Nganggur

8 0 0
                                    


kami benar-benar tidak saling sapa, jika dihitung-hitung, sudah sekitar seminggu, kita tidak saling menegur, aku tidak perduli dan tetap bekerja seperti biasanya, namun beberapa kali aku melihat mata Ibra sembab, wajahnya bengkak, dia terlihat sangat berantakan setiap ke kantor, seperti habis mabuk

menghancurkan lamunanku jefri bertanya......


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


"lo masih ga sapa-sapaan sama Ibrahim sa?" tanya Jefri sambil berbisik

"gak" jawabku cuek

"lo gak kasian sama Ibra emangnya, dia berantakan banget, gue kemarin sempet nengokin dia di kosnya, dia lagi muntah-muntah, mabok berat, gue ngerawat dia udah dua hari ini, dia berantakan banget deh pokoknya, terus kaya sedih, kadang nangis, lo ga kasian apa?" ujarnya sambil terus berbisik

"gak peduli" jawabku cuek

"wah, selain jagoan dan kasar, lo juga berhati dingin ya" sahut Jefri dengan masih terus berbisik

namun, tiba-tiba aku terfikirkan dengan keadaan Ibra

"nih buat lo" kataku, sembari meletakkan roti sobek dan susu stroberi dimejanya

seketika semua orang di ruangan kantor, terdiam  melihat ke arah kami

tanpa menjawab, dia hanya melihat kearahku tanpa ekspresi, kemudian pergi meninggalkanku

"yaudah buat gue aja, gakpapa biar gue yang makan" sahut Adit mencoba mencairkan suasana

"taroh" balasku singkat

seketika Adit celingukan dan batal mengambil roti dan susu yang sudah dia pegang dengan semangat, kemudian Amar dan Jefri hanya cekikikan melihat tingkah Adit kala itu

"gak usah sok akrab lo hahaha" bisik Amar dari kejauhan, sembari menutup tawanya

kemudian aku pergi mengikuti Ibra

"gue capek tau sama perang dingin ini" jawab Adit, setelah memastikan aku sudah benar-benar pergi

"yaudah sih nikmatin aja" sahut Jefri

"gimana kabar Pras, dit?" tanya Amar

"kemarin sempet gue tengokin, dia udah agak baikan kok, Bang Dewo ngerawat dia dengan baik" jawab Adit menenangkan

"syukur deh" sahut Jefri

"kita bisa keliatan baik-baik aja gak?" sahutku pada Ibrahim yang sedadng duduk merenung di kursi bawah pohon kelengkeng sambil merokok

"gak" jawabnya singkat, sambil meneteskan air mata

"gue gak tau gue harus apa Ib, gue gak ada perasaan sama lo, gue cuman tertarik aja sam lo, tapi gak lebih, kalo gue paksain buat nerima lo, gue jadi lebih jahat dong sama lo, kita punya hubungan, tapi gue gak ada rasa sama lo, namanya cinta sebelah pihak dong" balasku

"tapi kalo kita bikin keliatan baik-baik aja, sama aja gue bohong juga dong sama semua orang, orang gue gak baik-baik aja"jawabnya

"ya oke, gue gakbakal paksain, kita harus terlihat baik-baik aja, move on emang gak gampang" jawabku sembari pergi meninggalkan Ibra sendirian

"gue gak sama kayak si Anj*ng Vanda itu, gue tulus, terserah lo mau liat atau gak, tapi jangan sekali-kali lo samain gue sama mantanlo Vanda si Anj*ng sialan itu" sentaknya

mendengar pernyataan Ibra, sontak aku berhenti

"ada hal yang lo gak faham ib, jadi jangan sekali-kali loo ngomong kayak gitu didepan gue" balasku sembari meninggalkannya

Game On The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang