1. Secret Admier

378 20 0
                                    

Sebelum kalian baca cerita ini?
Aku mau kasih tau kalau cerita ini hanya sampai 9 Chapter. Selebihnya akan di pindahkan ke versi PDF.

Dan untuk kalian yang mau baca PDF-nya secara langsung?

Kalian bisa pesan melalui :
- Instagram : gsnctarea_ (Dm Insta)
- Whastapp : 085777297491 (Only Chat)

Dengan Format Pembelian :

Judul PDF           :
Alamat Email    :
Bukti Transaksi :

Pembayaran melalui :

- BCA : 5750675559 An. Khairani Azzahra
- Cimb Niaga : 705278454300 An. Khairani Azzahra
- Nobu : 10511259415 An. Khairani Azzahra
- Shopee Pay : 081513926010
- Dana : 081513926010
- Ovo : 081513926010
- Gopay : 081513926010

⚠️ Khusus pembayaran melalui Shopee Pay, Dana, Ovo & Gopay +3.000 u/biaya admin

Warning! Pdf akan dikirim apabila Bukti Transfer sudah dikirim!

Harga PDF : Rp. 65.000
Halaman PDF : 180 halaman.
***

"Secret admier lagi?" Tanya Winter kepada teman wanitanya, yang saat ini sedang memegang coklat yang ada di atas mejanya.

Renjun, wanita yang sedang memegang coklat pun mengangguk. "Iya nih. Udah dari lama ini orang ngasih kayak gini mulu, tapi gue gak pernah tau orangnya siapa." Balas Renjun yang benar adanya.

Dia pernah masuk pagi hanya untuk memastikan, siapa secret admier yang udah ngirimin dia coklat setiap harinya. Tapi yang dia dapat malah coklatnya yang udah ada di mejanya lebih dulu. Padahal Renjun datangnya jam setengan 6, hanya untuk melihat siapa orang yang udah mau repot hanya untuk memberinya coklat.

"Tapi percuma gak sih orang itu kasih lo coklat, kalau hati lo cuma buat Mark?" Seru Winter, yang tiba-tiba merasa kasihan kepada secret admiernya Renjun.

"Udah cape-cape tiap hari uang jajannya kepotong, cuma buat kasih lo coklat doang. Iya kalo emang lo suka balik sama dia? Masalahnya hati lo udah mentok banget buat Mark." Sambung Winter, seraya menggelengkan kepalanya, meratapi nasib secret admiernya Renjun.

"Ya makanya itu gue cari dia. Supaya gue bisa ngomong ke dia, kalau dia harus stop kasih gue kayak gini. Karena percuma dia berusaha kalau hati gue cuma buat Mark." Balas Renjun yang setuju dengan ucapan Winter.

"Tapi hatinya Mark gak buat lo!" Balas Winter, mengejek Renjun.

"Ah anjing! Pake di ingetin lagi." Ujar Renjun yang senyumannya langsung luntur.

"Ya gimana mau jadi, kalo lo gak ada niatan mau deket." Ujar Winter, yang langsung menarik Renjun keluar dari kelasnya menuju kantin. Karena bel istirahat sudah berbunyi.

"Gue takut Win. Takut dia risih." Seru Renjun, yang langsung di balas toyoran kepala oleh Winter.

"Takut apaan sih Njun? Lo kan belom coba. Jangan menyimpulkan sesuatu yang lo sendiri belum coba." Peringat Winter.

"Inget! Waktu lo tinggal sebentar lagi, sebelum Mark lulus." Peringat Winter, yang langsung membuat Renjun menghela nafasnya kasar.

"Coba darimana ya Win?" Tanya Renjun yang bingung harus coba darimana.

"Minta tolong Jeno atau enggak Jaemin aja. Mereka berdua-kan sepupunya Mark. Atau enggak lo coba-coba aja tanya materi les. Lo sama dia satu les juga kan? Jadwal les sama jam les juga sama. Lo juga ambil les buat pelajaran kelas 12 juga bukan?" Seru Winter, mencoba memberikan pencerahan untuk sahabatnya.

Renjun itu pintar. Ah cerdas lebih tepatnya. Kalau di Indonesia sistem sekolahnya mendahulukan yang pintar tanpa melihat kelas seharusnya? Winter yakin kalau saat ini Renjun sudah kelas 12. Karena kepintaran Renjun itu udah di atas rata-rata. Di saat yang lain masih ngeluh soal mata pelajaran kelas 11. Renjun malah ngeluh soal mata pelajaran kelas 12, yang mana kelas yang belum ia tempati.

Renjun emang masih kelas 11. Tapi dia udah menguasai seluruh mata pelajaran kelas 11. Renjun juga gak tau kenapa dia bisa kayak gini. Kalian tau gak kata orang kalau ada seseorang yang bisa langsung memahami materi, hanya dari membaca atau mendengarkan sekali? Atau istilah cepat tanggap? Ya! Renjun adalah salah satu dari banyaknya manusia yang seperti itu.

Renjun juga gak tau kepintarannya dapat darimana. Ayahnya, Yuta gak terlalu pintar di bidang akademik. Begitu juga dengan ibunya yang gak pintar di bidang akademik. Orang tua Renjun itu sangat ahli di bidang seni. Ayahnya yang sangat pandai melukis, serta ibunya yang pandai menari. Dan dari kedua keahlian yang orang tuanya punya, itu menurun ke Renjun.

Tapi kalau kata ibunya, kepintaran Renjun mengambil dari neneknya. Park Wendy, nenek Renjun yang sangat multi talenta dan serba bisa, sama seperti kakeknya Park Chanyeol. Chanyeol itu serba bisa, bisa memainkan seluruh alat musik, membuat lagu, bernyanyi, rapper, acting dan berbagai macam keahlian yang ia punya. Sedangkan neneknya Park Wendy, dia pintar di berbagai bidang. Pintar di akademik dan non akademik. Sewaktu sekolah dulu, Wendy selalu mendapat nilai bagus. Nilai terkecil yang ia dapat adalah A atau setara dengan 90. Kalian mungkin tidak percaya dengan ucapan Renjun, tapi memang benar itu adanya.

"Tapi kayaknya dia gak ngenalin gue kalau gue les di situ Win." Ujar Renjun, di iringi helaan nafas pasrah.

Mark itu ramah, tapi dia acuh terhadap sekitar. Jadi ini yang membuat Renjun takut, selain takut Mark risih. Ambrivet, yang bisa Renjun simpulkan dari kelakukan Mark.

"Ya gimana mau ngenalin kalau lo gak ada niatan mau deket Huang Renjun?! Dia di sana kan mau les! Atau lebih tepatnya mau belajar! Bukan mau ngeliatin orang sekitar. Gimana dah lu ah!" Ujar Winter yang sudah sangat kesal, dan langsung berjalan menuju Jaemin dan kawan-kawan, setelah mengambil pesanan mereka.

Setelah sampai, Winter langsung duduk di samping kekasihnya Na Jaemin, sedangkan Renjun duduk di samping sahabatnya Lee Jeno.

"Lo kenapa dateng-dateng kusut kayak gitu?" Tanya Jeno, yang aneh melihat wajah Renjun.

"Lagi galau doi." Jawab Winter.

"Lah, bocil satu ini bisa galau juga?" Ledek Jeno, seraya menoel pipi gembul Renjun.

"Diam deh ah!" Ujar Renjun, yang lagi tidak mood.

"Oh iya Jen, lo jadi temenin gue beli buku?" Tanya Renjun kepada Jeno. Soalnya Jeno janji mau nganterin Renjun buat beli buku utbk.

"Duh sorry Njun, gak bisa kayaknya. Nanti gue ada latihan archery." Ujar Jeno yang baru di kasih kabar kalau nanti latihan.

"Tapi lo tenang aja. Gue udah suruh orang buat anterin lo. Biar lo gak sendirian, hemat waktu, perjalanan, dan juga ongkos. Gue juga nyuruh dia buat nemenin lo. Biar gak kayak oramg jomblo." Sambung Jeno.

"Lah kok suruh orang? Gak usah! Gue berangkat sendiri aja." Ujar Renjun, menolak itikad baik Jeno.

"Gak ada! Kalo lo kenapa-napa gimana? Lagi gue udah bilang ke orangnya. Orangnya juga udah setuju, karena dia juga mau beli buku. Masa iya lo mau batalin gitu aja? Gak baik nolak rezeki. Lo tenang aja, bakal aman kok kalo sama dia." Balas Jeno, yang membuat Renjun tidak bisa membantah lagi.

"Ck! Yaudah!" Balas Renjun.

***

Dan seperti yang Renjun katakan tadi kepada Jeno. Saat ini, dia sedang menunggu seseorang di halte dekat dengan sekolahnya.

Tadinya Jeno bilang kalau tunggu aja di parkiran. Tapi Renjun nolak. Ia takut ada rumor beredar yang tidak-tidak, kalau dia pulang bareng sama orang lain. Pasalnya Jeno bilang kalau temannya itu laki-laki.

"Ekhem." Dehaman seseorang, sukses membuat perhatian Renjun teralihkan, yang tadinya sedang chat Jeno, untuk memastikan di mana keberadaan orang itu, jadi menatap orang itu.

"Huang Renjun kan?" Tanya orang itu, seraya membuka helmetnya, yang membuat Renjun mematung di tempat.

IT'S THAT YOU? - MARKREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang