Matthew

5.5K 643 31
                                    

Flashback

Jayden mengeratkan jaket tebal yang membaluti tubuhnya. Ia manatap lekat pada sebuah foto yang menjadi wallpaper hp nya selama 5 tahun belakangan ini.

"Udah 5 tahun, kamu pergi. Abang kangen, adek"

"Tuan muda, jet sudah siap. Sebaiknya kita segera berangkat." Lamunan Jayden terhenti saat pria yang menjabat sebagai pengawal pribadinya itu berbicara padanya.

Jayden mengangguk, lalu ia melangkahkan kakinya ke arah dimana jet nya siap terbang. Sebelum pergi, Jayden menatap kembali rumah yang selama beberapa minggu ia tinggali. Rumah ini bukan rumah biasa. Dulu rumah ini adalah rumah utama keluarga Kyle. Namun sejak meninggalnya bungsu Kyle, rumah itu menjadi kosong. Para keluarga Kyle juga berpecah belah, mereka tak mau mengingat lagi kenangan pahit yang menyesakkan hati mereka dengan tetap tinggal di rumah itu.

Keluarga Kyle hanya sesekali ke rumah itu jika sedang merindukan bungsu Kyle. Dan di antara semua keluarga Kyle, Jayden yang paling sering kesana. Itu karena Jayden yang paling menyayangi bungsu Kyle dibandingkan keluarga lainnya.

Setitik air mata keluar di sudut mata Jayden. Lelaki itu dengan cepat menghapusnya. Membalikkan badannya, Jayden melangkah ke mobil yang sudah disiapkan oleh Jerome.

Singkat cerita, Jayden telah sampai di kediaman kedua keluarga Kyle, dimana itu adalah kediaman papanya--Argon.

Para bodyguard yang melihat kedatangan Jayden, sontak langsung membungkukkan badannya. Namun Jayden hanya acuh tak acuh.

Inilah Jayden, sosok angkuh dan sangat emosional. Para bawahan di sini juga paling takut dengan Jayden, karena lelaki itu selalu dalam mode senggol bacok.

Tapi bukan berarti mereka tak takut pada tuannya yang lain, tentu mereka takut bahkan sangat.

Langkah tegas Jayden mengarah ke lift lalu memencet lantai tiga, dimana letak kamarnya berada. Ia tak mencari terlebih dahulu Papa nya karena mengura pasti papa nya itu ke kantor, mengingat sekarang masih pagi.

Ting!

Pintu lift terbuka, Jayden berjalan melewati lorong lantai tiga. Di lantai ini hanya ada kamar nya, kamar Papa nya dan ruang kerja Argon. Saat melewati ruang kerja Papa nya, ia mendengar suara dari sana. Mungkin Papa nya sedang berbicara dengan Hugo, asistennya.

Jayden melanjutkan langkahnya tak igin kepo. Saat ia hendak memutar knop pintu, secara tiba tiba ia merasakan kepalanya berdengung.

Nging...

Nging...

"Sshh...please jangan lagi." Gumam Jayden disela sela kesakitannya.

Jayden memegang kepalanya. Tak ada yang tau keadaannya sekarang ini. Mereka semua hanya tau jika Matthew---sang alterego telah hilang sejak lima tahun yang lalu, bersamaan dengan meninggalnya bungsu Kyle.

Jayden lalu mendongak. Tatapannya kini semakin tajam dari biasanya, bersamaan denga seringai tersungging di bibirnya.

"Gue kembali."

Pyarr....

Jayden, ah tidak, maksudku Matthew, menoleh cepat ke arah suara pecahan. Disana berdiri seorang anak yang berjalan mundur seraya menatapnya takut. Matthew menatapnya tajam dengan seringai yang semakin melebar. Ah, ia jadi teringat dengan anak berumur 10 tahun yang ia bunuh dulu. Ia jadi ingin mengulangnya lagi.

Memorinya berputar kembali saat-saat menyenangkan dirinya menggores kulit mulus bocah sepuluh tahun yang berstatus bungsu Kyle itu. Jeritan kesakitannya seakan menjadi candu untuk Matthew.

Ya, Matthew yang telah membunuh bungsu Kyle sekaligus kesayangan keluarga besar Kyle itu. Bahkan para tua bangka itu tak tau jika ia yang telah membunuh bungsu Kyle. Yang mereka tahu jika bungsu mereka dibunuh oleh musuh bisnis mereka.

Eza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang