"Gue liat-liat makin lama makin deket nih ama Renjun." Seru Lucas yang baru saja tiba, dan langsung duduk di samping Mark.
"Udah pindah haluan dari Mina ke Renjun nih?" Timpal Hendery, seraya menaik turunkan kedua alisnya, begitu menatap Mark.
"Gue gak ada hubungan apa-apa sama Mina." Jelas Mark, yang mengklarifikasi hubungan antara dirinya dan Mina kepada temannya. Ya walaupun temannya sendiri sudah tau.
"Cailah di konfirmasi sendiri. Jadi tujuannya Renjun nih?" Tanya Lucas.
"Lagi ngapain sih Mark?" Tanya Hendery yang bingung kepada Mark yang sibuk menuliskan sesuatu di selembar kertas.
Mendengar pertanyaan Hendery, membuat Mark langsung menutup selembaran kertas yang baru saja ia tulis, di pertengahan buku.
"Tugas merangkum gue. Kenapa? Mau bantuin?" Tanya Mark, yang langsung mendapat gelengan kepala dari kedua temannya, dan tanda v.
"Tapi lo beneran lagi deketin Renjun buat maksud tertentu gak sih? Kayak pengen jadiin dia pacar?" Tanya Hendery penasaran.
"Emang kenapa? Lo suka sama Renjun?" Tanya Lucas yang heran akan pertanyaan Hendery.
"Yakali! Bisa habis ntar gue sama Xiaojun." Jawab Hendery.
"Lagi lo kenapa nanya-nanya kayak gitu?" Tanya balik Lucas.
"Lo lupa kalo dia sepupu gue?" Ujar Hendery, mengingatkan kembali akan hal ini.
"Oh iya bener juga!" Seru Lucas, yabg baru ingat.
"Yeu si anjir malah diam aja." Decakan kasar mengalun indah, seraya menendang kecil meja yang sedang di tempati Mark.
"Ya jalanin aja." Seru Mark, yang langsung beranjak dari duduknya.
"Yeuh si anjing mau kemana?" Protes Lucas yang melihat Mark yang tidak bisa diam.
"Perpustakaan. Mau ikut?" Tanya Mark, tanpa menoleh.
Kedua temannya mendecak kasar, dan langsung menggelengkan kepalanya. Boro-boro ke perpus, ngelewatin perpus aja rasanya segan.
Sementara Mark acuh dengan jawaban temannya yang tidak mau ke perpus. Dia tetap melangkahkan kakinya ke perpustakaan.
Sedangkan saat ini Renjun tengah berbicara berdua dengan Winter. Awalnya mereka mengibah bersama, tentang rumor yang sedang beredar di sekolah. Tapi lama kelamaan, dan entah kenapa obrolan mereka berdua merembet menjadi ke hubungan Renjun dengan Mark.
"Gue liat-liat lo sama Mark makin berkembang aja nih. Udah sampai tahap mana nih?" Tanya Winter yang membuat Renjun menghela nafasnya frustasi.
"Gue sendiri gak tau Win." Jawab Renjun yang benar-benar gak tau arah hubungan mereka berdua.
Sedangkan Winter yang mendengar jawaban Renjun, ia langsung mengerutkan dahinya bingung. "Loh, bukannya belakangan ini kalian deket banget? Masa iya gak ada tahap yang lebih dari senior sama junior sih? Lagipula tingkahnya Mark juga keliatan nge-treet lo banget." Ujar Winter yang tidak percaya dengan ucapan Renjun.
"Ya gitu... kalo untuk nge-treet, jalan bareng, makan bareng, pulang bareng, ramah, baik dan sebagainya emang Mark lakuin itu ke gue. Tapi bukannya tingkah Mark emang kayak gitu ke semua orang? Dia itu tipikal manusia yang baik ke semua orang gak sih?" Tanya Renjun yang tidak yakin akan sikap baik Mark ke Renjun itu ada maksud atau tujuan tertentu ke tahap jadian.
Winter terdiam begitu mendengar penuturan Renjun. "Iya juga sih." Sadar Winter akan tingkah Mark.
Tapi sedetik kemudian Winter berseru kembali untuk menangkal ucapan Renjun. "Tapi gak Njun! Mungkin sikap dia ke orang lain sama ke lo sama, tapi tatapan dia ke lo, sama dia ke orang lain tuh beda Njun." Ujar Winter.
"Jangan bikin gue kegeeran deh Win!" Peringat Renjun, di sertai decakan kasar yang keluar dari mulutnya.
Winter mendesis begitu mendengar balasan Renjun. "Tapi beneran Njun! Tatapan dia ke lo tuh beda banget. Kayak ada benih-benih cinta gitu." Ujar Winter penuh dengan keseriusan di setiap kalimatnya.
"Benih benih tai kucing! Lo jangan bikin gue berharap gak jelas deh Win. Cepetan bilang ke gue lo mau apa?!" Ujar Renjun to the point. Biasanya kalau Winter kayak gini, pasti dia lagi membutuhkan sesuatu dari Renjun.
Bukannya menjawab, Winter malah cengengesan gak jelas. "Kok lo tau sih?" Tanya Winter, yang membuat Renjun memutar bola matanya jengah.
"Kok lo tau sih nye nye nye! Lo kan ngedukung gue kalau ada maunya doang! Jadi cepet bilang, apa yang harus gue lakuin sekarang?" Tanya Renjun.
"Hehehe. Tolong ambilin buku buat pelajaran selanjutnya di perpustakaan dong Njun. Gue ada janji pengen ketemu Jaemin." Ujar Winter, seraya bergelayut manja di lengan Renjun.
"Ada lagi?" Tanya Renjun, yang di balas gelengan kepala oleh Winter.
"Tapi serius Njun. Lo gak mau nanya dulu ke Mark, mengenai perasaan dia? Kali aja dia udah dari lama suka sama lo, tapi dia pendem karena takut lo tolak." Saran Winter, agar hubungan sahabatnya dengan crush-nya itu ada kepastian.
"Plis deh Win! Cerita cinta gue tuh bukan kayak yang di novel-novel. Di mana cowonya juga suka sama gue, padahal kita baru deket beberapa bulan." Ujar Renjun, yang lebih memilih untuk menyangkal ucapan Winter. Tapi di dalam hatinya sangat mengharapkan apa yang di ucapkan Winter itu menjadi kenyataan.
"Ya kan kali aja. Kita gak pernah tau perasaan orang lain. Lo liat aja buktinya? Sampai sekarang Mark masih jomblo, walaupun banyak perempuan yang deketin dia, ataupun dia baik ke perempuan. Pasti ada orang yang dia suka, tapi dia gak berani gimana cara ngungkapinnya." Ujar Winter, memberikan semangat kepada temannya, agar temannya tidak menyerah.
"Dan perempuan itu bukan gue." Ujar Renjun, seraya tersenyum miris.
Sementara Winter langsung mendecak begitu mendengar Renjun yang merendah diri. "Lo gak bakalan tau kalai misalkan lo belum mencobanya Huang Renjun! Udah gue bilang kan, coba lo tanya ke dia, gimana perasaannya?!" Rutuk Winter yang kesal akan sikap Renjun yang seperti ini.
"Gue takut Win." Jujur Renjun, di iringi helaan nafas frustasinya.
"Takut kenapa Njun?" Tanya Winter.
"Gue takut kalau misalkan jawaban Mark gak sesuai ekspetasi dan harapan yang selama ini gue pengenin. Gue takut setelah Mark kasih tau perasaan yang sebenarnya, dia malah ngejauh sama gue. Padahal hubungan kita udah sedeket ini. Lo juga tau kan perjuangan dan penantian gue supaya gue bisa deket sama Mark sedeket ini?" Ujar Renjun, yang mengeluarkan seluruh kegelisahan hatinya kepada Winter, sahabatnya yang setia mendengarkan semua cerita serta keluh kesahnya. Dan tak jarang pula Winter membantu, memberikan solusi, atau hanya sekedar mendengarkan cerita Renjun.
"Ya tapi kalau kayak gini, lo sama Mark jadi gak jelas Njun. Pasti lo juga lelah kan jalanin hubungan gak jelas kayak gini?" Tanya Winter.
"Gue lebih baik kayak gini Win. Daripada harus jauh sama Mark. Lo percaya sama proses yang gak pernah mengkhianati hasil kan Win? Dan sekarang gue sedang menerapkan hal itu. Dan semoga semesta gak jahat sama gue Win."
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S THAT YOU? - MARKREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...