Kata orang, hidup selalu menyimpan rahasia. Hari ini, esok pun lusa memiliki cerita dan rahasianya sendiri. Kita tak dapat menentukan hal seperti apa yang ingin kita alami. Kita hanya menanti realita seperti apa yang akan kita hadapi. Kita bertemu banyak orang dan meninggalkan banyak orang pula. Kita hanya sebutir pasir di gurun yang amat luas. Arunika pun menyadarinya. Ia sadar dengan realita yang harus ia hadapi. Ia tak dapat banyak berbicara atau memutuskan kehendaknya sendiri. Kadang kala kehendak dan keinginan manusia sukar diatur sehingga manusia merasa cukup bebas untuk menentukan hidupnya. Nyatanya tidak demikian.
Arunika tahu bahwa hidupnya tidak serta merta bergantung pada dirinya sendiri, kendati itu adalah hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hidup orang lain yang melebur dalam realita yang sama. Ia tahu akan hal itu. Arunika menyadarinya sebagai sebuah hal yang normal. Kalau saja ia tidak menyadari hal itu, maka ialah yang abnormal. Kehidupan manusia yang bertalian dan saling mempengaruhi itu dibubuhi banyak kepalsuan. Suatu kepalsuan yang kadang kala diterima, entah sadar entah tidak sadar, sebagai sebuah kebenaran. Arunika tertawa. Ia pun pernah menjerumuskan dirinya dalam kepalsuan itu. Kadang ia tahu, namun berlagak tak tahu. Ia melakukannya semata-mata agar tak ada anomali. Ia hanya ingin semuanya berjalan tanpa ada abnormalitas.
Arunika tertawa melihat realita yang dihidupi manusia. Kadang ia menyaksikan orang-orang yang terburu-buru memutuskan, menaruh, memberi, menerima atau apapun itu tanpa sadar akan diri mereka sendiri. Mereka kadang kala menjadi naif dengan diri sendiri. Mereka terburu-buru hingga mereka merasa dungu ketika berada di titik nadir kehidupan mereka yang amat getir. Demikian realita manusia, makhluk rapuh yang merasa cukup bebas berkehendak tanpa peduli dengan rahasia besar yang tak mereka ketahui. Arunika tertawa. Ia juga manusia. Hari ini, esok, atau lusa ia pun mungkin akan mengalami hal yang sama. Tak ada yang tahu. Kehidupan selalu menyimpan rahasia yang menanti untuk disingkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Arunika
Fiksi UmumTubuhnya tinggi. Sorot matanya yang sipit nampak tajam. Wajahnya tirus. Sebagian wajahnya ditutupi rambut hitamnya yang tebal itu. Kulit putihnya nampak cerah diterpa sinar matahari. Senyum jenaka kadang kala terukir di bibir mungil itu. Kendati waj...