2. Book Store

155 13 0
                                    

"Huang Renjun." Panggil orang itu sekali lagi, karena tidak ada sahutan dari wanita yang ada di sebrangnya.

"Ah--em... iya kak Mark? Ada apa ya?" Tanya Renjun kikuk, kepada Mark yang saat ini ada di hadapannya. Seraya menghampiri Mark yang ada di depannya.

Tanpa babibu, Mark langsung memberikan Renjun sebuah helmet. "Jeno meminta tolong kepada saya untuk mengantarkan kamu ke toko." Ujar Mark.

"Ah... itu kak--gak usah. Saya bisa sendiri kok." Tolak Renjun yang merasa tidak enak. Bahkan detak jantungnya juga sudah tidak enak, karena berdetak secara tidak beraturan, hanya melihat dan berbicara dengan Mark.

"Loh, kenapa harus sendiri kalau misalkan ada saya? Lagipula saya juga mau ke toko buku kok. Jadi, gapapa." Ujar Mark sekali lagi, memastikan kepada Renjun, kalau dia tidak apa-apa.

"Beneran gapapa?" Tanya Renjun ragu, ia benar-benar takut merepotkan Mark.

"Gapapa." Ujar Mark, yang langsung mengambil helmet yang ada di tangan Renjun. Lalu memakaikan helmet itu ke kepala Renjun.

Renjun mematung kaget, begitu melihat dan merasakan tindakan Mark saat ini. Sungguh! Berada di dekat Mark, membuat Renjun terlihat seperti orang bodoh!

"Ayo naik." Seru Mark kepada Renjun. Membuat Renjun membuyarkan lamunannya, dan segera naik ke atas jok motor Mark.

"Aku naik ya kak." Seru Renjun sebelum naik.

"Pegangan yang erat ya, nanti jatuh." Titah Mark, sebelum menjalankan motornya.

Renjun ragu! Ia ingin melingkarkan tangannya di pinggang Mark, tapi dia ragu! Ia takut membuat Mark ilfeel akan tingkahnya.

Tapi siapa sangka kalau saat ini Mark yang mengambil kedua tangan Renjun, untuk di lingkarkan ke pinggangnya sendiri. Sukses membuat semburat merah timbul di wajah Renjun.

"Kalau pegangannya kayak gini baru aman." Seru Mark, yang langsung menjalankan motornya pergi dari halte.

Di sepanjang perjalanan, tidak ada interaksi di antara Renjun dan Mark. Ah tidak! Sebenarnya Renjun mempunyai banyak topik untuk di pertanyakan kepada Mark. Tapi dia takut Mark risih, begitu mendengar pertanyaan yang ia lontarkan, atau lebih tepatnya risih karena kebawelan dia.

Sampai akhirnya mereka tiba di parkiran toko buku. Mark yang langsung menyetandarkan motornya, setelah Renjun turun. Sementara Renjun langsung membuka helmetnya, dan menunggu Mark membuka helmetnya.

'Maka nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?' Batin Renjun, begitu melihat Mark yang terlihat sangat keren, ketika sedang membuka helmetnya.

"Ayo!" Seru Mark, setelah menaruh kedua helmetnya si atas kedua spion motornya.

Renjun dan Mark akhirnya masuk ke dalam toko buku secara bersamaan. Dan ya, ternyata hari ini keadaan toko buku cukup ramai.

Lagi dan lagi, tingkah Mark saat ini membuat detak jantung Renjun semakin tidak baik. Ketika Mark yang tiba-tiba menggandeng tangan Renjun.

"Maaf ya kalau lancang. Tapi aku gak mau kamu hilang. Soalnya toko buku saat ini lumayan ramai." Ujar Mark, yang membuat hati Renjun menjerit kesenangan.

"Ah iya gapapa kak." Sahut Renjun, yang berusaha untuk tidak terlihat gugup di depan Mark.

Renjun berharap kalau keramaian semakin bertambah, agar tautan tangannya dan Mark tidak cepat terlepas. Sungguh! Sedari tadi ia terus memandangi tangan mereka berdua yang saling bertautan satu sama lain.

"Mau cari buku apa?" Tanya Mark, yang sukses membuat Renjun memgalihkan pandangannya. Dari yang menatap tautan tangan mereka, menjadi menatap mata Mark.

'Aduh sial!' Rutuk Renjun, yang tidak sengaja menatap netra Mark. Membuat pikirannya kosong sejenak.

"Njun." Tegur Mark.

"Mau beli buku utbk kak." Sahut Renjun, yang sukses membuat langkah mereka berhenti sejenak.

"Kamu mau beli buku utbk?" Tanya Mark sekali lagi, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Renjun.

"Iya kak. Kenapa emang?" Tanya Renjun yang heran. Apakah ada yang salah?

"Ah gapapa. Rada heran aja sih. Soalnya anak sepantaran kamu kayak gini lagi asyik-asyiknya main sebelum kelas 12 nanti." Jelas Mark.

"Aku juga main kok kak." Seru Renjun.

"Tapi masa iya main aja tanpa mikirin belajar? Masa depan lebih penting bang." Sambung Renjun.

Mark tersenyum. "Iya. Masa depan lebih penting."

"Kalau kak Mark sendiri mau beli buku apa?" Tanya Renjun.

"Sama kayak kamu. Sekalian beli buku buat toefl juga sih." Jawab Mark.

Dan terjadilah keheningan beberapa saat, sampai mereka tiba di salah satu rak, yang penuh dengan buku utbk.

"Aduh beli yang mana ini?" Gumam Renjun, yang masih bisa di dengar Mark.

"Kata guru les sama guru wali kelasnya aku. Yang bagus tuh yang ini sama yang ini." Ujar Mark, seraya menunjuk kedua buku yang ia maksud.

"Tapi kayaknya kalau beli 2 kemahalan. Jadi gimana kalau misalnya aku beli yang ini, dan kamu beli yang ini? Setelah kita berdua udah selesai ngerjain semua yang ada di buku ini? Kita saling pinjam satu sama lain aja. Aku pinjam buku kamu, kamu pinjam buku aku. Gimana?" Saran Mark, yang langsung di anggukki setuju oleh Renjun.

"Kamu mau pelajari yang mana dulu?" Tanya Mark.

"Yang ini." Jawab Renjun, seraya menunjuk salah satu dari 2 buku yang di pegang Mark.

Tanpa tunggu lama, Mark langsung membawa 2 buku itu, dan 1 buku untuk toeflnya. Tidak membiarkan Renjun membawanya, walaupun Renjun sudah memaksa untuk membawa buku yang ingin dia beli.

"Ada hal yang ingin kamu beli lagi?" Tanya Mark, yang langsung di balas anggukan kepala oleh Renjun.

"Pulpen berwarna sama stabilo." Jawab Renjun.

"Ah iya! Aku juga mau beli itu!" Seru Mark yang hampir lupa.

Dan akhirnya mereka menuju ke rak pulpen dan stabilo, sebelum menuju ke kasir.

"Mau stabilo warna apa bang?" Tanya Renjun.

"Samain aja." Jawab Mark yang memang tidak mau ribet.

"Biru aja ya?" Tanya Renjun mengonfirmasi, dan langsung di baals anggukkan kepala oleh Mark.

Setelahnya, mereka langsung pergi ke kasir. Kasir pun segera menghitung semua belanjaan Mark dan Renjun.

"Pembayarannya mau di pisah atau mau di gabung aja kak?" Tanya sang kasir, sebelum melakukan pembayaran.

"Pi--"

"Gabung aja kak." Jawab Mark, mengintrupsi Renjun.

Dan sang kasir pun mulai menghitung semua pembayaran milik Mark dan Renjun. "Jadinya 425 ribu kak." Ujar sang kasir, memberi tau total dari semua pembelanjaan mereka.

Baru saja Renjun ingin memberikan uang yang udah ia siapkan. Tapi ternyata Mark sudah lebih dulu memberikan kartu debitnya ke mbak kasir.

"Nih kak!" Seru Renjun, seraya memberikan uang yang ia pegang kepada Mark.

"Simpan aja." Seru Mark, yang sukses membuat Renjun bingung.

Melihat keterbingungan Renjun, membuat Mark terkekeh. Mark langsung mengambil kartu debit serta barang belanjaan mereka.

"Udah gak usah banyak mikir." Seru Mark, yang langsung mengandeng tangan Renjun keluar dari toko buku.

IT'S THAT YOU? - MARKREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang