-15-

47K 2.3K 724
                                    

"Selamat pagi Ms. Peterson." aku menoleh ketika mendengar suara ini, suara yang tak asing bagiku-Victor.

Aku membuka mulutku, merasa tak percaya dengan sosok pria muda yang ada dihadapanku saat ini. Tanpa berpikir panjang, aku membawa Victor ke dalam pelukanku.

"Victor, bagaimana kau bisa ada disini?" tanyaku-masih dalam keadaan memeluknya. Bagaimana tidak, Ia muncul di depanku saat aku ingin berangkat ke kantor.

Ia terkekeh, kemudian melepaskan pelukanku. "Liburan akhir semester, ditambah ayah dan Ibu memintaku untuk datang mengunjungimu. Apa kau tidak senang dengan kedatanganku?" balasnya sarkastik.

Aku memutar mataku, kemudian memukul lengan Victor pelan, membuatnya meringis. Oh, lihat, betapa berlebihannya pria satu ini.

"Kau berlebihan sekali." aku meledeknya.

"Aku belajar darimu, Ellie."

"Geez, maksudmu aku berlebihan?"

"Begitulah."

"Sifat menyebalkanmu tak pernah hilang rupanya."

Ia terkekeh mendengar ucapanku. Lihat, dia menyebalkan, bukan? "Jadi, kau akan berangkat ke kantor?"

"Hmmm...-dan oh, ini kunci apartemenku. Jangan mengotori apartemenku seperti yang kau lakukan beberapa bulan yang lalu." kataku memperingatkan Victor seraya mengacak-acak rambutnya. Ia memutar mata ketika aku melakukan hal tadi. Kau tahu, Ia paling tidak suka jika ada orang lain melakukan apa yang aku lakukan padanya.

Tidak ingin terlambat, aku langsung berpamitan pada Victor. Kucium keningnya singkat sebelum melangkah pergi. Sesekali aku menoleh ke arah belakang-melihat Victor yang sedang melambaikan tangannya ke arahku.

.....

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat saat waktu menunjukkan pukul setengah 9. Sialan, aku telat 30 menit. Ini semua karena supir taksi bodoh tadi. Jika aku tak berdebat dengannya, mungkin aku sudah tiba di kantor tepat pukul 8.

Dengan tergesa-gesa aku berlari kecil menuju elevator. Langkahku terhenti saat melihat Mr. Styles disana-sedang menunggu di depan elevator, shit. Bagaimana jika Ia tahu aku terlambat?

Tak ingin mendapat masalah, aku membalikkan tubuhku dan berniat untuk menggunakan elevator yang lain. Namun saat aku hendak menjauh, aku mendengar seseorang memanggil namaku-Mr. Styles. Bagus, dia menyadari kehadiranku. Dengan canggung aku kembali membalikkan tubuhku hingga menghadap padanya.

"Kau ingin kemana?" tanyanya.

Aku menggaruk tengkuk leherku, berusaha untuk mencari alasan yang konkret. "Um-aku melupakan sesuatu di kafeteria." balasku kaku.

"Bisa kau ikut aku ke ruanganku?"

"Baiklah, tapi aku harus-"

"Sekarang."

Begitu mendengar ucapannya tadi, aku langsung menganggukkan kepala. Aku tak mungkin menolaknya, bukan?

Beberapa saat kemudian, pintu elevator terbuka, membuat kami berdua segera masuk-diikuti oleh beberapa karyawan lainnya-termasuk Mr. Tomlinson. Ia tersenyum padaku, membuatku mau tak mau harus membalas senyumannya.

Suasana di dalam terasa begitu ramai hingga tibalah saat dimana hanya ada aku, Mr. Styles dan Mr. Tomlinson di dalam elevator. Aku berada di tengah-tengah mereka-Mr. Styles berada di sisi kananku dan Mr. Tomlinson berada di sisi kiriku.

Aku melirik ke arah Mr. Styles-Ia sedang memandang ke arahku, membuatku sedikit tidak nyaman. Lalu aku melirik ke arah Mr. Tomlinson-Ia juga sedang memandang ke arahku, membuatku semakin tidak nyaman. Tuhan, bisakah mereka menghentikannya?

Mr. Styles [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang