Karantina Covid 19

8 1 0
                                    


"uang jatah Kanit segede ini? ya sama aja dong kita cariin duit buat dia" sambutku sembari menggendong kantong kresek berisikan uang 100jt itu

"jangan dipikir pendek deh sa, omset kita kalo gak ada operasi, juga 10x lipat dari uang Kanit, lagian operasi kan gak tiap hari" Jawab Pras

kaena disana Pras yang menjawab, tiba-tiba semua orang melihat kearah Pras

"apa si C*k" jawabnya seolah risih dengan kita yang memandanginya secara serentak

"nanti lo sama Ibra naik Ojol car aja, jangan pake mobil kantor, soalnya mobil malem ini juga harus segera disembunyiin" ujar Amar

"oke" jawabku

waktu yang dinanti pun tiba.......


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


waktu yang dinanti pun tiba, kami berangkat ke Halte bus sesuai permintaan Galih, si Kanit, atau informan yang bekerja untuk kami

sesampainya kami dilokasi, sekitar jarak 100 meter dari Halte, dan kami yang masih didalam mobil Ojol Car yang kami sewa

"Sa coba telpon orangnya" pinta Ibra padaku sembari berbisik-bisik padaku, kami mengobrol dengan berbisik-bisik di mobil OJol car yang kita sewa, agar sopir tidak mendengar apa yang kita bicarakan

"oh oke"

"hah, emang lo ngerti?" tanya Ibra

"ngertilah, tinggal tepon doang, pake HP tulalit ini kan? jawabku sembari mengeluarkan Hp Nokia yang diberi tempo hari

"terus?" tanyanya lagi

"terus apanya, yakan tinggal gue telpon" jawabku sembari mencari nomor Galih di daftar kontak, namun sebelum aku menekan tombol hijau untuk menelepon, Ibra merebut HP ku

"tol*l" umpatnya sembari merebut hp yang ada di tanganku

"gak gitu Ishaaaa, nih ganti nomor dulu, pake nomor baru" tambahnya sembari mengulurkan kartu perdana baru kearahku

"lah kenapa harus baru, bukannya Bang Dewo juga pake nomor Androidnya yang tadi?" tanyaku

"itu Bang Dewo, eh asal lu tau ya, gak ada nomor yang boleh urusan sama Kanit, selain nomor Bang Dewo, biar gak ada gambar akar nanti di investigasi kepolisian" jelasnya

"akar?" tanyaku kebingungan 

"iya, lo tau gak, di ruang kantor mereka itu ada gambar piramida, nah yang bagian puncak itu adalah nama yang dicatat biasanya bosnya, terus biasanya Polisi kalau udah nemu orang-orang ditingkat 2 3 4 5 atau seterusnya, biasanya mereka bakal ngakalin, dengan cara nangkep orang-orang disisi bawah" jelas Ibra

"lah kalo membasmi kejahatan, kenapa ga langsung ditangkep puncaknya aja?" tanyaku lagi

"ya gak lah bodoh, dengan nangkep ranting atau cabangnya, pertama, Polisi dapat uang dari kita, namanya uang penebusan, kalo kita mau tebus temen kita, kedua Polisi masih bisa dapat uang juga dari kita berbentuk uang Informan kayak gini tiap mau ada operasi, ketiga, Polisi masih bisa dapat barang dagangan kita untuk dipakai pribadi, atau di jual ke tempat lain, lo pikir ga cuan, lo udah ngitung sendiri kan waktu itu berapa duit? apalagi kadang kalo barangnya dipake pribadi, mana mau polisi beli ke kita, mereka maunya cuman cuma-cuma dong, coba kalo puncaknya yang ditangkep, ga dapet untung dong mereka" jelasnya

"eh bener juga ya, kok lo tau si ib?" tanyaku

"Bang Dewo dulu pernah jadi ranting, sebelum buka usaha sendiri kayak sekarang, dia banyak banget pengalaman di bidang ini, karena emang udah berkali-kali nyebur langsung, dia juga pernah kok jadi objek penangkapan, mangkanya dia pinter manajemen pabrik, biar gak polisi gak nemu celah buat obrak-abrik semuanya" jelas Ibra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Game On The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang