Bab 4

13.8K 855 8
                                    

Happy reading

"Papa mau ngomong sesuatu kepada kalian "ujar papa

"Apa itu pa "tanya mama penasaran tapi tidak dengan kia yang tidak perduli.

***

Papa yang melihat respon kia menghela nafasnya.

"Begini, keluarga besar kita akan datang besok dan papa mau kalian berdua kosongkan waktu kalian, apalagi kamu kia "ucap papa menatap  kia berharap jika putrinya itu akan kegirangan jika tau keluarga besarnya akan datang. Namun lagi-lagi ia harus menelan itu semua karena respon kia tetap sama yaitu tidak perduli.

"Kia, kamu tidak senang "tanya papa hati-hati.

"Senang karna salah satu sumber lukaku akan kembali "ucapnya dengan tangan terkepal, mungkin ini perasaan kia yang asli.

Papa dan mama yang mendengar ucapan kia menjadi sesak, rasa bersalah mereka kembali saat mengingat bagaimana perlakuan mereka ke pada kia, dan mereka berdua yang hanya diam melihat kejadian itu.

"K-kia, maafin kesalahan mama "lirih mama

"Kesalahan yang mana? "Tanya kia.

"Anda pernah mengatakan jika anda tidak pernah salah, jadi kesalahan yang mana yang anda maksud "lanjutnya semakin membuat hati mama teriris.

"Berhenti mengucapkan kata maaf, anda tau itu hanya akan membuat mental saya kembali hancur dan hati saya kembali sakit jika mengingat bagaimana perlakuan yang kalian berikan kepada saya di masa lalu yang membuat saya menginginkan sebuah kematian. Mungkin saya bisa memaafkan kalian namun saya tidak bisa melupakan perbuatan kalian"ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka yang kini mama sedang menangis dan papa yang menatapnya sendu.

Aralia juga tidak tau mengapa dia berbicara seperti itu, dia berpikir jika itu semua adalah kata yang sedari dulu kia pendam dan baru di keluarkan sekarang melalui dirinya.

Di sinilah kia berada di kamarnya.
Menatap langit yang terlihat mendung namun tak juga turun hujan.

Tiba-tiba ia memegang kepalanya yang terasa sangat sakit, ingatan kia yang memenuhi kepalanya bak kaset rusak berputar-putar Membuat ia kesakitan.

"Arggghhhhhh "erangnya yang kini terduduk di lantai. Untung kamarnya kedap suara, suara dari luar bisa terdengar namun suara dari dalam tak bisa.

"Sa-kit "ucapnya sambil terus memegang kepalanya.

Sedikit demi sedikit kepalanya kembali membaik, dan semua ingatan milik kia sudah tersusun rapi di dalam kepalanya.

Tes..

Tanpa di duga air mata kia menetes begitu saja dari kelopak matanya.

"A-apa ini ingatanmu kia " guman nya.

Ingatan di mana keluarga kia yang begitu mengekang dirinya, di mana ia di tuntut untuk menjadi yang sempurna. Di mana jika ia melakukan kesalahan-kesalahan kecil saja ia akan di hukum entah itu sebuah cambukan atau hukuman berat lainnya.

Sehingga waktu itu, kia masuk rumah sakit bahkan koma berhari-hari namun keluarganya tidak datang untuk sekedar menjenguk dirinya.

Bahkan papa dan mamanya saja tidak perduli dan lebih memilih mengerjakan berkas-berkas mereka masing-masing. Dan karna itulah semenjak semua itu kia berubah menjadi gadis dingin dan cuek. Bahkan ia bisa menjadi lebih sadis dari apapun itu, dan keluarga yang mengetahui sifat kia yang berubah karna mereka merasa bersalah.

Mereka melupakan jika kia adalah putri satu-satunya di keluarga mereka.
Sedangkan yang lainnya semua putra.

"Sekarang aku mengetahui mengapa sifat mu seperti ini.. "lirihnya.

Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang