21

12.1K 541 5
                                    

"Apa yang sebenarnya kau lakukan disini?" Ucap Alex yang sudah berada dibelakang Mona sambil menatap kepada dua manusia didepannya.

"Alex?" Mona berbalik terkejut mendengar suara Alex yang terdengar seperti bentakan itu.

"Siapa kau?" Tanya Alex menatap Dion dari atas hingga bawah sambil berkacak pinggang.

"Dia Dion." Jawab Mona yang berada diantara pria itu.

"Aku tidak menyuruhmu untuk menjawabnya, Mona " ucap Alex menatap Mona sekilas lalu kembali menatap kearah Dion.

Dion yang sedari tadi juga tak mau kalah untuk membalas tatapan intimidasi dari Alex lalu tertawa pelan dan merangkul bahu Mona.

"Bukannya seharusnya aku yang harus bertanya seperti itu kepadamu?" Ucap Dion ys g malah semakin membuat dahi Alex kian mengerut.

"Siapa aku bukan urusanmu, karna gadis yang kau rangkul saat ini adalah milikku." Ucap Alex penuh penekanan disetiap katanya. Dion tertawa sinis dengan mona yang mulai ketakutan.

"Apa aku tidak salah dengar? Untuk apa gadis ini mau dengan pria seperti mu?" Remeh Dion meneliti penampilan Alex.

Penampilan Alex sekarang memang lah tidak terlalu keren karna sekarang dirinya hanya memakai celana sebatas paha dengan kaos hitam yang terlihat seperti orang biasa.

"Karna aku tampan?" Jawab Alex sambil menatap Mona dengan smrik. Dion terdiam, memang pria didepannya ini memang tampan seperti aktor Hollywood yang pernah dirinya tonton.

"Apakah aku benar?" Ucap Alex lagi yang kini terdengar angkuh. Dion yang merasa kesal langsung menarik leher kaos Alex sambil menatapnya tajam.

"Jangan main-main denganku, sialan. Kau kan yang telah menculik, Mona?" Ucap Dion.

"Aku yang seharusnya mengatakan itu. Jangan pernah main-main denganku, pendek!" Ucap Alex tak kalah garang.

"Dion hentikan!" Ucap Mona yang mulai khawatir, ingin memisahkan namun dirinya sekarang masih dalam keadaan menggendong Sean.

Dion yang mendengar suara Mona lantas melepaskan jemarinya dari baju Alex. Dirinya kemudian menarik lengan Mona untuk keluar dari toko itu.

"Ayo kita pergi dari sini."

"Tidak bisa, Dion." Ucap Mona pelan sambil melepaskan tarikan tangan Dion dari bahunya. Dion menatap Mona tak percaya dengan banyak pertanyaan diotak tampannya.

"Aku-"

"Dia harus tetap disini bersamaku."potong Alex merangkul bahu Mona. Ditatapnya Dion dengan senyum mengejek lalu menarik Mona lebih dekat kepadanya

"Apa yang sebenarnya kau lakukan Mona? Kau punya anak dengan pria ini?" Ucap Dion yang membuat Mona menatapnya kaget.

"Ini semua tidak seperti apa yang kau pikirkan, dan tolong, aku tidak akan melakukan hal seperti itu, Dion." Ucap Mona. Ingin sekali dirinya mengatakan jika dirinya punya kontrak kerja yang membuat dirinya berurusan dengan pria yang ada disampingnya ini saat ini. Namun, dirinya tidak mungkin kan kalau menyebut dirinya bekerja disini sebagai baby sitter? Dion pasti akan percaya karna dirinya di negara sana sudah memiliki banyak uang.

"Pergilah pendek, Mona tidak ada urusan denganmu!" Sarkas Alex lalu mengiring Mona untuk pergi bersamanya kembali ke pantai.

----------

Malam harinya, kejadian bertemu dengan Dion tadi masih terngiang di pikirannya. Sedih? Tentu saja, dirinya hanya ingin Dion tau kalau keadannya baik-baik saja. Tapi dengan kejadian tadi, membuat Dion malah berprasangka buruk terhadapnya.

Jika saja kontrak kerja ini segera berakhir, dirinya sangat ingin untuk segera meninggalkan kehidapannya yang melelahkan disini. Dirinya sangat ingin untuk memeluk satu-satunya orang yang sangat dia rindukan saat ini.

Satu tetesan air mata jatuh mengenai pipi Mona. Selalu, setiap malam pasti dirinya akan mengingat kehidupan yang nyaman dan menyenangkan di tanah kelahirannya.

Pernah sekali muncul keinginan untuk kabur dari pekerjaan ini, namun itu semua hanya rencana. Mona tak ingin mengambil resiko atas kontrak yang sudah dia tanda tangani. Dan jika bukan karna Alex mungkin juga dirinya sudah menjadi gelandangan.

"Tiga bulan lagi." Bisik Mona kepada dirinya sendiri sambil menghirup nafas panjang. Ditatapnya pemandangan kota dari balkon kamarnya yang berada dilantai dua.

Bunyi suara Sean yang menangis mengalihkan tatapan Mona tertuju kepada anak kecil yang terlihat merangkak diatas kasur king size itu. Dengan cepat Mona kemudian menggendong sebelum bocah itu terjatuh kelantai yang dingin.

"Cepat gede, biar gak repotin!"  Ucap Mona kepada Sean dengan logat Indonesianya. Kemudian dirinya berjalan keluar kamar untuk membuatkan bocah itu susu dan seperti biasanya, Sean berada digendongannya.

Jarum jam menunjukan pukul 2 pagi dan mension Alex disini terlihat gelap yang hanya diterangi oleh cahaya lampu lampu dinding yang berwarna warni.

Tidak cukup beberapa menit, Mereka kembali menuju kamar. Namun saat berjalan menuju kamarnya, Mona mendengar suara aneh. Dirinya berhenti sejenak untuk mendengar dengan jelas suara itu.

Ahhhhh

Mphhhhhh  emmphh

"Astaga." Mona terdiam ditempatnya dengan suara yang dia dengar semakin jelas. Dilihatnya ke salah satu bilik kamar yang ada tak jauh dari dirinya berdiri.

Dengan pelan dirinya mendekat kearah pintu itu yang terbuka setengah. Tanpa sadar, kedua kakinya malah berhenti tepat didepan pintu. Karna penasaran, Mona pun menoleh kan wajahnya kedalam kamar.

"Ampuni dosaku ya Tuhan." Batin Mona setelah melihat adegan tak senonoh yang ada dihadapannya sekarang. Dan dengan cepat Mona pun berjalan cepat menuju kamarnya yang berada sepuluh langkah dari tempatnya.

"Hah! Lo juga liat ya tadi?" Ucap Mona tatkala meletakan Sean ke kasur. Bayi itu terlihat tersenyum sambil menghentakkan kaki-kaki mungilnya.

Keesokan paginya saat mereka semua akan pergi ke tempat wisata lainnya, Mona menatap Hans takut. Pasalnya, orang yang melakukan kegiatan tidak senonoh itu adalah Hans dan perempuan yang tak Mona ketahui namanya.

"Kau ada dimana semalam, Hans?", Tanya Alex sambil memperhatikan Hans yang sedang memasukan barang bawaan ke garasi mobil.

"Bertemu teman lama." Jawab Hans santai seolah ucapannya itu benar. Mona yang mendengar itu tersenyum miring.

"Apakah itu bisa dipercaya?" Ucap Mona tanpa menatap Hans yang kini sudah menatapnya panik.

"Kau tau, Alex. Semalam aku mendengar suara aneh yang sangat menganggu." Adu Mona sambil menatap Hans dari ujung matanya.

"Suara seperti apa?", Tanya Alex yang mulai penasaran.

"Suara seperti hmm, Hans sepertinya bisa menirukan suara seperti itu." Ucap Mona lalu tertawa tatkala Hans mulai berjalan kearahnya dengan panik.

"Haha, aku tidak mengerti maksudmu." Hans tertawa canggung bercampur panik.

"Suara seperti apa?" Ulang Alex yang masih saja penasaran. Mona semakin tertawa kencang dengan Hans yang semakin panik. Bisa-bisa dirinya akan diusir dari mension Alex karna hal ini.

"Semuanya sudah siap." Ucap Ed yang sudah berada di kemudi mobil dengan kaca mata hitam bertengger di matanya.

"Lebih baik kita akhiri sampai disini, Tuan Alex " ucap Hans lalu masuk terlebih dahulu kedalam mobil.

MAFIA & BABY SITTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang