Tubuhnya tinggi. Sorot matanya yang sipit nampak tajam. Wajahnya tirus. Sebagian wajahnya ditutupi rambut hitamnya yang tebal itu. Kulit putihnya nampak cerah diterpa sinar matahari. Senyum jenaka kadang kala terukir di bibir mungil itu. Kendati wajah sendunya sukar diingkar mata yang melihat. Ia tidak banyak berbicara, tetapi senyumnya mempesona. Wanita itu seperti sebongkah misteri yang sengaja dilemparkan Tuhan ke dunia. Namanya Arunika.
***
Dunia ini dilanda kegilaan. Banyak hal berubah dengan cepat. Perubahan seperti mengalir tak tentu arah. Hingar bingar dunia ini melempar banyak orang ke dalam kegilaan. Arunika merenung di balik jendela kamarnya. Ia tak banyak tahu. Ia melihat banyak orang terbuai kegilaan. Bersua di dunia nyata atau virtual, mereka menenggak kegilaan. Ia tak tahu mengapa demikian.
Kegilaan dunia ini sarat kompetisi. Arunika merenung. Banyak orang berlomba untuk mengejar prestise. Orang menjual privasi demi sebuah apresiasi dan riuhnya tepuk tangan. Ia tak tahu. Ia mungkin terlalu naif. Nyatanya jempol para penikmat dunia di balik layar nampak prestisius. Aliran uang mengalir deras dari jempol-jempol itu. Lantas tak menjadi masalah jika tubuh dikomersialisasi asal saldo tetap berisi dan hari itu bisa makan.
Arunika merenung. Ia merasa iba. Naktu ia berpikir. Orang memamerkan berbagai simbol. Kekayaan, orang tercinta, keberhasilan, atau apapun itu pasti disiarkan. Tak ada yang tahu entah berniat buruk entah berniat baik. Hal yang pasti ialah ia ingin agar orang tahu bahwa ia eksis, bukan hanya sekadar narsis. Dunia ini seperti sedang digerogoti kegilaan. Entahlah mungkin orang ingin memberi makna baru bagi kehidupan. Syahdan simbol yang tak nyata itu dijadikan nyata. Simbol itu memberi nilai bagi eksistensi. Kendati ia bukan hal esensil dari kehidupan. Apa yang sebenarnya dikejar banyak orang? Arunika membatin. Mungkin orang sedang mengejar kebahagiaan, meskipun kebahagiaan itu tak melulu melalui jalan mulus. Batasan tabu mengabur. Hal tabu malah menggugah rasa ingin tahu.
Arunika tersenyum. Dunia terlampau gila. Ia juga, mungkin atau entahlah, akan menggila bersama dunia.
Catatan di ujung senja bulan Mei.
Tertanda, gadis kecil di balik jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Arunika
General FictionTubuhnya tinggi. Sorot matanya yang sipit nampak tajam. Wajahnya tirus. Sebagian wajahnya ditutupi rambut hitamnya yang tebal itu. Kulit putihnya nampak cerah diterpa sinar matahari. Senyum jenaka kadang kala terukir di bibir mungil itu. Kendati waj...