"Coklat lagi?" Tanya Renjun kepada Winter, yang saat ini tengah memegang coklat.
Winter mengangguk. "Kali ini sama surat tapi." Jawab Winter, seraya menunjukkan sepucuk surat kepada Renjun.
Kedua alis Renjun saling bertaut, dia langsung menaruh tasnya di atas mejanya, dan mengambil sepucuk surat itu. "Lo udah lihat isinya?" Tanya Renjun, sebelum membuka surat itu.
Winter menggelengkan kepalanya. "Gue nunggu lo buka malah. Agak takut kalo buka sendirian. Cepet buka!" Ujar Winter yang sudah tidak sabar.
Renjun mendecak mendengar kalimat tidak sabar dari Winter. "Iya iya." Jawab Renjun, yang mulai membuka surat itu.
"Terima kasih?" Gumam Renjun, begitu membaca satu kalimat yang ada di dalam surat.
"Cuma ini doang? Sumpah gak ada lagi? Cuma kalimat terima kasih doang?!" Tanya Winter, yang langsung merebut surat yang ada di tangan Renjun, dan memeriksa kembali semuanya, untuk memastikan bahwa isi surat itu bukan cuma kalimat 'Terima Kasih' doang.
Tapi mau di periksa seribu kali pun percuma. Karena emang cuma kalimat terima kasih, yang tertulis di atas kertas putih yang saat ini Winter sedang pegang.
"Lo habis berbuat apa pagi ini?" Tanya Winter menatap Renjun penuh dengan selidik.
Tanpa ragu Renjun menggelengkan kepalanya. "Gak ada sumpah. Yakali gue berbaik sama orang sepagi ini. Pagi ini juga gak ada hal yang harus berbuat baik, sampai-sampai ada ucapan terima kasih kayak gini." Jawab Renjun, yang juga sama herannya.
"Kemarin, pas di sekolah?" Tanya Winter sekali lagi.
"Gak ada! Kan gue selalu sama lo kalau mau kemana-mana!" Jawab Renjun, yang merasakan aneh juga akan isi surat dari secret admiernya.
Decakan kesal mengalun indah dari mulut Winter. "Gak jelas banget anjing!" Maki Winter, yang sangat kesal dengan secret adminier-nya Renjun.
Padahal dia udah penasaran banget buat tau siapa dia. Winter kira, dengan adanya sepucuk surat, secret admier-nya Renjun mau ngaku siapa dia, atau memberikan tanda-tanda keapada Renjun. Tapi ternyata ia salah!
"Lo masih penasaran sama orangnya?" Tanya Renjun, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Winter.
"Tentu saja! Emangnya lo gak penasaran?!" Tanya balik Winter, setelah menjawab pertanyaan yang keluar dari Renjun, yang merupaka temannya.
"Penasaran sih. Tapi mau gimana lagi? Gue gak mau kasih harapan sama dia. Soalnya yang cuma gue pengen tuh Mark." Jawab Renjun.
"Ck serah lo!" Balas Winter, yang langsung fokus kepada pelajaran pertama, yang baru saja di mulai.
---
"Yaelah! Ngeselin banget sih?!" Rutuk Winter kesal, karena ketika jam pelajaran sebelum istirahat, mereka di suruh pindah ke laboratorium, di mana saat itu lab sedang di pakai anak kelas 12.
Intinya, mereka satu ruangan sama anak kelas 12. Kata guru mereka, mereka membuat kelompok dengan kelas 12 untuk membuat laporan bersama, sebagai penilaian akhir kelas mereka dan juga kelas 12.
"Udah kenapa sih. Jangan marah-marah mulu." Ujar Renjun, kepada Winter yang sedang badmood.
"Gue gak suka kerja kelompok njun. Apalagi sama kakak kelas! Lo tau sendiri kalau di sini masih menganut sistem senioritas. Gue takutnya mereka gak kerja, dan malah ngandelin ke adik kelas mereka." Jawab Winter, yang memang tidak pernah menyukai kerja kelompok.
"Ya kalau mereka gak mau kerja? Gak usah di tulis aja namanya. Kalau lo kenapa-napa? Laporin aja ke guru. Gue yang bakalan temenin lo, kalo lo kenapa-napa. Lagian gak inget kalo lo masih punya Jeno sama Jaemin? Mereka gak mungkin biarin lo kenapa-napa." Jelas Renjun.
"Ya semoga." Balas Winter, di sertai helaan nafas pasrah.
Begitu mereka tiba di ruang laboratorium, sang guru langsung menyuruh mereka masuk, dan duduk di samping kakak kelas, yang mana mereka telah duduk sendiri-sendiri.
Renjun dapat melihat Mark yang tengah duduk di kursinya. Ia ingin sekali duduk di samping Mark. Tapi dia ragu! Ia takut Mark risih atau tidak mau duduk bersama dengan dia.
Tapi ternyata dugaan dia salah! Baru saja ia melangkahkan kakinya untuk duduk bersama kakak kelas lain. Mark sudah mengangkat tangannya ke arah dirinya, dan menyuruh Renjun untuk kemari, dengan gesture tangannya.
Renjun gak mau kegeeran dulu! Ia menunjuk dirinya sendiri dulu, dengan tatapan yang menatap Mark. Lalu Mark menganggukkan kepalanya. Langsung saja Renjun menghampiri Mark, dan duduk di sampingnya.
"Makasih Bang." Ujar Renjun, yang baru saja duduk di samping Mark.
Mark heran dengan ucapan makasih Renjun. "Makasih untuk apa?" Tanya Mark.
"Udah izinin aku buat duduk di sini." Jawab Renjun dengan polosnya, yang sukses membuat Mark tersenyum.
"Lebih baik aku sama kamu daripada sama yang lain. Aku gak kenal sama yang lain." Jelas Mark, yang di balas senyuman serta anggukkan kepala oleh Renjun.
Dan mulai lah mereka fokus kepada sang guru yang tengah menjelaskan materi, serta tugas yang akan mereka lakukan secara bersamaan.
Sang guru meminta mereka untuk mewawancarai 3 pedangang. Mulai dari pedagang emperan, pedagang yang mempunyai kedai kecil, serta pendagang yang mempunyai restaurant.
Sang guru tau bahwa tidak semua anak murid yang lulus sekolah itu langsung kuliah. Ada juga mereka yang memutuskan untuk bekerja lebih dahulu, walaupun mereka sekolah menengah atas, bukan kejuruan.
"Ibu kasih waktu 2 minggu. Jadi, setelah 2 minggu tugas kalian belum selesai? Ibu tidak akan memberikan nilai untuk kalian yang belum mengumpulkan tugasnya ke saya." Jelas sang guru.
"Apakah ada pertanyaan?" Tanya sang guru, sebelum bel istirahat berbunyi.
"Tidak bu." Jawab semuanya secara serentak. Bertepatan dengan bel istirahat yang berbunyi.
Sang guru langsung pamit keluar dari ruang lab. Begitu juga murid yang langsung keluar, setelah sang guru keluar.
"Ayo njun!" Seru Winter, mengajak Renjun ke kantin.
Baru saja Renjun ingin menjawab, suara Kang Mina menahannya. "Ayo Mark ke kantin!" Ajak Mina, yang langsung menarik Mark keluar dari ruangan.
Winter yang melihat itu pun langsung memutarkan kedua bola matanya jengah. "Lenje banget njir jadi cewe!" Ucap Winter yang memang tidak suka dengan wanita bernama Kang Mina itu.
"Sstt gak boleh gitu. Biarin aja. Lagipula Mark-nya juga keliatan gak masalah." Ujar Renjun, yang langsung menarik tangan Winter keluar dari ruang lab, menuju kantin.
Dan begitu sampai kantin, mereka langsung memesan makanan yang mereka inginkan. Lalu duduk bersama Jeno dan Jaemin yang ada di sana.
"Gimana Njun?" Tanya Jeno kepada Renjun yang tengah memakan bakso pesanannya.
Renjun yang pertanyaan tidak jelas Jeno, langsung menghentikan makannya sejenak. "Gimana apanya?" Tanya Renjun.
"Gimana kemarin jalan sama abang gue? Dia gak ngapa-ngapain lo kan? Nganterin lo sampe pulang kan?" Tanya Jeno.
"Gak! Dia gak ngapa-ngapain gue. Baik banget dia sama gue. Gue di bayarin mulu sama dia. Duit gue gak boleh keluar pas jalan sama dia. Terus juga gue di anterin pulang sama dia dengan selamat sentosa, tanpa adanya lecet atau luka sedikit pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S THAT YOU? - MARKREN
أدب الهواةCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...
