Luke sedang berada di dalam kamarnya. sendiri. dia hanya berdiam diri sejak tadi, seperti ada sesuatu yang dipikirkannya.
"Lisa, kau kemana saja? aku sudah menunggu mu dari tadi." kata Luke tiba tiba.
Luke memiringkan tubuhnya seakan ada Lisa yang juga berbaring di sampingnya.
"Lihat lah ini." Luke menunjukkan bekas sayatan di tangannya pada Lisa yang tak berwujud. mungkin hanya dia yang melihat.
"ini sakit, tapi aku menyukai hal ini. kau tau? rasanya bebanku hilang seketika." Luke tertawa kecil. matanya yang sangat indah kini memerah. rambutnya berantakan.
Luke menghela nafas dan tersenyum, "kau ingat aku berjanji padamu kalau aku tidak akan menyakiti diriku?tidak, ini bukan menyakiti Lisa. ini sempurna." jelas Luke.
Luke meluruskan tubuhnya dan menatap langit langit kamarnya.
"Persetan." Luke tersenyum miris.
"PERSETAN PADA SEMUA NYA! AKU KACAU LISA, AKU KACAU!" teriak Luke frustasi, Luke terjatuh dari tempat tidurnya. Luke meringkuk memeluk kakinya yang jenjang itu. kamar yang awalnya sepi tiba tiba terpenuhi oleh suara isakan Luke. jika kalian menertawakan dia karena menangis mungkin dia tidak akan peduli, karena hal ini terlalu sakit untuk di tahan Luke.
"A-aku membutuhkanmu Lisa." ucap Luke dengan suaranya yang sudah serak. kepalanya mendadak sakit.
"AAHH!" jerit Luke sambil menjambak kuat rambut pirangnya. Luke bangkit dan pergi ke kamar mandi. pisau lipat yang ada di wastafel kamar mandinya terpampang jelas di matanya. Luke langsung mengambil pisau itu dan melihat dirinya yang kacau di cermin.
"kau hanya sebatang kara Luke, kau tak pantas hidup. mati adalah jalan yang terbaik untukmu, bajingan." Luke berkata sambil merapatkan giginya.
"Oh, dan satu lagi. kau tidak lain dari sampah yang menjijikkan. bahkan sampah masih lebih suci dari pada dirimu ini." Luke tertawa kecil dan mengetuk cermin di hadapannya dengan pisau yang digenggam nya, keringat sudah membasahi keningnya.
"OH FUCK!!" teriak Luke melempar pisau itu ke sembarang arah dan menjambak kuat lagi rambutnya. Luke merasa pusing seperti ada benturan keras di kepalanya. Luke sudah semakin kacau. dia benar benar tak bisa mengendalikan dirinya. Luke menatap cermin wastafel dengan mata yang sudah basah dan layu. dia benar benar kacau.
PRAANK!!
Luke memukul kuat cermin itu dengan kepalan tangannya yang besar. setetes demi tetes darah mengalir dari tangannya. dia sudah tidak peduli dengan rasa sakit yang ada di tangannya. tubuhnya bergetar. Luke mulai melemahkan kepalan tangannya, sementara darah masih terus mengalir di tangannya.
---------------------
Calum baru saja sampai dan memasuki rumah Luke. ya, karena mereka lebih sering menetap di Amerika, mereka sudah memiliki rumah masing masing di Amerika. Calum memanggil Luke tetapi tak ada jawaban, Calum pun memilih menunggu Ashton dan Michael yang sudah di perjalanan.
PRAANK!!
Calum tampak sangat terkejut mendengar suara pecahan kaca dari lantai atas, tepatnya kamar Luke. Calum pun segera berlari sekencang kencangnya menuju kamar Luke. Calum mendobrak pintu kamar Luke yang dikunci. Calum menemukan Luke yang berdiri lemah di depan cermin yang pecah karena pukulannya, tangan Luke terus mengeluarkan darah hingga menghasilkan bercak darah di lantai kamar mandi nya.
"What the fuck, Luke!" teriak Calum sambil menarik tangan luke dan mendorongnya keras ke dinding. Calum sudah ada di depan Luke yang menyender di dinding. wajah Calum memerah dan tampak urat urat kecil memenuhi keningnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
End Up Here [L.H]
Fanfiction" To me you are my rose; every day when I see a beatiful rose I think of you, and miss you, and hope to hold you in my arms "