10. BLOOD

21.9K 857 4
                                    

"Ed apakah kau tidak memiliki pekerjaan lain?" tanya Mona yang kini sedang berada di taman belakang bersama Ed.

" Ya, mengawasimu." jawab Ed tanpa ekspresi.

" Apa aku begitu mencurigakan sampai kau mengawasi ku?" ujarnya heran.

" Ya, begitulah." Ed

Boleh aku bertanya lagi." yang dibalas anggukan oleh Ed.

"Siapa Alex sebenarnya?"

"Mafia."

"Hei, aku serius bertanya kepadamu!"

"Aku juga serius menjawab pertanyaanmu."

"Jika pun iya, apakah jaman sekarang mereka masih ada?"

"Ya dan kau sekarang bekerja padanya."

"Aku tidak percaya sebelum aku melihatnya."

"kau melihatnya sekarang."

Dari dalam mension Alex berjalan menuju arah mereka berdua. Dengan penampilan serba hitam dan kaca mata hitam juga bertengger di hidungnya menambah kesan misterius dan sangat keren.

"Apa yang sedang kalian lakukan berdua?" tanya-nya sambil memperhatikan Mona dan Ed yang duduk bersebelahan.

"kami hanya mengobrol."

"Apakah itu bisa dipercaya?" ucap Alex menatap Mona dengan eksperi yang tidak diketahui.

"Ya,, kau pikir kita melakukan apa berduan disini?" tanya Mona lagi. Mona menjadi lebih santai dengan alex karna semenjak kejadian pesta dan keberadaan Hans dirumah ini beberapa hari itu.

Dan Alex juga tidak mempermasalahkan hal itu terhadapnya. Bagi Mona, Alex juga tuan rumah yang baik walaupun terkadang suka marah.

"Pergilh Ed." ucap Alex lalu Ed beranjak dari duduknya. Alex mengambil duduk di tempat Ed barusan dan jadilah mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan.

"Kau aneh."

"Aneh?" Bingung Alex

"kau menyukaiku?"  Tanya Mona dengan pedenya.

"Jika kau berpikir begitu maka jawabanmu benar."

"Kau bercanda." gelak Mona.

"Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku, membuang-buang waktu!"

"Dari nada bicaramu kau terlihat bercanda, Alex"

"Apa aku harus membuktikan jika aku sangat menyukaimu?"

"buktikan dengan apa?"

Alex lalu menyambar bibir merah alami Mona yang membuat sang empu kaget. Alex dengan lembut melumat bibir itu. Lumatan itu lama-lama menjadi lumatan yang kasar hingga Mona tidak bisa bernapas.

Mona mendorong dada Alex berharap pagutan mereka terlepas, namun Alex malah menyeludupkan lidahnya kedalam mulut Mona. Lidah Alex membelit lidah mona.

Mona yang sangat butuh oksigen akhirnya mendorong kuat dada Alex hingga tautan mereka terlepas. Mona menarik nafas sebanyak-banyaknya . Hal itu tak lepas dari pandangan Alex.

"kau, gila!" Sentak Mona menghapus bibirnya yang terasa basah. Alex hanya tertawa lalu membelai pelan rambut hitam panjang Mona dengan sayang...

"Sekarang apa kau percaya?"

"Tidak," hal itu malah membuat Alex tertawa pelan. Dan lagi mona menatap Alex aneh...

"Apa kita harus mengulanginya lagi?"  Goda Alex yang sudah mulai mendekati wajah Mona.

"Kau sudah gila?" ucap Mona lalu berdiri pergi dari hadapannya Alex.

"Dan jangan pernah mencium ku lagi" ucap Mona kembali melanjutkan langkahnya.

"Kenapa dia sangat menggemaskan?" ucap Alex tersenyum melihat kepergian Mona.

Semenjak dekat dengan gadis itu sifat aslinya menjadi keluar. Alex yang dicap dingin dan susah didekati oleh para wanita yang pernah mendekatinya. Namun dengan Mona, Alex berubah menjadi pria yg suka menggoda dengan alasan yang jelas bahwa Alex menyukainya.

Malam harinya adalah malam yang begitu penting bagi Alex, kenapa?  Karna malam ini dirinya akan memberantas para tikus yang sudah bermain dengannya.

Bersama Hans dirinya berhasil memberantas mereka hanya dalam satu malam. Tidak salah lagi jika bukan Alex namanya. Pria berdarah dingin yang tak akan segan-segan membunuh mereka yang berani macam-macam terhadapnya.

"Good job, Alex" ujar Hans menepuk bahu kekar Alex sambil tertawa puas. Pekerjaan nya terasa sudah usai karna para tikus itu udah habis dituntaskannya bersama Alex.

Mereka berdua memasuki mobil yang kemudian melaju dengan kecepatan tinggi menuju mension. Dalam perjalanan Hans tak henti-hentinya mengoceh.

"kita perlu pesta untuk merayakan ini, Alex!" ujad Hans semangat.

"baiklah" setuju Alex yang membuat Hans kegirangan. Dirinya tidak sabar untuk melihat para wanita cantik yang akan menghadiri pesta Alex.

Mereka akhirnya sampai di mension, malam sudah larut dan mension terlihat sangat sepi.

Alex memasuki mensionnya yang diikuti Hans. Keadaan mension cukup gelap namun mereka masih bisa melihat jalannya.

Alex yang sadar situasi disekitarnya cukup mencurigakan lantas memegang pistol yang berada di sakunya. Begitupun juga Hans yang peka terhadap sekitarnya.

Dan benar saja, beberapa detik kemudian seseorang melayangkan guci kearah Alex yang berhasil menghindar. Guci itu pecah seiring lampu mulai menyala.

Dan terlihat sudah beberapa mayat para pelayan dan penjaganya yang berhasil dikalahkan oleh orang-orang bertopeng hitam itu.

Lantai mension ini hampir seperti genangan darah yang banyak, Alex menelusuri satu persatu wajah yang telah tak bernyawa di sekitarnya hingga sebuah guci kembali melayang kepadanya.

"Fokuslah Alex!" ujar Hans yang mulai menarik pelatuk tembakannya kearah orang-orang berbaju hitam itu.

Sekitar 10 orang sudah tumbang oleh Alex begitupun Hans. Orang-orang berbaju hitam itu berjumlah kirakira 20 orang yang hampir membuat Alex dan Hans kewalahan.

DOR!

satu tembakan berhasil mengenai bahu Alex namun hal itu tak membuatnya kesakitan, malahan dirinya semakin bertambah marah dan menembak mereka semua secara membabi buta. Sedangkan,

"Fuck!" umpat Alex lalu mengarahkan tembakannya ke mereka. Hingga semua pria itu berjatuhan dan tumbang.

Alex menarik nafas kasar lalu bergegas menuju lantai dua.

'Mona' batin Alex gelisah. Raut wajahnya sudah memperlihatkan ketakutan yang amat dalam. Dicek nya kamar yang biasanya diisi oleh Mona, namun ternyata tidak ada seorangpun yang berada disana.

Lalu, bunyi suara bayi menangis menglihkan pandangan Alex. Suara tangisan bayi itu terdengar dari sebuah lemari

Alex membuka lemari itu lalu terlihatlah Sean yang ditumpuk oleh bebedapa baju dengan kepala menyembul keluar.

Alex mengangkat bayi itu lalu meletakannya di ranjangnya. Kembali menutup pintu kamar Alex kembali mencari keberadaan Mona.

"Alex!" teriak Hans dari lantai bawah. Alex lantas berlari menunu lantai bawah sana dan Hans yang keluar dari arah dapur sambil berlari panik.

"Kau melihat Mona?" tanya Alex gusar, dirinya sangat panik takut terjadi apa-apa dengan gadis nya itu.

"Disana!" ucap Hans sambil menunduk. Alex lantas berlari kearah dapur, dan tak ayal disana juga terdapat beberapa mayat pelayan dan juga mayat Mona yang berada diantara mereka.

Alex terdiam bersimpuh disamping Mona. Ditatapnya tidak. Percaya Mona yang sudah berdarah di daerah perut dan pundaknya.

"Mona." lirih Alex hampir tidak terdengar.

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang