"Dasar kalian tak becus!!" Bentak William. Para bodyguard dibuat bergetar karena tatapan tajam remaja itu.
Sepuluh menit yang lalu, William dan para bodyguard di buat kelimpungan karena si bungsu baru Kyle menghilang.
"Cepat kalian cari di seluruh arena Mansion tanpa terlewat satupun!! Jika kalian tetap tak bisa menemuka adikku!! Siap siap saja nyawa kalian melayang!!" Tegas Liam.
Para bodyguard mengangguk, lau menyebar ke berbagai arah. Pikiran William kalut sekarang, otak nya tak bisa berpikir jernih. Padahal bisa saja ia melihat Cctv. Memgingat di setiap sudut terpasang cctv.
Tatapannya mengarah pada seorang Pria berpakaian ala chef yang menggendong seseorang. William jelas tau itu adalah adiknya.
"Eza!!"
William segera mengambil alih tubuh Eza yang digendong orang asing itu. Mengecup wajah Eza berkali kali hingga membuat Eza yang sedang tertidur menggeliat kegelian. Namun kecupannya terhenti saat melihat kebiruan di bagian rahang Eza.
William menatap tajam Pria di depannya itu. "Kau apakan adikku hah?!!" Bentak William.
Zen, ya dia Zen. Pria itu menunduk, merasa takut dengan tatapan remaja di depannya itu. Ini baru pertama kali ia datang kesini, sungguh, aura disini terasa mencekik apalagi kini putra ketiga tuan besarnya itu menatapnya seperti ingin memakannya.
Namun karena suara bentakan William, membuat Eza terbangun. Dia memberontak ingin turun dan langsung diturunkan oleh William, takut anak itu jatuh.
"Abang kenapa marah-marah?" Tanya Eza dengan polosnya.
William memejamkan matanya, meredam amarahnya. Saat ia menatap Eza, wajah yang sebelumnya penuh amarah itu melembut.
"Eza, katakan pada abang. Siapa yang nyakitin kamu?"
Eza mengerjap, ia sedikit menyentuh rahangnya dan langsung merasakan ngilu di area itu.
"Sshh...sakit,"
"Jangan disentuh."
"Siapa yang lakuin, hm? Apa dia?" Tanya William lagi seraya menunjuk Zen.
"Bukan abang. Justru paman ini yang nyelamatin Eza." Jelas Eza.
"Maaf, tuan muda. Biar saya yang menjelaskan. Kasian tuan kecil jika terus berbicara. Rahangnya kan sakit."
William mengangguk, ia menyuruh Eza agar tiduran di sofa. Tak lupa ia menelepon dokter.
"Jika dalam waktu 3 menit kau belum sampai. Kupastikan Rumah sakit mu rata dengan tanah." Ancamnya pada sang dokter.
William duduk dengan Eza yang terbaring disampingnya dengan paha William sebagai bantal. Anak itu sudah disuruh William agar ke kamar saja tapi tidak mau.
Zen mulai menceritakan kejadian yang menimpa Eza dengan detail. William yang mendengarkan mengeraskan rahangnya, berani sekali wanita rendahan itu menyakiti adiknya?
"Siapa wanita itu?"
"Namanya Elin. Ia adalah chef senior, dia selalu semena-mena pada pekerja lainnya tuan."
William mengangguk-anggukkan kepalanya.
"FERREL!!"
Orang yang dipanggil datang. Ferrel merupakan Bodyguard pribadi William. Memang Argon memberikan Bodyguard pribadi untuk setiap anaknya. Yang dipilih pun bukan bodyguard biasa, mereka yang sudah dilatih dengan keras dan kompeten. Hal ini karena tak jarang anaknya itu menjadi sasaran para musuhnya.
"Bawa kesini Wanita yang bernama Elin. Ia bekerja di bagian dapur." Ferrel mengangguk dan pergi dari sana.
"Kau kembalilah," Ucap William pada Zen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eza
FantasyEja, pemuda yang mengidap penyakit leukimia yang sudah di medium akhir. Akhirnya pemuda itu menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih belum genap 17 tahun. Tak ada keluarga atau siapapun yang menemaninya. Bahkan tak ada yang menangisinya sa...