3. At Ayam Bakar

113 15 0
                                    

"Loh kak mau kemana kita?" Tanya Renjun, ketika motor Mark malah berlawanan arah dengan arah pulang Renjun.

"Kita makan dulu ya. Kamu mau makan apa?" Tanya Mark, yang sangat fokus dalam mengendarai motornya.

"Hah? Bang Mark ngajakin aku makan?" Tanya Renjun sekali lagi, untuk memastikan bahwa pendengarannya saat ini tidak salah. Pasalnya, angin sore saat ini lumayan kencang, sehingga membuat seseorang tidak mendengar, kalau sedang berkendara pakai motor.

"Iya Renjun.... aku ngajak kamu makan. Kamu mau makan apa?" Tanya Mark.

Renjun berfikir sejenak, untuk menjawab pertanyaan Mark yang satu ini. Hatinya memilih untuk mengiyakan tawaran Mark saat ini. Kapan lagi kan dia bisa makan bersama sengan Mark? Tapi di lain sisi, saat ini pikirannya sangat bertentangan dengan hatinya. Pikirannya memilih untuk menolak tawaran Mark. Karena dia takut Mark risih. "Eumm.... gak usah deh bang. Aku langsung pulang aja." Jawab Renjun.

Mendengar jawaban Renjun, membuat Mark menghentikan motornya di pinggir jalan. Mark langsung menyetandarkan motornya, dan berbalik menghadap Renjun.

"Kenapa mau pulang? Kata Ibu, aku harus memberi makan orang yang aku ajak jalan, sebelum membawanya pulang. Jadi, aku tidak akan membawa-mu pulang, sebelum kau makan." Ujar Mark.

"Jadi, mau makan apa?" Tanya Mark.

Renjun masih terdiam. Ia sangat kikuk sekarang, karena Mark yang tiba-tiba berhenti, dan berbicara seperti ini. "Terserah bang Mark aja. Abang ada rekomendasi tempat makan yang enak gak?" Tanya Renjun, yang mencoba untuk berani menjawab ucapan Mark, walaupun detak jantungnya sudah berdetak tidak karuan.

"Suka ayam bakar gak?" Tanya Mark, yang langsung di balas anggukkan kepala.

"Suka. Abang ada rekomendasi yang enak?" Tanya balik Renjun.

Mark menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Ada Njun. Ayo ke sana." Seru Mark, yang langsung membalikkan tubuhnya ke depan, dan mulai menjalankan motornya kembali.
---

Begitu tiba di rumah makan ayam bakar, Mark dan Renjun langsung masuk ke dalam, setelah memarkirkan motornya.

"Mak, ayam bakarnya 2 sama nasi uduknya 2. Minumnya es teh manis 2 ya mak." Pesan Mark, sebelum mereka duduk di kursi yang tersedia.

"Gede banget bang." Ujar Renjun, yang masih menatap sekitar.

"Dulu mah gak segede ini njun." Sahut Mark, yang membuat pandangan Renjun berhenti di Mark.

"Masa? Abang langganan di sini?" Tanya Renjun.

"Iya langganan di sini. Kost-an aku juga di sekitar sini Njun." Jawab Mark.

"Ah abang nge-kost?" Tanya Renjun, yang langsung di jawab Mark.

"Iya. Kamu tinggal sama ibu ya?" Tanya Mark, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Renjun.

"Gak di bolehin nge-kost. Padahal pengen nge-kost. Enak gak bang jadi anak kost-an?" Tanya Renjun penasaran.

"Ya gak boleh lah. Kamu kan perempuan. Masih sekolah lagi. Orang tua kamu takut kamu kenapa-napa kalau di tinggal sendiri. Mungkin kalau udah agak dewasa, di bolehin kali. Dan jadi anak kost-an itu ada enak dan gak enaknya Njun." Ujar Mark.

"Enaknya kita bisa bebas ngelakuin apa aja. Bisa tidur larut bangun siang. Bisa ngajak teman ke kostan tanpa takut ke ganggu. Dan gak enaknya gitu.... gak ada yang ngurus. Makan ya cari sendiri, nyuci baju juga sendiri." Jawab Mark.

Baru saja Renjun ingin menjawab ucapan Mark lagi, suara ibu-ibu mengintrupsinya. "Pacarnye ye bang?" Ujar seorang ibu-ibu, seraya menaruh pesanan Mark ke atas meja.

"Ah bukan Mak. Saya adik kelasnya." Jawab Renjun, takut Mark risih.

"Ah yang bener neng? Masalahnya cuma neng doang yang di bawa ini abang ke sini." Jelas Mak.

Baru saja Renjun ingin menjawab, Mark sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Bener Mak. Doain aja ya." Ujar Mark, yang sukses membuat Renjun mematung.

Berbeda dengan hatinya yang langsung mengucapkan aamiin, agar doa Mark di kabulkan. Tapi tetap saja ia terlejut dengan jawaban Mark.

"Di makan atuh Ren." Ujar Mark, yang menyadarkan lamunannya.

Renjun langsung memakan, setelah Mark menyuruhnya makan. Terjadilah keheningan di antara mereka sejenak, karena fokus terhadap makanannya masing-masing.

"Enak bang!" Seru Renjun, yang sukses membuat Mark tersenyum.

"Di habisin ya kalau enak. Kalau gak habis kasihan nasinya, nanti nangis." Seru Mark yang sukses membuat Renjun tersenyum.

***

"Bang Mark, makasih ya." Ujar Renjun, begitu dia sudah ada di depan rumahnya.

Mark menganggukkan kepalanya, sekaligus memberikan sebuah bungkusan yang berisikan 2 buah ayam bakar plus 2 nasi uduk untuk Renjun, yang ia beli tadi. "Buat Ibu sama Ayah." Ujar Mark.

"Eoh, gak usah bang Mark." Tolak Renjun yang benar-benar tidak enak.

Bagaimana dia bisa enak, kalau semuanya Mark yang bayar?! Di mulai Mark yang mrmbayar buku, pulpen berwarna, dan stabilo punya Renjun. Di tambah membayar makanan yang tadi mereka makan. Dan sekarang memberikan 2 ayam bakar plus nasinya, untuk orang tua Renjun?! Setiap Renjun mau bayar, Mark selalu menolak. Di paksa masukin uangnya langsung ke dalam saku Mark, Mark malah kembaliin lagi ke Renjun, dan ngancem Renjun, kalau di balikin, dia bakalan marah.

"Di ambil ya Njun. Aku emang sengaja beli buat orang tua kamu. Sayang kalau kamu gak ambil, ini buat siapa nantinya? Aku udah kenyang, dan di kost-an juga gak ada siapa-siapa." Ujar Mark.

"Aku bayarin aja ya bang? Gak enak semuanya abang mulu yang bayar." Ujar Renjun, sebelum mengambil bingkisan yang ada di tangan Mark.

Mendengar ucapan Renjun. Mark langsung mengambil tangan Renjun, dan menaruh bingkisan itu ke tangan Renjun. "Gak usah Njun. Udah seharusnya aku bawa anak orang, ngembaliinnya juga harus bawa bingkisan buat orang tuanya." Ujar Mark.

Renjun meringis. Ia benar-benar merasa tidak enak dan takut. Takut Mark tidak mau mengajaknya lagi, karena ini semua. "Tapi bang--"

"Udah gak ada tapi-tapian. Aku ikhlas kok. Jadi jangan lupa di kasih ya?" Seru Mark.

"Mau mampir dulu gak bang?" Tawar Renjun.

"Kayaknya gak dulu deh. Aku mau kerjain tugas buat besok njun. Lain kali aja deh." Ujar Mark.

"Janji?" Tanya Renjun, seraya memberikan jari kelingkingnya untuk di tautkan.

Mark mengerutkan dahinya, menatap jari kelingking Renjun. "Janji apa?" Tanya Mark.

"Janji kalau Bang Markeu bakalan ke sini buat mampir?" Seru Renjun.

Mark terkekeh, dan langsung menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Renjun. "Janji." Ujar Mark.

"Kalau begitu aku pulang ya Njun. Makasih ya untuk hari ini." Sambung Mark.

"Ish! Aturan aku yang bilang makasih banyak ke Abang, karena abang udah baik banget sama aku. Jangan kapok ya bang?" Ralat Renjun.

"Gak bakalan kapok kok. Kalau gitu aku pamit ya Njun. Salam buat Ayah sama Ibu."

IT'S THAT YOU? - MARKREN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang