Suasana hening sejak Argon membawa Eza ke lantai atas. Kini hanya ada William dan Zevan yang sedari tadi memakan cemilan dengan tak tau malunya.
"Adek lo gemesin ya, jadi pengen gue rebut." Celetuk Zevan membuat William seketika menoleh dengan rahang yang mengeras.
"Dan sebelum itu terjadi, gue udah bunuh lo terlebih dahulu."
Zevan terkekeh mendengarnya. "Gue bercanda, elah. Posesif amat lo. Tapi lo juga jangan lupa pada prinsip Kakek Deon. Dia gak suka kalo ada orang asing yang masuk ke keluarganya."
William mendengus, mengalihkan pandangannya lurus ke depan, ia memikirkan apa yang diucapkan oleh Zevan. Benar apa yang dikatakan oleh Zevan, kakeknya itu tidak akan menerima jika ada orang asing yang masuk di keluarganya. Pernah sekali dulu, adik dari Argon yang bernama Affan mengadopsi seorang anak perempuan dari panti asuhan tanpa Kakek Deon tau.
Selama setahun Affan dan istrinya yang bernama Rosa merawat anak perempuan itu dan terus menyembunyikannya dari Kakek Deon. Sampai suatu hari, akhirnya Kakek Deon tau anak yang disembunyikan oleh putra keduanya itu.
Begitu mengetahuinya, Kakek Deon tanpa basa basi langsung membunuh anak itu tepat didepan Affan dan Rosa.
Rosa sebenarnya mandul. Dan hal itu juga tak diketahui oleh Kakek Deon. Namun setelah 3 tahun pernikahan, Rosa tak kunjung hamil. Dan hal itu tentu membuat Kakek Deon curiga. Dan lagi-lagi Kakek Deon membongkar kebohongan itu.
Setelahnya, Kakek Deon menyuruh Affan bercerai dengan Rosa dan menjodohkannya dengan putri rekan bisnisnya. Affan pun mau tak mau harus mengikuti perintah ayahnya untuk menikah kembali karena diancam tidak akan mendapat pembagian warisan jika menolak hal itu.
Baru 3 bulan setelah pernikahan Affan dan putri rekan bisnis Kakek Deon yang bernama Alista, mereka berdua akhirnya dikarunia seorang putra kembar. Lalu pada tahun ke empat pernikahan mereka, mereka kembali dikaruniai seorang putra lagi.
Kriuk...
Kriuk..
William langsung tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara renyahan dari Zevan yang sedang memakan kripik. William melirik datar Zevan yang sungguh tak tau malu.
"Lo gak pulang?"
"Ngusir lo?!"
William mengangguk tanpa basa basi. "Rumah gue jadi engap ada lo."
Zevan sontak melemparkan sekeping kripik singkong ke William. "Sialan lo!!"
o0o
"Papa, Jangan tinggalin Eza." Pinta Eza saat melihat Argon hendak pergi dari kamarnya.
"Papa pergi sebentar, oke. Eza tidur dulu." Ucap Argon. Ia harus mengurus pembantu yang sudah melukai putra bungsunya itu.
Eza mengangguk pelan, tak apalah ia juga mengantuk.
Argon mengelus rambut halus Eza, lalu mengecup dahinya. "Nice dream, my babyboy."
Argon melangkah pergi setelah mengecup dahi Eza dan membiarkan Eza tertidur dengan selimut yang membungkus tubuhnya.
Saat sampai di ruang kerja nya, disana sudah ada Hugo dengan seorang Pria yang memakai pakaian chef. Argon mengerutkan keningnya melihat pria itu.
"Zen?" Ucap Argon.
Hugo terkesiap, ia melirik tuannya lalu melirik Zen yang langsung menunduk.
"Maaf tuan, anda mengenalnya?" Tanya Hugo dengan heran.
"Tentu saja. Hugo, dia adalah putra dari kepala bodyguard disini." Jawab Argon, pria itu melangkah ke kursi nya dan duduk disana.
Hugo sontak membelalakkan matanya dengan terkejut. "Dia, putra Pak Tio?"
Argon berdehem seraya mengangguk. "Tak kukira ternyata selama ini kamu bersembunyi disini."
Zen menunduk, "maaf tuan, ayah saya melarang saya menunjukkan diri saya pada anda"
Argon mendengus, "Si sialan itu sebegitu inginnya dia bersembunyi dariku."
Argon dengan Tio merupakan teman masa kecil. Namun Tio lebih tua 3 tahun dari Argon. Saat Tio berumur 20 tahun, ia ditunjuk oleh tuan besar Deon untuk mengawal Argon. Bukan hanya menjadi pengawal biasa, Tio juga ditunjuk sebagai ketua bodyguard di kediaman Argon.
Pada saat itu Argon masih berumur 17 tahun, dimana masa masa percintaannya dimulai. Dan Argon menyukai salah satu teman sekelasnya yang bernama Fiona. Namun ternyata Fiona sudah menjalin asmara dengan Tio.
Argon yang mengetahui hal itu tentu saja menjadi marah. Ia mengadu pada Deon---daddy nya itu untuk membuat Fiona jadi miliknya. Namun Deon tak mau memanjakan putra sulungnya itu jadi ia tak mau membantu Argon. Sampai Argon mulai nekat dengan hampir memperkosa Fiona. Untung saja Tio mengetahui hal itu dan dia marah besar. Sejak saat itu Tio memutuskan untuk resigh dari pekerjaannya dan memilih pergi dengan Fiona.
Setelah kepergian Tio, Argon jadi merasa bersalah pada pengawal pribadinya itu. Namun itu semua sudah terlambat. Pengawal pribadi serta sahabatnya itu telah pergi meninggalkannya.
Selama itu Argon tak pernah mengganti posisi Kepala bodyguard pada orang lain meskipun ia harus mengganti posisi pengawal pribadinya yaitu Hugo.
Dan baru dua tahun ini mata matanya menginformasikan jika Tio ternyata sudah punya putra dengan Fiona. Dan putra yang dimaksud adalah Zen, lelaki itu seusia putra sulung Argon.
"Zen, dimana orang tuamu sekarang?"
"Maaf, tuan. Ayah saya melarang saya untuk mengatakan keberadaannya pada anda."
Argon mengangguk-anggukkan kepalanya. Rupanya Tio masih marah padanya. Tapi jika ia masih marah padanya kenapa dia mengirimkam anaknya padanya.
"Lalu, kenapa kau berada disini."
"Meski ayah saya masih marah pada anda, tapi ayah saya masih memantau keamanan anda dengan mengirimku."
Argon hanya mengangguk, dalam hatinya ia sedikit lega mengetahui jika ternyata Tio masih peduli padanya.
Saat Argon hendak berbicara kembali, tiba tiba seseorang mengetuk pintu dengan sedikit kencang. Argon yang terganggu berdecak, ia menoleh ke arah Hugo menyuruhnya untuk segera membuka pintu.
Hugo yang mengerti arti tatapan tuannya segera membuka pintu.
Disana ada Jerome, selaku pengawal pribadi dari putra ke dua Argon. Argon yag melihatnya mengerutkan keningnya, setaunya putra keduanya itu tidak sedang berada di negara ini. Jayden juga sudah mengabarinya jika dia akan pulang saat sudah sebulan di luar negri.
"Maaf tuan jika saya menganggu. Tuan muda Jayden sekarang ini sedang marah besar dengan anak kecil yang ada di kamar anda." Jelas Jerome.
Sontak laporan Jerome membuat Argon terkejut bukan main. Pria itu secara reflek langsung berdiri.
"EZA!!"
Argon dengan cepat melangkahkan kakinya ke arah kamar nya, dimana tadi Eza tidur. Memang untuk sementara ini Eza tidur dikamarnya karena kamar untuk Eza sedang di renovasi.
Saat sampai di ambang pintu. Argon dibuat terkejut saat melihat Jayden yang sudah mencekik leher Eza sampai wajah anak itu memerah karena kesulitan nafas.
"JAYDEN!! APA YANG KAMU LAKUKAN!!" Teriak Argon.
Jayden menghiraukan teriakan Papa nya. Lelaki itu semakin mencekik leher Eza dengan kuat.
Argon semakin dibuat panik saat Eza melirik kearahnya dengan air mata yang menitik ke pipi chubby nya. Dengan sayup ia bisa mendengar Eza memanggilnya.
"P---pa--pa.. Sa---kit."
Bugh...
Bugh...
Jayden tersungkur saat Argon memberinya bogeman dua kali. Tak berbeda jauh dengan Eza, anak itu juga terjatuh setelah cekikan Jayden terlepas. Eza terbatuk batuk, dan ia segera meraup udara dengan rakus.
"Eza, baby. Maafkan Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eza
FantasyEja, pemuda yang mengidap penyakit leukimia yang sudah di medium akhir. Akhirnya pemuda itu menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih belum genap 17 tahun. Tak ada keluarga atau siapapun yang menemaninya. Bahkan tak ada yang menangisinya sa...