sekitarnya. Masih terdapat sedikut darah yang berada dilantai.

"kau baik-baik saja, Mona?" tanya Alex mengelus rambut Mona. Gadis itu menatap mata Alex dengan panik.

"Mereka membunuh semuanya." tangisnya menyiratkan ketakutaannya akan apa yang yang telah terjadi beberapa jam yang lalu.

"Semuanya telah berakhir, kau aman sekarang. Aku tidak akan membiarkan para bajingan itu melukaimu lagi." dengan mata layaknya pembunuh Alex bertekad dalam hatinya akan membunuh mereka semua yang telah membuat gadisnya ketakutan.

"Dimana ed?" heran Alex tatkala tidak melihat kehadiran pria itu.

"Aku tidak tau, dia pergi lalu beberapa menit kemudian suara tembakan terdengar." ujarnya sambil mengingat kejadian itu.

"Sudahlah, lebih baik kau keatas dan tenangkanlah Sean." ujarnya lalu Mona pun berjalan dengan tergesa-gesa ke lantai atas.

Hans kemudian datang dan menyerahkan hasil rekaman cctv itu kepada Alex yang langsung melihatnya.

"Perketat keamaanan disini dan jangan biarkan mereka sampai masuk!"

"kau yakin tidak mau balas dendam?"

" Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan mereka." Alex lalu berlalu menuju rungannya kelantai atas.

Ed memasuki mension dengan tatapan bingung melihat mayat pelayan dan penjaga yang tergeletak.

"Apa yang terjadi?" Hans melihat Ed berdiri di pintu Mension hanya diam mentapnya. Mengangkat bahu lalu mulai duduk merebahkan otot-otot nya yang lelah.

Flashback:

Jarum jam menunjukan pukul 9 malam, Mona yang tengah meniduri Sean dikamarnya dikejutkan oleh suara tembakan yang berada dilantai bawah. Suara tembakan.

Karna penasaran ia pun membuka pintu kamar lalu mengintip dari lantai atas apa yang terjadi dibawah sana. Dan betapa terkejutnya dia tatkala melihat seorang penjaga Mension ini tergeletak bersimbah darah yang diikuti oleh beberapa orang-orang berseragam hitam mulai memasuki Mension.

Para penjaga yang lainnya lantas langsung mencegah mereka masuk dengan menghalangi mereka. Mona yang melihat situasi sudah sangat memanas langsung mengambil Sean dan meletakannya didalam lemari.

Dengan perasaan takut dan cemas Mona pun mengendap ngendap dan turun menuju dapur dimana tempat para pelayan berkumpul. Karena akses menuju dapur terhalang oleh sebuah dinding membuat Mona tidak dapat dilihat oleh para penjahat berbaju hitam itu.

Dan didapur san Mona kemudian bersembunyi dibawah meja makan yang cukup sempit. Dan dugaan Mona benar, beberapa saat kemudian para penjahat itu memasuki dapur dengan disusul oleh teriakan pelayan dan koki dapur yang entah mengapa keluar dari persembunyian mereka.

Alhasil, mereka semua langsung ditembaki yang membuat mereka jatuh kelantai dengan darah yang sudah bergelinangan. Untung saja badan kecil Mona membuat dirinya tidak terlihat oleh para penjahat itu.

Dengan ide yang tiba-tiba terpikir diotak nya, saat penjahat itu meninggalkan dapur Mona lantas keluar dari persembunyiannya dan tidur tepat disamping pelayan tua yang telah tewas dengan darah mengalir dari perutnya.

Tanpa jijik, Mona mengambil darah itu dan menyapukannya ke dada dan perutnya yang membuat dia seolah-olah juga termasuk korban penembakan.

Mona pun mulai menutup mata dengan perasaan cemas harap-harap penjahat itu segera pergi.

Sayup-sayup dari luar Mona mendengar teriakan seorang pria.

"Haha, jika kau sekarang membunuh orangku, maka lihatlah saat kau pulang. Lautan darah akan menyambutmu." Teriak orang itu lalu suara pintu tertutup dengan kencang. Keadaan Mension menjadi hening dengan Mona yang tidak tau berbuat apa. Badannya terasa kaku dan lemas.

Flashback end


Keesokan harinya keadaan Mension sudah kembali seperti semula walaupun beberapa diantara mereka masih merasa trauma akan kejadian semalam.

Mona yang keadaanya sekarang sudah jauh lebih baik dari semalam sudah kembali kepada pekerjaannya. Dirinya sangat bersyukur para penjahat itu tidak menemui Sean.

Alex yang baru keluar dari ruangannya langsung turun kebawah dan menghampiri Mona.

"Kau yakin baik-baik saja?" Khawatirnya sambil mengelus rambut Mona pelan.

"Tidak perlu khawatir kepadaku, tapi khawatirkan lah dirimu karena mereka pasti akan selalu mengincarnya bukan?" Alex terdiam, bisa-bisanya gadis itu masih mengkhawatirkannya. Tapi disisi lain Alex merasa senang kalau Mona ternyata mengkhawatirkannya.

"Baiklah, bagaimana jika kita mengadakan pesta barbeque untuk menghilangkan kejadian mengerikan semalam, hm?" Ucap Alex sambil menaikan sebelah alisnya menatap Mona yang matanya sudah berbinar senang.

Dari lantai dua terdengar sorakan Hans yang juga mendengar apa yang diucapkan Alex barusan.

"Oh Alex itu adalah ucapanmu yang membuat telingaku senang yang pernah kudengar selama ini!" Teriaknya sambil mengangkat kedua tangannya senang.

Mona lantas tertawa melihat kelakuan Hans yang seperti kekanakan itu sedangkan, Alex hanya menggeleng jengkel. Berarti selama ini apa yang diucapkannya selalu membuat Hans sakit telinga? Kesal Alex mengumpati Hans dihatinya.

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang